Kado Awal Tahun 2020



Oleh: Najwa Nashita
Aktivis Dakwah Kampus


"Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk
Rumah ane kebakaran gare-gare kompor mleduk. Ane jadi gemeteran, wara-wiri keserimpet
Rumah ane kebanjiran gara-gara got mampet"

Sebuah lagu yang di lantunkan oleh 
H. Benyamin Sueb adalah pemeran, pelawak, sutradara dan penyanyi Indonesia. Benyamin menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul. Yang mengisahkan keadaan Jakarta kala itu. 

Dilansir dari Kompas.com pada Kamis (2/1/2020),
"Banjir terjadi di mana-mana, tidak usah saling menyalahkan karena ini kesalahan kolektif bersama," kata Dedi Mulyadi Wakil Ketua Komisi IV DPR RI 
melalui sambungan telepon. Dedi menyebut, banjir juga disebabkan oleh pembangunan properti yang jor-joran, tanpa mengindahkan tanah rawa, sawah dan cekungan danau. Semuanya dibabat dan diembat. 

Berbagai daerah terlanda banjir  awal tahun ini. Banjir merupakan suatu bencana tahunan bagi warga ibukota. Layaknya menjadi langganan yang tiap tahun hadir. Hingga menyimpan pilu tersendiri. Namun,  belum juga ada penanganan khusus mengenai bencana ini. Baik penyelesaian secara menyeluruh. Untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan bisa diatasi dengan cepat oleh para donatur ataupun pemerintah. Namun, bantuan tersebut belum menjamin kesejahteraan korban banjir. Masyarakat membutuhkan bantuan dan solusi yang bisa mengatasi masalah banjir secara tuntas serta bisa memberi jaminan untuk kelangsungan hidup selanjutnya.

Bencana banjir tidak hanya menimpa Jabodetabek, tetapi banyak terjadi di berbagai tempat. Diantaranya yaitu di pulau Kalimantan Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan serta di Lebak Banten. Korban meninggal akibat banjir di wilayah Jakarta, Jawa Barat dan Banten terus bertambah. 

 Penyebab banjir terjadi karena beberapa faktor, salah satunya yaitu adanya pembangunan tata kota yang tidak sesuai dengan mekanisme yang seharusnya. Artinya dalam pembangunan kota tersebut belum ada perencanaan yang matang dan tidak sesuai dengan kebutuhan kota.  Terutama dalam sistem sekarang ini yaitu sistem kapitalisme yang berpatok pada pertumbuhan ekonomi. Imbasnya, negara dibentuk seperti perusahaan yang harus profit-oriented. Untuk bisa menghasilkan profit sebesar-besarnya dengan modal sekecil-kecilnya. Yakni merupakan tujuan utama Kapitalisme. Dengan mengabaikan satu fundamental alam, yakni keberlanjutan lingkungan. Pembukaan lahan dilakukan tanpa memerhatikan AMDAL, melainkan melalui deal-deal di belakang layar. Tata kota yang dihasilkan pun akhirnya menjadi tidak rasional. Tata kota diserahkan pada mekanisme pasar ala kapitalisme yang praktis mengabaikan keberlanjutan lingkungan. Maka akan sangat wajar apabila pemerintah saat ini tidak mempunyai solusi tuntas atas adanya bencana banjir. Selain itu  kesadaran manusia yang kurang peka terhadap lingkungan juga  menjadi salah satu faktor penyebab bencana banjir.

 Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna. Tentu Islam mempunyai solusi atas permasalahan bencana banjir. Berbeda dengan sistem kapitalis yang dianut pemerintah saat ini, yang menjadikan keuntungan sebagai tolak ukur utama sehingga dalam penanganan bencana banjir selalu dikaitkan dengan untung dan rugi. Akibatnya kepentingan rakyat menjadi terabaikan dan penderitaan rakyat semakin bertambah.

 Sikap yang paling tepat untuk menghadapi tindakan rezim yang mengabdi kepada kepentingan materi yaitu dengan tetap mendakwahkan Islam secara kaffah. Dengan begitu akan muncul kesadaran masyarakat akan pentingnya berpegang teguh kepada aturan-aturan Allah Swt termasuk dalam hal mengatasi bencana banjir.

Islam adalah solusi, mendakwahkan Islam kaffah adalah suatu keharusan, hingga Allah memberikan pertolongan atas permasalahan-permasalahan yang menimpa negeri.

Wallahu a'lam bishshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post