(Founder RuFidz Ahmad)
Mapping The Global Future, sebuah laporan dari hasil penelitian sebuah lembaga pusat pemikiran jangka menengah dan strategis jangka panjang AS National Intelligence council’s (NIC), pada bulan Desember 2014 meramalkan sebuah kekuatan yang akan membangun tatanan dunia baru, kembali kegemilangannya. Tegaknya khilafah juga sudah menjadi ramalan. Berbagai upaya penghadangan terus diupayakan untuk mencegah terwujudnya ramalam tersebut.
Stigma-stigma negative dan upaya pencitraburukan Islam terus dipropagandakan oleh Amerika yang merasa posisinya teancam selaku Negara adidaya. Secara terstruktur islamophobia diusung oleh George W. Bush ketika dengan pongah mengungkapkan pernyataannya setelah peristiwa WTC, bahwa crusade (perang salib) belum berakhir.
Afganistan dengan rezim yang berkuasa saat itu adalah negara pertama yang dianggap sebagai teroris. Tak ayal Invasi militer pun dikerahkan oleh AS ke Afganistan, yang tidak pernah terpikir untuk dilakukannya kepada Israel yang meneror Palestina berpuluh tahun.
Ambsisi spirit Bush menjamah Irak dengan alasan Irak menyimpan senjata WSD pemusnah massal. Sampai saat hari ini pun AS belum bisa membuktikan adanya senjata pemusnah massal yang dituduhkan, yang pasti terjadi adalah mereka menjebak rakyat Irak dalam konflik bersenjata yang membawa penderitaan bagi sipil Irak. Bahkan dalam penyelidikan yang terbuka dan akuntabel, tidak ada bukti hubungan antara Al-Qaeda dan peristiwa 11 september. Namun ketika tuduhan mereka tidak terbukti, ternyata tidak menyurutkan kebencian mereka yang terpendam terhadap Islam.
Pelecehan pun tidak henti ditebarkan. Mulai dari tulisan jurnalis Nigeria, Isioma Daniel tentang Rasul dan Miss world. Film ‘dokumenter garapan produser film asal Belanda, Theo Van Gogh, sengaja dirilis untuk menghinan Islam dan Muhammad. Al-Qur’an pun dimasukkan ke WC dipenjara rahasia Amerika di Guantanamo-Kuba oleh serdadu AS.
Pelecehan pun berlanjut dengan penerbitan kartun-kartun yang menghina Rasulullah SAW oleh Koran Jyllands-Posten. Dalam kartun itu Rasulullah Muhammad SAW digambarkan sebagai seorang Badui yang membawa pedang dan menenteng ‘bom’, diapit oleh dua orang perempuan bercadar hitam di sebelah kiri dan kanannya. Bahkan dalam salah satu kartun itu Rasulullah digambarkan sebagai orang yang bersorban, yang disorbannya terselip bom. Gambar-gambar itu diterbitkan pada bulan September. Sekalipun menuai protes, gambar-gambar tersebut terus dicetak ulang diberbagai Negara. Mereka menyatakan “ini bagian dari upaya ambil bagian dalam pertempuran antara agama (baca : Islam) dalam kebebasan berekspresi”.
Setelah terorisme menjadi isu dengan dibentuknya unit-unit satuan anti terorisme di setiap negara dunia, yang bergantung kepada AS, jaringan yang berafiliasi terhadap terorisme pun di redam, karena tidak begitu diperlukan lagi untuk membangun isu kebencian terhadap Islam. Tunggangan opini terhadap jaringan al-Qaeda sebagai perlawanan kaum muslim yang paling keras dan jelas melakukan perlawanan terhadap Negara adidaya yang mendukung agresi Israel terhadap Palestina pun lenyap semenjak media memberitakan wafatnya sang komandan Osama Bin Laden. Namun sisa kebencian terhadap ajaran jihad sudah meracuni pikiran dunia, dan selebihnya adalah kepuasaan koalisi Barat menjarah hasil bumi kaum muslim.
Berikutnya muncul kelompok ISIS sebagai pengganti kelompok Al-Qaeda. ISIS dicirikan sebagai perjuangan kepemimpinan khilafah oleh kelompoknya. Munculnya kelompok ISIS diindikasikan setelah intelegen adidaya memprediksi kebangkitan ideologi Islam yang akan segera hadir, terkenal dengan bentuk khilafah dalam sejarah Rasulullah Muhammad Saw. Sehingga ISIS ditengarai adalah sebagai kelompok bentukan lanjutan untuk menyudutkan ideologi Islam yang akan hadir, sehingga perlu pencitraburukkan ide khilafah. Mantan pegawai Badan Keamanan Nasioanal (NSA) Amerika Serikat Edward Snowden menyatakan jika Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) merupakan organisasi bentukan dari kerjasama intelejen tiga Negara (Inggris, AS dan Mossad Israel), (Republika.co.id, 01/08/2014).
Virus islamophobia terus ditanamkan, bahkan di negeri yang mayoritas muslim. Di Indonesia Islamophobia diharapkan merasuk ke jiwa kaum muslim sendiri. ISIS versi Amerika yang sekuler kapitalis beralih dengan tuduhan radikal kepada para penggiat Islam ideologis dan pelaku ajaran Islam. Ujaran radikal muncul setelah Indonesia mulai bekejasama investasi dengan Negara china yang berfaham sosialis komunis.
Khilafah secara tegas memberikan pengaturan pengelolaan sumber daya oleh Negara sehingga mampu optimal mewujudkan kesejahteraan sebuah bangsa. Jika Indonesia menjatuhkan pilihan kepada sistem khilafah, maka akan menghalangi Amerika sebagai pengemban kapitalis sekuler dan China dengan komunis sosialisnya untuk menjarah bumi Indonesia. Bahkan mungkin Indonesia bisa menjadi Negara adidaya, tentu akan membuat malu Negara-negara maju, khususnya adidaya AS bahkan China. Untuk itulah kebangkitan khilafah perlu dibendung oleh sosialis dan sekuler yang menerapkan neoimprealisme melalui pinjaman hutang dan investasi.
Dalam Mapping The Global Future disebutkan kekhilafahan Islam diramalkan akan muncul di tahun 2020. Maka patutlah kiranya resolusi kaum muslim di tahun 2020 adalah terwujudnya ramalan akan hadirnya khilafah sebagai pengawal ajaran Islam kaffah. Sekiramya tidak pantas untuk kaum muslim menyambut tahun baru masehi, maka akan jauh lebih indah jika kita menyambut tahun 2020 dengan happy new chilapate. Wallahu’alam bishawab.
Post a Comment