Oleh : Linda Pusparini
(Ibu Rumah Tangga)
Sebentar lagi kita akan dihadapkan dengan malam pergantian tahun. Ya, seperti kita tahu perayaan besar ini selalu dilangsungkan secara masif oleh masyarakat di seluruh dunia. Dan seperti biasanya masyarakat akan menyiapkan berbagai acara dan kemeriahan untuk menyambutnya. Tak lupa atribut-atribut seperti terompet, topi kerucut, lonceng, kembang api, dan sejenisnya juga turut menjadi pelengkap.
Dewasa ini, suka cita menyambut tahun baru masehi nyatanya tak hanya datang dari kalangan non muslim, dan mirisnya sebagian besar malah dari kaum muslimin. Seperti halnya bebek yang hanya mengekor apa yang ada di depannya, kaum muslimin saat ini pun juga demikian. Mereka hanya ikut-ikutan merayakan walaupun mereka tidak mengetahui sejarahnya dan tanpa takut terperosok jurang kemaksiatan dan yang lebih parah bisa terjerumus dalam kekufuran.
Perayaan tahun baru masehi memiliki sejarah panjang yang merupakan warisan dari orang-orang romawi. Penetapan 1 Januari sebagai tahun baru awalnya diresmikan Kaisar Romawi Julius Caesar (tahun 46 SM), diresmikan ulang oleh pemimpin tertinggi katolik Paus Gregorius XII tahun 1582. Penetapan ini kemudian di adopsi oleh hampir seluruh negara Eropa Barat yang menganut kristen sebelum mereka mengadopsi kalender Gregorian tahun 1752. (www.en.wikipedia.org; www.history.com)
Jika kita lihat sejarahnya, jelas perayaan tahun baru bukanlah berasal dari Islam melainkan dari orang-orang kafir. Dan mengikutinya sangat dilarang dalam islam karena hal ini merupakan bagian dari tasyabuh (menyerupai orang kafir). Allah SWT berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (rahasia), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu..."(QS. Al Mumtahanah : 1)
"Barang siapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang merugi". (QS. Ali Imran : 85)
Hal ini diperkuat dengan hadist Rasulullah Saw :
"Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka. (HR. Ahmad)
Disisi lain, perayaan tahun baru sangat rawan dengan adanya kemaksiatan. Kegiatan pesta pora, campur baur dengan lawan jenis, minum minuman keras, hingga pesta sex secara bebas seakan sudah menjadi hal yang biasa.
Hal ini adalah bagian dari perusakan aqidah dan moral umat islam dimana mereka digiring untuk ikut berpartisipasi dengan dalin toleransi dan kebebasan. Sehingga sedikit demi sedikit aqidah umat islam tergerus dan akhirnya tanpa sadar akan hilang berganti dengan mengikuti gaya hidup dan kebiasaan dari orang-orang kafir. Dan hal ini sesuai dengan apa yang di sabdakan Rosulullah Saw :
"Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya. "Kami (para sahabat) berkata "Wahai Rosulullah, apakah yang diikuti itu Yahudi dan Nashrani?" Beliau menjawab "Lantas siapa lagi?" (HR. Muslim)
Sudah sepatutnya kita sebagai umat Islam lebih bijak dalam menyikapi pergantian tahun sehingga bisa menjadikannya bahan introspeksi diri dan perbaikan. Serta memperbanyak dzikir dan memohon kebaikan bagi seluruh umat manusia. Sehingga syariat Allah dapat diterapkan dan mewujudkan islam yang toleran dan rahmatan lil 'alamin dalam setiap sendi kehidupan.
Post a Comment