Magnet Tahun Baru

Oleh : Annida Mujahidah Nurul Azmi
(Siswi SMAIT Ar-Rahman Banjarbaru Kalsel)


Tahun Baru, merupakan sebuah momen yang selalu dinantikan oleh banyak orang. Apalagi momen tahun baru biasanya bersamaan dengan libur semester. Sehingga orang-orang akan memanfaatkan momen ini untuk mengajak keluarga dan saudara berlibur ke berbagai destinasi wisata. Dan pada saat itu pula banyak orang bahkan negara merayakan berbagai macam acara dalam rangka menyambut tahun baru. 

Perayaan demi perayaan, pesta, dan festival saling sahut menyahut diselenggarakan di berbagai daerah, kota bahkan negara. Seolah tak ingin kalah untuk tampil mewah dan meriah, banyak negara yang rela menghabiskan sampai milyaran rupiah, untuk mengadakan atraksi peluncuran kembang api. 

Seperti halnya menurut Detik News, Sydney's Millenium Display meluncurkan  11.000 kembang api dan 40.000 jenis petasan komet diluncurkan dari Harbour Bridge, Opera House, dan beberapa kapal tongkang.
Total keseluruhan biaya kembang api itu mencapai 7,2 juta dollar Australia atau setara 3,7 juta poundsterling. Produser pesta kembang api Syndey, Aneurin Coffey, mengungkapkan harga ini setimbang dengan pendapatan balik untuk Australia sekitar 133 juta dollar Australia
seolah tak ingin kalah, pemecah rekor pembelanjaan kembang api tahun lalu dipegang oleh kota Dubai, Uni Emirat Arab. Mereka meluncurkan 500.000 kembang api dalam waktu enam menit. Biayanya mencapai 6 juta dollar AS atau setara 3,86 juta poundsterling. Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Tribun Bali.com, Pada pergantian 2019 tahun lalu, Pemkab Bandung mengucurkan dana sebesar RP 900 Juta Rupiah untuk meluncurkan 5000 kembang api di tengah laut, itu hanyalah sebagian wilayah Indonesia, belum lagi perayaan perayaan yang di adakan di berbagai kota besar, tak ayal lagi mengucurkan dana yang lebih besar. Menurut Warta Ekonomi.co.id PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk akan mengalokasikan dana senilai Rp21,2 triliun untuk memenuhi kebutuhan uang tunai bagi masyarakat menjelang dan usai Hari Raya Natal dan Tahun Baru 2020.

Namun, sangat disayangkan pada dewasa ini, banyak orang yang masih tetap merayakannya tanpa tahu asal mula dan latar belakang diadakannya upacara perayaan tahun baru, sorak ramai tetap mereka gaungkan untuk menyemarakkan hari dengan berbagai macam permainan, musik, lagu, kembang api, pesta, festival, dan sebagainya. 

Ada beberapa hal yang harus kita ketahui sebagai muslim tentang perayaan tahun baru, beberapa di antaranya adalah:

Pertama, Penetapan 1 Januari sebagai tahun baru awalnya diresmikan Kaisar Romawi Julius Caesar (tahun 46 SM), kemudian diresmikan ulang oleh pemimpin tertinggi Katolik, yaitu Paus Gregorius XII tahun 1582. Penetapan ini kemudian diadopsi oleh hampir seluruh negara Eropa Barat yang Kristen sebelum mereka mengadopsi kalender Gregorian tahun 1752. (www.en.wikipedia.org; www.history.com).

Bentuk perayaannya di Barat bermacam-macam, baik berupa ibadah seperti layanan ibadah di gereja (church servives), maupun aktivitas non-ibadah, seperti parade/karnaval, menikmati berbagai hiburan (entertaintment), berolahraga seperti hockey es dan American football (rugby), menikmati makanan tradisional, berkumpul dengan keluarga (family time), dan lain-lain. (www.en.wikipedia.org).

Kegiatan ini merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings. Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun. (G Capdeville “Les épithetes cultuels de Janus” inMélanges de l’école française de Rome (Antiquité), hal. 399-400).

Fakta ini menyimpulkan bahwa perayaan tahun baru sama sekali tidak berasal dari budaya kaum muslimin. Pesta tahun baru masehi, pertama kali dirayakan orang kafir, yang notabene masyarakat paganis Romawi.
Acara ini terus dirayakan oleh masyarakt modern dewasa ini, walaupun mereka tidak mengetahui spirit ibadah pagan adalah latar belakang diadakannya acara ini. Mereka menyemarakkan hari ini dengan berbagai macam permainan, menikmati indahnya langit dengan semarak cahaya kembang api, dsb.
Dan kita, sebagai kaum Muslimin tidaklah pantas untuk turut merayakannya, apalagi dengan dalih sebagai bentuk toleransi terhadap umat beragama, karena dalam agama Islam sendiri melarang untuk ikut merayakannya. Sebagaimana dalil berikut ini;
Dari Anas Bin Malik R.a Rasulullah Shallahu’alaihi wassalam bersabda:

كان لاهل الجاهليه يومان في كل سنة يلعبون فيهما قفلما قدم النبي صل الله عليه و سلم المدينة قال كان لكم يومان تلعبون و قد ابدلكم الله بهما خيرا منهما يوم الفطر و يوم الاضحى

“Orang-orang Jahiliyah dahulu memiliki dua hari (hari Nairuz dan Mihrojan) di setiap tahun yang mereka senang-senang ketika itu. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau mengatakan, ‘Dulu kalian memiliki dua hari untuk senang-senang di dalamnya. Sekarang Allah telah menggantikan bagi kalian dua hari yang lebih baik yaitu hari Idul Fithri dan Idul Adha.”
(HR. An Nasa-i no. 1556. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Berdasarkan hal ini, sudah dapat diketahui dengan jelas bahwasanya Islam hanya mempunyai 2 hari raya, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, tidak ada yang melebihi itu, sehingga cukup bagi kita untuk tidak mengikuti barbagai jenis acara perayaan tahun baru. Di samping itu, tahun baru umat Islam adalah 1 Muharram, saat Rasul memulai hijrah.

