Bahaya Moderasi Agama Terhadap Pelaksanaan Islam Kaffah

Oleh : Anggun Permatasari


Sistem sekuler demokrasi kapitalis belum genap satu abad bertahta di dunia ini. Namun, pengaruhnya sudah banyak merusak pemikiran umat. Akibat mantra-mantranya umat mengalami kemerosotan berpikir.

Ideologi ini melahirkan manusia-manusia yang berani menentang ayat-ayat Allah swt. demi memenuhi syahwatnya. Dan ternyata semakin hari semakin banyak bermunculan orang-orang yang justru dalam pandangan masyarakat sebagai ulama dengan ponggahnya mengutak-utik firman Allah swt.

Dikutip dari laman republika.co.id., "Muktamar Tafsir Nasional 2020 yang diselenggarakan  Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir Universitas Nurul Jadid (Unuja) Probolinggo menghasilkan beberapa rekomendasi. Di antaranya, ratusan peserta muktamar tersebut sepakat untuk mempromosikan moderasi Islam atau Islam moderat."

Prof. Abdul Mustaqim mengatakan bahwa untuk menghasilkan tafsir Alquran dan hadits yang mengedepankan moderasi diperlukan adanya sinergitas antar berbagai pihak. Dan Pancasila itu sejatinya juga bagian dari bentuk moderasi.

Semakin kuatnya arus moderasi yang dilakukan oleh kaum sekuler juga ditunjukkan dengan penciptaan ‘tafsir moderat’. Tafsir Maqashidi adalah salah satunya. Tafsir Maqashidi syari’ah menitikberatkan ayat-ayat yang diturunkan Allah swt. pada nilai maslahat nya bagi umat.

Inti sari dari Tafsir Maqashidi adalah wahyu Allah swt. yang diturunkan sejatinya sebagai petunjuk hidup ditundukkan oleh respons manusia berdasarkan kepentingannya.

Dari fakta di atas jelas bahwa keberadaan Tafsir Maqashidi di tengah-tengah umat sangat berbahaya. Bahayanya dikarenakan konsep tersebut bisa menjadi instrumen kaum sekuler liberal atas teks-teks agama dan firman Tuhan untuk melegalkan keinginannya.

Dalam memahami ayat-ayat seperti perintah menutup aurat misalnya, kebanyakan kaum sekuler liberal tidak mau diatur dan berdalih berjilbab bukanlah perintah melainkan budaya orang Arab.

Titah untuk berjihad/berperang di jalan Allah swt. demi menjaga kehormatan kaum muslimin pun dibelokkan dari arti sebenarnya. Sehingga umat memandang bahwa Jihad bukan sesuatu yang urgent. Jihad seringnya digambarkan seperti momok yang menakutkan bagi peradaban manusia.

Sistem perekonomian yang diatur Allah swt. mengenai riba pun tak luput disalah artikan oleh mereka. Karena saat ini negara-negara di dunia tidak ada yang mengambil secara utuh sistem Islam sebagai dasar negara, maka sistem ekonominya pun menyesuaikan dengan konteks ekonomi kapitalis.

Kesesatan tafsir moderat tergambar dari pernyataan kontroversi yang diutarakan Menteri Agama Fachrul Razi baru-baru ini yang memancing kemarahan publik. Beliau melarang ASN bercadar dan bercelana cingkrang serta menganjurkan berdoa menggunakan bahasa Indonesia. (Detiknews.com).

Jihad seolah-olah sesuatu yang berbau terorisme. Dan ajaran Islam mengenai kepemimpinan yang dicontohkan Rasulullah saw. yaitu khilafah diwacanakan dihapus dari kurikulum dan buku agama di sekolah.

Dari penjabaran di atas, bahaya tafsir moderat terhadap umat yang paling utama adalah menjauhkan dan mengalihkan umat dari kewajiban mewujudkan pelaksanaan Islam kaffah. Akan terjadi kesalahan pengambilan keputusan dalam penggalian hukum ketika tafsir moderat dijadikan umat sebagai sandaran dan rujukan penyelesaian berbagai masalah yang menjamur di tengah-tengah umat.

Salah kaprah penafsiran tersebut sangat menyesatkan pemahaman umat dari mafhum yang benar. Dan inilah watak asli sistem sekuler yang melahirkan manusia penghamba kebebasan.

Pada kenyataannya saat ini negara-negara sekuler justru mendorong munculnya penafsiran sejenis tafsir Maqashidi karena kepentingan politik mereka dan ketakutan bangkitnya Islam kaffah. Rencana Cina menyesuaikan tafsir alquran sesuai keyakinan Partai Komunis adalah salah satu bentuk ketakutan mereka akan kebangkitan Islam yang merupakan keniscayaan.

Dilansir dari liputan6.com., "Rencananya Cina akan menulis ulang isi terjemahan Alkitab dan Al-Quran. Upaya itu digadang-gadang demi mencerminkan nilai nasionalis di tengah isu Uighur, yang menuduh pemerintah negara tersebut telah melakukan tindakan keras."

Kitab suci keluaran baru nanti, tidak akan mengandung konten apapun yang berlawanan dengan keyakinan Partai Komunis, menurut pihak berwenang dari partai berkuasa di China.

Oleh karena itu, penting bagi umat muslim saat ini untuk lebih waspada terhadap segala bentuk penyesatan yang dilakukan kaum kafir dan orang-orang sekuler terhadap kemurnian dinnul Islam.

"Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya, tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam." (QS. An-Nisaa’ [4]: 140)

Kesadaran umat juga harus diwujudkan dengan kepedulian mempelajari alquran dan assunah secara benar. "Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)

Mengembalikan bahasa Arab sebagai bahasa utama umat Islam juga merupakan salah satu cara memelihara keaslian dan kebenaran isi alquran dan assunah.

Dan yang paling utama, umat muslim harus menjadikan Islam sebagai ideologi yang mengatur kehidupannya. Mirisnya, selama ini Islam hanya dipakai di pojok-pojok masjid yang hanya mengatur ibadah mahdhah saja.

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.
(QS. Al-Baqarah ayat 20)

Arah perjuangan kebangkitan Islam juga harus sesuai thariqah yang benar, yang dicontohkan baginda Nabi Muhammad saw. Melencengnya metode walau sehelai rambutpun akan membawa umat pada persimpangan tujuan yang tidak jelas.

Sejarah kegemilangan Islam selama 13 abad membuktikan bahwa dengan penerapan Islam secara kaffah, aqidah umat sangat terjaga. Pendidikan berbasis aqidah sangat ditekankan sebelum anak baligh. Paham-paham asing seperti sekulerisme, kapitalisme, liberalisme dan kesyirikan tidak bebas dianut oleh umat.

Oleh karena itu, untuk mewujudkan itu semua dibutuhkan pemikiran dan perasaan yang satu di tengah-tengah umat dalam menyikapi bahaya penyesatan ajaran dan simbol-simbol Islam. Kesadaran dan kesatuan umat tentunya akan membawa perubahan haqiqi terhadap kebangkitan Islam. Sehingga kemurnian alquran dan assunah terjaga dengan baik.

"Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, sementara Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukainya. Dialah Yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Quran) dan agama yang benar untuk Dia menangkan atas segala agama walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS. At-Taubah: 32-33).

Wallahualam.

Post a Comment

Previous Post Next Post