By : Febryanti
Menteri pekerja umum Hadimuljono memberi bantahan terhadap banjir di wilayah Jabodetabek akibat pembangunan inflastruktur yang tidak berfikir dampak dari lingkungan. Begitupun Gubernur DKI jakarta Anies Rasyid Baswedan yang tidak menyalahkan pembangunan tersebut.Basuki pun memberi tanggapan ia meyakini masifnya pembangunan infrastruktur yang tidak mengurangi daerah resapan air.
Setiap tahun ke tahun Negara indonesia selalu mengalami bencana alam(banjir),akibatnya banyak rumah teremdan air,aset masyarakat hilang atau rusak,bahkan nyawa pun menjadi taruhannya. Jika kita menggunakan pola fikir orang awam yang muncul pasti kata "terlalu banyak orang yang membuang sampah sembarangan" berbeda ketika kita memakai fikiran cermelang jelas bencana alam ini terjadi bukan hanya faktor alam bukan masalah teknis seperti (tidak berfungsinya drainase,resapan air,dan kurang kanal) jelas akar dari masalah sistemik yang lahir dari ideologi kapitalistik yang dimana manusia melakukan apa saja demi meraih keuntungan.
Jika tatanan kota dan pembangunan infranstruktur di serahkan kepada para penguasa yang begitu bernafsu membangun kerajaan bisnisnya di jakarta maupun di kota besar lainnya karna pengaruh racun ideologi Kapitalisme berasaskan pengeluaran sekecil-kecilnya walaupun harus mengorbankan hajat hidup orang banyak. Mengapa demikian terjadi banjir? Menurut penelitian jakarta merupakan kota dengan mall terbesar di dunia sekitar 40% atau 660 hektar tanah diahli fungsikan menjadi bangunan akibatnya banyak bangunan yang di bangun di atas daerah resapan air yang di jadikan lahan bisnis dan di jakarta pula ruang terbuka hijau (RTH) tinggal 6% padahal standar RTH sebuah kota berkisar 30%-40%. Sementara sekarang RTH berubah menjadi beton. Dampak ketidak cukupan RTH menyebabkan air yang datang dan air hujan tidak terserap dan mulai tertampung sehingga menghasilkan banjir padahal seharusnya pemerintah memperhatikan pola masyarakat miskin yang terjadi di negara daripada sibuk memikirkan pembangunan yang bisa merugikan akibat tidak terselesaikan atau bahkan membuat bencana bagi negara sendiri.
Banjir dapat teratasi apabila pemerintah tidak memberi izin kepada penguasa kapitalisme untuk mengalih fungsikan daerah resapan air menjadi lahan bisnis dan industri serta merubah ideologi negara kita menjadi ideologi islam. Hal inilah yang dapat menyadari masyarakat bahwa sistem kapitalistik mufsiduna fil ardh (kerusakan seluruh alam) sedangkan sistem islam mewujudkan khilafah fil ardh(rahmat bagi seluruh alam).
Allah SWT berfirman:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
(QS. Ar-Rum: Ayat 41)
Ayat 41 Ar-Rum ini menjadi pengingat Momentum bencana banjir ini seharusnya menjadi muhasabah masyarakat agar melakukan perbaikan dengan tobatan nasional dan berpegang teguh kepada ideologi islam serta mengubah pola hidup yang sesuai dengan al-qur'an dan as-sunnah dan membuang pandangan hidup kapitalisme yang beranggapan materi dan harta membawa kebahagiaan padahal keimanan dan taqwa lah yang membawa kebahagiaan dalam diri manusia.
Penulis (Febryanti Anugrah Putri)
Post a Comment