Kedua, ikut merayakan perayaan tahun baru merupakan suatu perkara tasyabbuh.
Tasyabbuh sendiri merupakan sebuah aktivitas menyerupai suatu kaum, baik itu dalam agama, pakaian, adat istiadat dan kebiasaan tertentu. Yang dimana, hal ini di dalam Islam merupakan sebuah perkara yang dilarang. Sebagaimana dalil dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallahu’alaihi wasallam bersabda:

لا تقوم الساعة حتى تأخذ أمتي بأخذ القرون قبلها, شبرا بشبر و ذراعا بذراع, فقيل يا رسول الله  كفارس و الروم؟ فقال و من الناس الا الآئك

(HR. Bukhari no. 7319.)
“Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319.)

Dari Abu Sa’id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لتتبعن سنن الذين من قبلكم  شبرا بشبر و ذرا عا بذراع حتى لو دخلو في جحر ضب لاتبعنتموهم. قلنا يا رسول الله اليهود و النصارى؟, قال فمن؟

“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang penuh lika-liku), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, Apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?”Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?”
(HR. Muslim no. 2669, )

An Nawawi –rahimahullah– ketika menjelaskan hadits di atas menjelaskan, “Yang dimaksud dengan syibr (sejengkal) dan dziro’ (hasta) serta lubang dhob (lubang hewan tanah yang penuh lika-liku), adalah permisalan bahwa tingkah laku kaum muslimin sangat mirip sekali dengan tingkah Yahudi dan Nashroni. Yaitu kaum muslimin mencocoki mereka dalam kemaksiatan dan berbagai penyimpangan, bukan dalam hal kekufuran. Perkataan beliau ini adalah suatu mukjizat bagi beliau karena apa yang beliau katakan telah terjadi saat-saat ini.”(Al Minhaj Syarh Shohih Muslim, Abu Zakariya Yahya bin Syarf An Nawawi, 16/220, Dar Ihya’ At Turots Al ‘Arobiy, cetakan kedua, 1392)
Lihatlah apa yang dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa yang beliau katakan memang benar-benar terjadi saat ini. Berbagai model pakaian orang barat diikuti oleh kaum muslimin, sampai pun yang setengah telanjang. Begitu pula berbagai perayaan pun diikuti, termasuk pula perayaan tahun baru ini.
Ingatlah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam secara tegas telah melarang kita meniru-niru orang kafir (tasyabbuh).

Lalu Rasulullah Shallahu’alaihiwassalam bersabda

من تشبه بقم فهو منهم

“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” 
(HR. Ahmad dan Abu Daud)

Ketiga, melakukan perbuatan maksiat yang bersifat sia-sia.
Sebagaimana yang kita ketahui, dalam berbagai acara perayaan tahun baru, selalu diadakan di tempat terbuka dan membolehkan adanya campur baur antara wanita yang bukan mahram dengan laki-laki yang juga bukan mahramnya, pada saat ini pula banyak yang melakukan perzinahan, mencandu narkoba, clubbing dan lainnya, seolah mereka tidak malu akan perbuatan mereka, dan bersikap biasa saja ketika melakukannya, padahal Allah dan Rasulnya telah melarang segala perbuatan maksiat di dalam Al-Quran dan Hadits. Allah juga melarang hamba-hambanya untuk mengikuti musuh musuh Allah, sebagaimana berikut ini:

يا ايها الذين امنو لا تتخذوا عدوي و عدوكم اولياء تلقون اليهم  بالمودة و قد كفرو بما جا ءكم من الحق..........

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..” (QS. Al-Mumtahanan: 1)

Pada tahun baru pula kita dapat melihat sejumlah manusia yang melakukan tindakan pemborosan atau mubazir, yang padahal Allah sudah perintahkan pada kita, untuk tidak berbuat mubazir, seperti halnya dalam surah Al-Isra ayat 26-27

ولا تبذر تبذيرا ان المبذرين كانوا اخوان الشياطين


“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (Qs. Al Isro’: 26-27)

Sebagai muslim yang cerdas, sudah seharusnya kita memilah dan memilih mana yang baik dan bermanfaat dan mana yang berbahaya dan bersifat merugi.

Oleh karena itu, mulailah dari diri kita (sebagai generasi harapan perubah peradaban) untuk mengkaji Islam lebih dalam lagi, agar bisa kita dakwahkan kepada orang-orang di sekitar kita. Sehingga masyarakat Islami yang didamba akan segera terwujud nyata. Masyarakat yang mempunyai perasaan yang sama, pemikiran yang sama dan peraturan yang sama, yakni Islam.

Wallahu’alam bisshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post