Oleh : Hj. Yeni
Allah menciptkan manusia dengan segala nalurinya, salah satunya naluri untuk mempertahankan diri (gharijah al-baqa’), salah satu perwujudannya yaitu manusia mencintai harta dan kekuasaan sebagaimana dalam Firman-Nya: “Telah dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa saja yng diinginkan, yaitu para wanita; anak-anak; harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia. Disisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)” (TQS Ali Imran {3}:14). Allah juga memperingatkan kalo harta merupakan fitnah bagi manusia (QS.al-anfal{8}:28, at-Taghabun{4}:15). Dalam hadits at-Tarmidzi, “setiap orang akan ditanya di akhirat atas harta yang didapat; dari mana diperoleh, dan untuk apa dibelanjakan”.
Ingat pesan Rasulullah : “Hai manusia, sungguh salah seorang diantara kalian tidak akan mati sampai Allah menyempurnakan rejekinya. Karena itu janganlah kalian menganggap lelet datangnya rejeki. Bertakwalah kepada Allah, hai manusia, dan baguslah dalam meminta. Ambilah apa saja yang halal dan tinggalkan apa yang haram (HR.al-Hakim, al-Baihaqi dan Ibn Majah).
Cinta harta yang berlebihan akan mendorong seseorang untuk mendapatkan harta tanpa peduli halal haram. Harta yang diperoleh dengan jalan haram akan membawa bencana baik bagi individu maupun bagi masyarakat dan juga tidak akan membawa keberkahan di dunia dan akherat.
Harta kebanyakan diperoleh dengan jalan interaksi, muamalah dan transaksi dengan orang lain. Kecintaan pada harta yang berlebih akan mendorong orang melakukan transaksi yang melanggar syariah yang tentunya akan ada pihak yang terzalimi atau dilanggar haknya. Seperti korupsi dampaknya akan dirasakan oleh masyarakat luas, berupa pelayanan yang terhambat atau masyarakat terhalang dari manfaat harta yang dikorupsi. Korupsi masih terus terjadi dan menjadi problem besar di negri ini.
Menurut data KPK tahun 2019 ada 1125 pelaku tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh para pengusaha dan pejabat negri ini yang berupa penyuapan, korupsi pengadaan barang dan jasa, penyalahgunaan anggaran, pencucian uang, perkara pungutan, perijinan dll. Jumlah itu belum termasuk yang tidak terungkap oleh KPK. Jumlah kasus sebenarnya jauh lebih besar dari yang terungkap. Selain cinta harta cinta kekuasaan juga merupakan cinta dunia. Korupsi juga dipengaruhi oleh hasrat atas kekuasaan atau jabatan.
Dalam sistem Demokrasi saat ini kekuasaan politik sangat dipengaruhi oleh unsur popularitas dan kampanye. Bertemunya motif cinta harta dan kekuasaan, selain menyuburkan korupsi, juga menyebabkan munculnya korporatokrasi. Politisi butuh modal untuk meraih jabatan politik dan jabatan dan pemodal butuh kebijakan untuk mendapatkan legalitas usaha yang bisa menguntungkan mereka walaupun kebanyakan rakyat yang dirugian.
Dalam Islam, jabatan dan kekuasaan adalah amanah dengan dua tujuan yaitu menjaga agama (harasah ad-din) dan mengatur atau memelihara dunia (siyasah ad-dunya). Amanah kekuasaan dan jabatan itu di akherat nanti akan menjadi penyesalan kecuali ketika didapatkan dengan benar dan apa yang menjadi kewajiban ditunaikan dengan benar. Rasulullah juga memperingatkan : “Tidaklah seorang penguasa diserahi urusan kaum muslim, kemudian ia mati, sedangkan ia menelantarkan urusan mereka, kecuali Allah mengharamkan surga untuk dirinya (HR.al-Bukhari dan muslim).
Hadits ini merupakan ancaman bagi mereka yang berkhianat terhadap suatu urusan yang telah diserahkan kepada dirinya dan dia telah melakukan suatu dosa besar dan akan dijauhkan dari surga. Penghianatan itu bisa berupa mengabaikan hak-hak umat, tidak menjaga keamanan mereka, tidak berjihad mengusir musuh musuh mereka dan tidak menegakkan keadilan di tengah- tengah mereka.
Kaum muslimin wajib terus melakukan amar makruf nahi munkar. Nabi bersabda : “Hendaklah kalian melakukan amar makruf nahi munkar. Kalo tidak Allah akan menjadikan orang orang yang paling jahat diantara kalian berkuasa atas kalian, kemudian orang-orang baik diantara kalian berdo’a tetapi do’a mereka tidak terkabulkan (HR. Ahmad). Hanya dengan menerapkan Islam kaffah cinta harta dan kekuasaan bisa dikelola dengan benar sehingga menjadi berkah.
Walah A’lam bi ash-shawab.
Post a Comment