Oleh : Hermin Setyoningsih, Amd. Keb
Praktisi Kesehatan
Sahabat muslimah, mungkin saat ini ada beberapa muslimah yang sedang merasa galau, karena mendengar pendapat istri salah satu ulama besar Indonesia (Gus Dur) yang mengatakan jilbab itu tidak wajib. Yang bahkan di amini oleh salah satu putrinya yang tak pernah memakai jilbab. Pernyataan ini pun didukung dengan fakta para istri orang nomor satu di negeri kita tercinta yang tidak memakai jilbab. Bahkan "ahli tafsir" Quraish Shihab pun membiarkan putrinya Najwa Shihab tidak berjilbab.
Banyak pro kontra dari netizen yang mengomentari hal ini, saat pertama kali mencuat beberapa hari lalu, sebut saja Gus Yaqut sekjen NU yang mengatakan ini masalah pandangan fikih yang berbeda dan debatable.
Sebaliknya, ustadz kondang anak muda Felix Siauw mengatakan pada cuitannya di twiter jika tidak ingin berhijab silahkan saja. Namun jangan mengatakan bila hijab itu tidak wajib bagi muslimah, itu pernyataan yang memaksa sekali. Sudah bermaksiat memaksa juga.
Lalu bagaimana seharusnya?
Sahabat muslimah, sebagai seorang muslim suri tauladan kita dalam berperilaku atau menyikapi apapun adalah Rasulullah. Bukan manusia lain, karena beliau adalah Uswatun khasanah kita. Maka ingat sabda beliau, Dari Abu Hurairah Radhiyallahuanhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : ‘Aku tinggalkan dua perkara yang kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya yaitu Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya mendatangiku di Telaga (di Surga).”Hadits shahih riwayat al-Hakim (I/93) dan al-Baihaqy (X/114). Oleh karenanya mari kita kembalikan persoalan jilbab/hijab ini pada Al Qu'ran dan Assunnah/hadist.
Sahabat muslimah, sebelumnya perlu dipahami bahwa pakaian wanita Muslimah dalam menutup aurat wajib berjilbab dan berkerudung berlaku manakala keluar dari rumah menuju kehidupan umum. Jilbab berbeda dengan kerudung (khimar).
Kewajiban mengenakan khimar didasarkan pada QS an-Nur [24] ayat 31 di atas. Menurut Imam Ibnu Mandzur di dalam kitab *Lisan al-'Arab*: Al-Khimar li al-mar’ah: an-nashif (khimar bagi perempuan adalah an-nashif [penutup kepala]). Menurut Imam Ali ash-Shabuni, khimar (kerudung) adalah ghitha' ar-ra'si 'ala shudur (penutup kepala hingga mencapai dada) agar leher dan dadanya tidak tampak.
Kewajiban berjilbab bagi Muslimah ditetapkan berdasarkan firman *Allah SWT:*
*يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri kaum Mukmin, "Hendaklah mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Di dalam Kamus Al-Muhith dinyatakan, jilbab itu seperti sirdab (terowongan) atau sinmar (lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung. Dalam Kamus Ash-Shahhah, al-Jauhari mengatakan bahwa Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut dengan mula'ah (baju kurung/gamis).
Kewajiban berjilbab bagi Muslimah ini juga diperkuat oleh riwayat Ummu ‘Athiyyah yang berkata bahwa, Pada dua hari raya kami diperintahkan untuk mengeluarkan wanita-wanita haid dan gadis-gadis pingitan untuk menghadiri jama'ah kaum Muslim dan doa mereka. Namun, wanita-wanita haid harus menjauhi tempat shalat mereka. Seorang wanita bertanya, “Wahai Rasulullah, seorang wanita di antara kami tidak memiliki jilbab (bolehkan dia keluar)?” Lalu Rasul saw. bersabda, “Hendaklah kawannya meminjamkan jilbabnya untuk dipakai wanita tersebut.” *(HR al-Bukhari dan Muslim).*
Jadi masihkah kita galau terkait kewajiban berjilbab bagi Muslimah? Tentu tidak lagi. Jadilah penjaga Islam yang terpercaya. Karena selain berfungsi untuk menutup aurat, khimar dan jilbab juga merupakan simbol dan syiar Islam. Maka dengan melaksanakan semua syariat Islam, dan mendakwahkan serta mensyiarkan, akan selalu terjaga Islam. Kalau bukan kita yanng menjagannya maka siapa lagi?
Tak henti-hentinya musuh Islam, menggunakan corongnya untuk menggunting, memotong, membelokkan bahkan mau melenyapkan syariat/ajaran Islam. Seperti yang di prediksi oleh NIC, kebangkitan Islam saat ini nyata dan ancaman bagi Barat (AS) maupun Timur (China) yang saat ini tengah menguasai SDA, TKA, perekonomian, bahkan budaya atas nama investasi, kerjasama antar negara (seperti Obor), jeratan hutang atas nama bantuan/pinjaman modal lunak, yang justru membuat negeri kita terjajah secara ekonomi, budaya bahkan politik. Mereka tahu, dengan maraknya simbol dan syiar Islam saat ini, menjadi bukti kebangkitan Islam yang akan mengenyahkan penjajahan mereka sudah tidak lama lagi akan hadir. Sehingga mereka mencoba menghadangnya dengan menggunakan antek dan corong-corong pengusung ide liberalisme, agar umat Islam terjauhkan dari syariatnya yang mulia. Masih segar diingatan bagaimana upaya mereka mereduksi ajaran Islam Jihad dan Khilafah, agar terbenam dari benak kaum muslimin. Ini semua harus disadari oleh umat Islam.
Sementara itu, umat Islam harus tetap yakin, bahwa institusi penjaga Islam satu-satunya hanyalah Khilafah, yakni sebuah sistem pemerintahan yang akan menerapkan syariat Islam secara kaffah, dan mendakwahkannya ke seluruh penjuru dunia dengan jihad. Khilafah lah yang akan menjaga dan menjadi jaminan terterapkannya seluruh syariat Allah, Khilafah yang dipimpin oleh seorang Khalifah yang akan bisa menutup pintu bagi beredar apalagi berkembangnya pendapat-pendapat yang menentang syariat Allah dengan dalil yg qoth'i, dengan memberlakukan sanksi tegas bagi pelakunya.
Khalifah lah yang akan menjadi penengah dan pemersatu umat dikala ada perbedaan pendapat dikalangan mereka. Dengan begitu, maka akan terjagalah syariat Allah, dari kekaburan apalagi penyelewengan pelaksanaan, karena sejatinya Khilafah lah penjaga Islam yang terpercaya. Sehingga mereka akan tetap istiqomah berjuang ditengah-tengah umat untuk mengajak umat meraih kemuliaannya dengan menegakkan Khilafah, melibas para pemikir liberal, dan menenggelamkan mereka dalam kenistaan.
Wallahu A'lam Bisshowwab
Post a Comment