Berbenah Pasca Banjir, Harus Ada Perubahan Yang Sistemik


Oleh: Merli Ummu Khila
Kontributor Media, Pegiat Dakwah

Nasib warga pasca banjir kadang sedikit terabaikan dari perhatian kita. Korban mendapat perhatian penuh saat di pengungsian. Namun, setelah kembali memulai kehidupan, maka mereka harus memulai lagi hidup dari awal. Dan ini kadang luput dari perhatian.

Padahal justru pemulihan kembali kondisi masyarakat yang terdampak lebih penting. Menyediakan tempat tinggal dan sumber pencaharian adalah langkah awal yang harus ditempuh demi  keberlangsungan kehidupan mereka. Memperbaiki infrastruktur dan fasilitas umum, seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan juga harus diutamakan.

Disamping itu penanggulangan dan pencegahan agar musibah banjir tidak terulang lagi dan tidak terjadi di daerah lain, harus menjadi perhatian dari pemerintah. Karena penyebab banjir yang paling utama adalah alih fungsi lahan resapan serta pembangunan properti yang masif. Dan ini merupakan kewenangan negara.

Seperti dilansir KOMPAS.com , 02/01/2019, Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Dedi Mulyadi menyebut, banjir yang terjadi di sejumlah wilayah akibat penggundulan hutan, penyempitan dan pendangkalan sungai hingga pembangunan yang jor-joran.

"Banjir terjadi di mana-mana, tidak usah saling menyalahkan karena ini kesalahan kolektif bersama," kata Dedi melalui sambungan telepon, Kamis (2/1/2020).

Dedi menyebut, banjir juga disebabkan oleh pembangunan properti yang jor-joran, tanpa mengindahkan tanah rawa, sawah dan cekungan danau. Semuanya dibabat dan diembat.

Banjir akan selalu terulang selama masalah pokoknya tidak terselesaikan. Perbaikan harus dari hulu sampai hilir. Di hulu harus ada lahan yang cukup sebagai resapan dan membangun teknologi yang mampu menyimpan debit air saat hujan.

Jika mengurai dari beberapa penyebab banjir maka bisa disimpulkan bahwa ketika sebuah negara menyerahkan
tata kota dan pembangunan infrastruktur pada  kaum kapitalis,  maka akan selalu berorientasi memenangkan bisnis dan tidak memperhatikan lingkungan.
Belum lagi pola hidup masyarakat yang tinggal di bantaran kali kurang memperhatikan lingkungan seperti membuang sampah di sungai, tidak merawat drainase dan lain sebagainya.

Penyelesaian tidak cukup hanya perbaikan teknis tapi harus menyentuh perubahan ideologis. Karena keberlangsungan kehidupan sebuah negara tergantung pada sistem yang dipakai. Selama masih dikungkung oleh neoliberalis kapital maka sulit mewujudkan sebuah negara yang terbebas dari kerusakan alam atas ulah para kapital.

Saatnya melanjutkan kembali kehidupan Islam, karena sejarah sudah mencatat keberhasilan sistem ini menghantarkan umat pada kesejahteraan hidup. Tak terkecuali dalam hal pengelolaan pembangunan serta penanggulangan banjir. Karena pada sistem Islam kedaulatan mutlak di tangan Allah Swt sehingga manusia tidak berhak membuat hukum.

Peradaban Islam  tercatat telah membangun bendungan jembatan (bridge dam). Bendungan jembatan itu digunakan untuk menggerakkan roda air yang bekerja dengan mekanisme peningkatan air. Bendungan jembatan pertama dibangun di Dezful, Iran. Bendungan jembatan itu mampu menggelontorkan 50 kubik air untuk menyuplai kebutuhan masyarakat muslim di kota itu.

Bendungan diatas hanya satu dari sekian banyak bukti keberhasilan kekhalifahan mengatur kehidupan bernegara. Maka menyempurnakan Islam dengan menegakkan syariah adalah sebuah keharusan demi kesejahteraan umat.

Wallahu'alam bish shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post