Oleh: Halimah Ummu Nabila
Sedih sekaligus prihatin. Seakan sudah menjadi tradisi, setiap musim hujan datang Jakarta selalu kebanjiran. Kali ini wilayah Jabodetabek terendam banjir. Dikabarkan ini yang terbesar selama 30 tahun terakhir. Korban materi dan non materi tak terhitung jumlahnya. Bahkan ada korban jiwa juga. Berbagai solusi ditawarkan. Memperdebatkan solusi normalisasi dan naturalisasi. Seringkali gagasan untuk solusi banjir berjangka waktu 5 (lima) tahunan setelah itu muncul gagasan baru yang muncul dari tokoh yang baru juga. Seiring dengan waktu pergantian pimpinan daerah.
Sebenarnya banjir Jakarta bukanlah masalah teknis semata, melainkan juga soal sistemis-ideologis, yaitu tergantung ideologi yang diterapkan. Sehingga, usaha mengatasi banjir secara teknis tidaklah mencukupi, karena masalahnya ada pada ideologi yang diterapkan oleh negara. Tampaknya corak negeri ini adalah kapitalisme.
Pada kapitalisme selalu didasarkan pada peningkatan ekonomi. Akibatnya, negara merasa harus profit-oriented. Untuk itu kapitalisme mengabaikan satu fundamental alam, yakni keberlanjutan lingkungan. Apapun akan dilakukan demi besarnya keuntungan.
Pembukaan lahan dilakukan tanpa memerhatikan AMDAL. Tata kota pun diserahkan pada mekanisme pasar yang mengabaikan keberlanjutan lingkungan. Pengelolaan kota hanya mengandalkan visi jangka pendek lima tahunan. Memang masalah banjir Jakarta perlu solusi
tehnis tapi harus juga menyelesaikan masalah ideologis ini.
Itulah kapitalisme, bagaimana dengan sistem yang lain? Sistem
Islam mengharuskan melakukan pembangunan dengan selalu menjaga kesetimbangan lingkungan. Pada dasarnya alam sudah dirancang oleh Sang Pencipta sedemikian rupa hingga manusia sebagai makhluk dapat memanfaatkannya. Manusia dengan bekal akal dan petunjuk (berupa agama) dari Sang Pencipta pasti akan membuat
alam sejalan dengan kemaslahatan manusia.
Ekonomi yang ditata oleh Islam tidak tersentralisasi dan berorientasi pada pertumbuhan, tetapi berorientasi pada distribusi. Sehingga, aktivitas ekonomi akan merata di seluruh penjuru negeri, yang berimbas pada menurunnya kepadatan kota Jakarta dan kota-kota sekitarnya. Untuk menerapkan ideologi Islam butuh institusi penerapnya yaitu Khilafah. Tidak selayaknya khilafah dipersekusi karena khilafah adalah bagian dari ajaran Islam.
Sebagai hamba Allah, manusia selayaknya menjadikan musibah ini sebagai bahan muhasabah: sudahkah pengaturan seluruh aspek kehidupan selaras dengan tuntunan Sang Pencipta Alam Semesta?
Post a Comment