Ketaatan Secara Sempurna Menepis Datangnya Bencana



Oleh : Khaulah Al-Azwar Al-Islamiyah
Member AMK, Mahasiswi STEI Bina Muda Bandung

Tahun baru biasanya disambut dengan suka cita. Namun, berbeda dengan tahun baru 2020 yang disambut dengan bencana memilukan. Sebagian wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi dikepung banjir setelah diguyur hujan dengan intensitas curah hujan cukup tinggi sejak Selasa (31/12/2019).

Menurut hasil catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), jumlah korban meninggal dunia dan hilang bertambah. Agus Wibowo, selaku Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat BNPB mengatakan, korban meninggal dunia mencapai 47 orang per Jum'at (3/1/2020). (kompas.com) 

Banjir tahun ini adalah banjir terparah di Jakarta selama kurang lebih 30 tahun terakhir. Susi Pujiastuti, Mantan Menteri Perikanan dan Kelautan mengatakan, banjir di Jakarta bukanlah suatu hal yang aneh. Bahkan, jika dilihat dari kacamata lingkungan hidup.

“Kalau kita orang lingkungan hidup dengan (melihat) pembangunan Jakarta ini terutama tata kelola air, kita sih bilang Jakarta banjir ya tidak aneh. Wong the way it’s designed and constructed right now, it’s a flood in program,” kata Susi dalam diskusi tentang reklamasi di Gedung KPK, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (4/10/2016) silam.

Bencana banjir tidak hanya melanda Jabodetabek. Bahkan, pulau Kalimantan juga mengalami bencana yang serupa terutama di Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan. Banjir terjadi diakibatkan sungai Raya Belanti yang meluap karena tidak sanggup menampung debit air. Hingga air menggenangi jalan Pantai Belanti dan menyebabkan 30 rumah warga rusak parah. 

Puncak musim hujan diperkirakan akan dimulai pada bulan Februari hingga Maret mendatang. Namun, BMKG telah mengingatkan bahwa kondisi yang lebih parah bisa terjadi kapan saja.

“Cuaca ekstrem dan hujan lebat selama 1 sampai 4 Januari 2020 berpotensi turun di Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Daerah Istimewa Yogyakarta,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono Rahadi Prabowo dalam keterangan tertulisnya, Rabu (01/01/2020).

Cuaca ekstrem dan hujan lebat selama periode itu juga berpeluang meliputi wilayah Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara Maluku dan Papua.

Kemudian, dari tanggal 5 sampai 7 Januari 2020, cuaca ekstrem dan hujan lebat diperkirakan meliputi wilayah Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Maluku, Papua Barat, dan Papua.

Menurut R. Andika Putra Dwijayanti (Seorang Nuclear Engineer dan Advokasi Nuklir Peradaban Islam), ia menyatakan dalam tulisannya jika banjir yang terjadi di Jakarta bukanlah insidental dan teknis semata, tetapi soal sistemis-ideologis, yakni terkait dengan ideologi yang diterapkan. Usaha untuk mengatasi banjir tidak cukup hanya dengan secara teknis. Karena akar permasalahannya ada pada ideologi yang diemban oleh negara, yakni ideologi kapitalisme.

Asas kapitalisme ini adalah profit-oriented. Artinya, hanya mencari keuntungan saja. Seperti teori prinsip ekonomi yang dicetuskan oleh Adam Smith :

"Mengeluarkan modal sekecil-kecilnya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya".

Dari asas inilah kapitalisme mengabaikan sesuatu yang fundamental, seperti kondisi lingkungan hidup.
Para kapital atau pemilik modal tidak menghiraukan masalah tersebut. Karena di dalam benak mereka yang terpenting adalah mendapatkan keuntungan yang sebenar-benarnya. Tak peduli jika orang-orang di sekitar mereka terkena dampak dari keserakahan yang mereka perbuat. Contohnya pembukaan lahan untuk dijadikan perkotaan. 

“Mau masalah banjir Jakarta selesai? Maka perbaiki baik secara teknis maupun ideologis. Buang ideologi kapitalisme, ganti dengan ideologi Islam untuk menata kota,” tulis Andika.

Seharusnya, musibah yang datang menjadikan kita muhasabah diri. Adakah perbuatan yang membuat Sang Tuhan Alam Semesta ini murka? 

Apapun yang terjadi di muka bumi pasti ada sebabnya. Allah Swt juga telah memperingatkan kita melalui firman-Nya :

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS ar-Rum [30]: 41).

Dari penjelasan ayat di atas sudah jelas bahwa musibah dan bencana  yang menimpa negeri kita disebabkan oleh tangan-tangan manusia itu sendiri. Terutama karena keserakahan manusia yang tidak mau bertanggungjawab. Ingin menguasai hasil bumi seorang diri, berbuat semaunya tanpa memperdulikan aturan-aturan Allah Swt, sistem ekonomi berbasis ribawi, zina yang telah merembah di mana-mana, sistem pemerintahan yang menggunakan demokrasi-liberal. Maka, wajar saja Allah Swt menegur kita melalui musibah dan bencana.

Sebagai makhluk ciptaan-Nya, sudah menjadi kewajiban kita untuk tunduk dan patuh dengan apa-apa yang menjadi perintah dari-Nya. Serta menjauh apa-apa yang telah diharamkan oleh-Nya.

Seharusnya kita menyadari teguran tersebut sebagai tanda Allah Swt masih peduli terhadap kita. Masih menunggu tobat kita. Janganlah kita menjadi kufur atas musibah yang menimpa kita. Tetapi, jadikanlah musibah sebagai bahan muhasabah diri kepada Allah Swt.

Allah Swt berfirman :

"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (QS. al-Baqarah [2] : 155-156)

Muhasabah sangat penting untuk mengukur sampai sejauh mana kita taat kepada Allah Swt untuk tunduk dan patuh terhadap semua perintah-Nya dan menjauh larangan-Nya.

Kontinuitas ibadah dan ketaatan kita mampu terjaga apabila sistem pemerintahannya juga menerapkan sistem Islam. Lain halnya dengan sistem kapitalisme yang membiarkan atau membebaskan rakyat berbuat semaunya. Hingga tak memperdulikan aspek halal dan haramnya suatu perbuatan. Islam sangat tegas aturannya. Maka, apapun perbuatan yang kita lakukan akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat.

Agar kita menjadi hamba yang beriman dan taat kepada Allah Swt, negara juga harus menerapkan ideologi Islam. Tentunya negara Islam, daulah Khilafah Islamiyah. Bukan negara yang menerapkan sistem demokrasi-liberal. Namun, mirisnya saat ini khilafah dianggap sebagai ancaman bagi negara. Rezim anti Islam yang terserang islamofobia terus berupaya menghapus sejarah tentang khilafah dari benak umat manusia, terutama umat Islam sendiri.

Hal ini tak boleh terus terjadi. Sebab, tanpa khilafah masalah banjir dan bencana lain yang melanda negeri kita tak mungkin bisa terselesaikan.

Dengan sistem Islam yang mampu mengundang ridha Allah Swt. Menjadikan negeri ini berkah melalui penerapan syariat kafah di segala aspek kehidupan. Sungguh, kemuliaan mampu didapatkan bila kita tunduk dan patuh pada sistem Islam. Semoga Allah Swt  mengampuni segala kesalahan dan dosa-dosa kita, serta mampu menguatkan kita melalui cobaan dan musibah yang datang dari-Nya.

Wallaahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post