Ucapan Selamat Natal VS Pemikiran Nakal

  
Oleh : Miratul Hasanah
(Pemerhati masalah sosial)

Semakin aneh-aneh saja pemikiran umat islam zaman now. Dan kelihatannya, ketika pemikiran itu semakin nyleneh maka semakin mendapat dukungan dari rezim yang berkuasa.Memang yang namanya sebuah pemikiran itu boleh berbeda-beda dan pada faktanya memang tidaklah sama, karena memang semua itu adalah bagian dari khazanah ilmu pengetahuan yang wajib dijaga agar eksistensi umat manusia bisa tetap dipertahankan.sekedar contoh, dalam satu keluarga, saat ingin memasukkan anak-ke sekolah,seringnya antara ayah, ibu dan anak tentulah berbeda cara pandangnya .Si ibu ingin anaknya dimasukkan ke pesantren saja, agar kelak bisa menjadi anak yang sholih dan bisa mendoakannya ketika meninggal dunia. Beda lagi dengan sang ayah. Ia ingin melihat anaknya nanti kehidupannya mapan, maka harus disekolahkan di sekolah favorit, agar kelak bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Sang anakpun pendapatnya tak kalah seru. Ia tidak ingin masuk sekolah ataupun masuk pesantren, tapi ia ingin jadi artis ngetop agar jadi terkenal dan disukai oleh banyak penggemarnya. Itulah pernak-pernik sebuah pemikiran. 
 
Akan tetapi, yang akan menjadi fokus tulisan ini adalah bagaimana sebuah pemikiran akan berimplikasi pada sebuah pemahaman yang akan terealisasi dalam amal perbuatan.Sebentar lagi akan ada peringatan hari natal dan tahun baru.atribut natal dan tahun baru juga mulai marak dan dipasang di toko-toko maupun di mall.banyak diantara kaum muslimin juga ada yang begitu antusias menyambutnya dengan hanya sekedar membeli kembang api atau sekedar meniup terompet.Ada juga umat islam yang latah mengucapkan selamat natal dan tahun baru kepada teman, maupun kaum kerabatnya yang non muslim. Mereka seakan bangga saat disebut sangat toleran dalam beragama. Bahkan kalaupun ada yang mengingatkan bahwa konsekuensi dari ucapan tersebut akan membatalkan keislamannya malah dicap sebagai"radikal dan intoleran".

Sungguh bencana pemikiran telah menimpa negeri ini.Kaum muslimin lebih bangga memperingati hari raya umat beragama lain daripada menyibukkan diri dalam perjuangan islam.Apalagi saat ini kaum muslimin sedang berduka karena melihat kondisi saudaranya di uighur, kashmir, Palestina serta di belahan bumi yang lain mengalami diskriminasi dari para boneka penjajah yang notabene ada Orang-orang kafir yang sangat membenci islam dan kaum muslimin.

Sesungguhnya saat kita menyebut diri sendiri seorang muslim, maka seharusnya kita memiliki pemikiran yang sama,serta perasaan yang sama. Oleh karena kita telah diikat dengan akidah yang sama,yakni akidah islam, kita juga diikat dengan persaudaraan yang sama yakni persaudaraan islam. 
Maka dari itu, dalam dalam tataran muamalah kita boleh saling berinteraksi dengan mereka, dan bahkan boleh mengadakan kerjasama bisnis dengan mereka selama mereka tidak memusuhi kita.Akan tetapi dalam masalah akidah jelas tidak boleh sama.Oleh karena islam telah memberikan batasan yang jelas terkait dengan toleransi beragama.Yaitu yang tercantum dalam surat Al-kafirun.
 Allah SWT berfirman; "Bagimu agamamu dan bagiku agamaku". (Qs.Al-kafirun; 6)

Oleh karena itu, sebagai seorang muslim seharusnya banyak mengambil ibrah dari ayat-ayat Alqur'an maupun tuntunan Assunah, bukan justru  malah ikut-ikutan latah mengucapkan selamat pada hari raya agama lain tanpa tahu konsekuensi yang akan didapatkannya yakni toleransi yang kebablasan yang bisa menyebabkan rusaknya akidah umat.

Peran negara dalam menjaga akidah umat
Islam tidak menyerahkan penjagaan akidah umat hanya dalam sekup individual, karena sekuat apapun akidah seseorang, ia juga akan bisa terpengaruh dengan lingkungan sekitarnya ataupun sistem yang menaunginya. Maka, islam telah mewajibkan negara untuk menjaga akidah umat dari setiap pemikiran yang akan menjauhkan umat dari rusaknya akal.Syariah islam memang memberikan kebebasan kepada agama lain untuk merayakan hari raya agamanya. Akan tetapi, keberadaannya tidak boleh memengaruhi atau bahkan sampai membawa kepada pendangkalan keimanan. Dan justru dari situlah syariah islam bisa menjadi rahmat bagi semesta alam.Kerahmatan itu tidak hanya akan dirasakan oleh kaum muslimin, tapi juga akan bisa dirasakan oleh umat agama lain. Maka dari sinilah tidak akan muncul istilah pemikiran nakal yang jelas akan membawa pada kerusakan dan kemudharatan bagi islam dan kaum muslimin. 
WaAllahu a'lam bi ash-showwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post