Mewujudkan Sumedang Kreatif, Demi Kemaslahatan Bersama

Oleh: Nur'Aini

Bulan Desember kemarin telah digelar acara bertemakan “SCH goes to school” oleh Sumedang Creatif Hub, dengan respon yang luar biasa. Sumedang Creatif Hub (SCH) dibentuk untuk menampung bakat kreatif anak sekolah. Menurut tim koordinator, Agung Permana Sidik, acara yang menghadirkan koordinator umum SCH yaitu Hendra Ciho, dilakukan tidak seperti sosialisasi pada umumnya. Pasalnya para siswa/i diberikan kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan para pemateri seperti bertanya dan memberi harapan serta pandangan umum terkait pembangunan gedung kreatif. "Diantara siswa ternyata banyak ditemukan bakat kreatifitas yang tidak biasa. Seperti ahli di bidang animasi, aplikasi, menggambar, musik sampai seni pertunjukkan. Jadi memang tujuan dari disosialisasikan ini salah satunya adalah mencari bibit pelaku ekonomi kreatif yang memiliki potensi unggul," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Radar Sumedang, Jum'at (13/12). Sumedang juga adalah salah satu daerah penerima hibah bantuan dari provinsi untuk pembangunan gedung kreatif center. Gedung ini kedepan diharapkan akan menjadi simpul kegiatan para pelaku kreatif untuk berkumpul, bersilaturahmi, belajar, seminar, sampai dengan work shop.

Selintas mendengar kabar tersebut nampak menarik dan bisa menjadi sarana untuk menyalurkan berbagai kreatifitas anak muda, khususnya anak sekolah. Tetapi ketika kreatif dipandang dari sudut pandang nilai ekonomi semata, hingga siswa merasa terdorong kreatif ke arah menjadi pelaku ekonomi kreatif, maka yang ada di benak siswa pun secara perlahan namun pasti akan terbentuk tujuan kreatifitas mereka adalah untuk meraih materi. Kemudian dalam memaknai kreatif pun ketika tidak jelas standar dan tujuannya maka bisa menimbulkan kebebasan dalam berkarya seni  tanpa memperhatikan nilai-nilai akidah dan hukum syara.

Sebagaimana yang sering kita saksikan saat ini, kebebasan dalam bertingkah laku sungguh sulit terbendung, bahkan dalam berkarya pun enggan dibatasi oleh nilai- nilai agama dengan alasan kebebasan berekspresi. Jadi intinya mesti ada makna kreatif yang memiliki standar dan tujuan yang benar dan jelas. Begitu juga dengan dukungan pemerintah diharapkan tidak terbatas pada bangunan fisik semata tetapi juga lebih mengutamaksn pembinaan SDM yang berkhidmah pada ilmu dan membentuk kepribadian yang unggul yakni kepribadian Islam. Sehingga otomatis akan mendorong mereka menjadi pribadi- pribadi yang kreatif dengan motivasi taqwa.

Akankah Sumedang mampu melahirkan pribadi-pribadi kreatif yang dilandasi ketaqwaan pada Illahi? Tentu saja bisa, jika mau dan jika semua didukung oleh pemerintah dan semua pihak, dengan tujuan meraih ridho Allah. Sebagaimana pada era keemasan Islam dahulu yang banyak melahirkan sosok-sosok yang kreatif sehingga karyanya terus bermanfaat untuk kemaslahatan umat hingga kapan pun. Seperti Ibnu Sina (980-1037) ilmuwan dari Persia, penulis buku “The Canon of Meficine”, buku ini menjadi pedoman mahasiswa kedokteran di Eropa hingga tahun 1600 an. Juga Al-Khawarizmi, seorang ahli matematika dan penemu konsep al-Jabar. Kemudian ada Jabir Ibnu-Hayyan seorang ahli kimia, Ibnu al-Nafis ilmuwan yang mengungkap pembuluh darah kapiler serta masih banyak ilmuwan dan para kreator lainnya yang nama mereka tak hilang dalam sejarah dan karya mereka terus bermanfaat sampai akhir zaman dan tentunya pahalanya pun terus mengalir untuk mereka ketika ketaqwaan menjadi landasan mereka dalam berkarya.

Semua dapat terwujud kembali jika semua pihak mengembalikan setiap standar perbuatan kepada apa-apa yang telah diturunkan oleh Al-Khaliq. Mari wujudkan Sumedang kreatif demi kemaslahatan umat.

Post a Comment

Previous Post Next Post