Benarkah Umat Islam Tak Punya Pelindung?

Oleh : Nuraminah, SKM

Tindakan keras Pemerintah China terhadap etnis minoritas Muslim Uyghur telah mendapat kecaman internasional. Namun beberapa suara yang sebenarnya signifikan, yakni dari negara-negara Muslim malah nyaris tak terdengar. PBB memperkirakan sekitar 1 juta warga dari etnis Uyghur, Kazakh dan minoritas lainnya diduga telah ditahan di Xinjiang barat laut China sejak 2017.

Para pengamat mengatakan pemerintah negara-negara Muslim memang tidak dimasukkan ke dalam satu kategori, namun, ada sejumlah kesamaan utama di balik kebisuan mereka, yakni pertimbangan politik, ekonomi dan kebijakan luar negeri.

Setelah pada Juli 2019 lalu, lebih dari 20 negara anggota Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) termasuk Australia, Inggris, Kanada, Prancis, dan Jerman mengirim surat kecamanan kepada para pejabat tinggi Dewan HAM PBB terkait perlakuan otoritas Cina terhadap etnis Uyghur dan minoritas muslim lainnya di wilayah Xinjiang. Tetapi sebaliknya, penguasa negeri ini justru bungkam terhadap nestapa Uyghur. Rintihan tangis muslim Uyghur, seakan tak mampu meluluhkan hati hati penguasa negeri ini.

Meregangnya nyawa kaum muslim Uyghur di bawah tirani Cina, tidak cukup meruntuhkan 'kemesraan' rezim ini terhadap Cina. Simbiosis mutualisme dan kepentingan-kepentingan yang mereka jalin dengan korporasi-korporasi Aseng terlalu mahal harganya jika dibandingkan dengan nyawa-nyawa muslim Uyghur. Cinta dunia melenakan mereka hingga tak peduli saudara muslim sendiri. Para penguasa rezim neolib di negeri ini seolah buta dan tuli terhadap persoalan kaum muslimin. 

Kasus Uighur menambah daftar panjang betapa besar penderitaan umat Islam sekarang. Sebab Uighur tak sendirian. Nasib serupa juga dialami oleh Muslim Rohingya, Pattani Thailand, Moro Philipina, Palestina, Suriah, dan lain-lain. Semua penderitaan kaum Muslim ini semakin meneguhkan kesimpulan tentang betapa butuhnya umat terhadap Khilafah.

Mengapa hanya Imam/Khalifah yang disebut sebagai junnah (perisai)? Karena dialah satu-satunya yang bertanggung jawab. Ini sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi shallallahu'alaihi wa sallam: Imam/Khalifah itu pengurus rakyat dan hanya dia yang bertanggung jawab atas rakyatnya (HR al-Bukhari dan Muslim).

Menjadi junnah (perisai) bagi umat Islam khususnya dan rakyat umumnya meniscayakan Imam/Khalifah harus kuat, berani dan terdepan. Bukan orang  yang pengecut dan lemah. Kekuatan ini bukan hanya pada pribadi sang pemimpin, tetapi pada institusi negaranya, yakni Khilafah. Kekuatan ini dibangun karena pondasi pribadi (Khalifah) dan negara (Khilafah)-nya sama, yaitu akidah Islam. Inilah yang ada pada diri kepala Negara Islam pada masa lalu, baik Nabi shallallahu'alaihi wa sallam maupun para khalifah setelahnya.

Post a Comment

Previous Post Next Post