Penulis : Siti Fatimah
(Pemerhati Sosial Masyarakat dan Generasi – Tulungagung)
Agak aneh memang mendengar berita mengenai program pemerintah yang menganjurkan setiap keluarga yang ada di Indonesia memulai gerakan memelihara 1 ekor ayam untuk mengatasi masalah stunting. Satu ekor ayam ini diharapkan mampu memberikan asupan penting berupa protein atas pemenuhan gizi anak. Menurut kepala staf kepresidenan, gizi yang diberikan sejak usia dini dapat menekan angka stunting alias gagal tumbuh akibat kurang gizi kronis pada seribu hari pertama.
Jadi, setiap anak diwajibkan memakan satu butir telur ayam per-hari. Selain itu mereka juga perlu mendapatkan makanan kaya gizi lainnya, seperti ikan, sayur mayur, tahu, maupun tempe yang penuh dengan protein.
Sebenarnya apa itu stunting?
Stunting adalah permasalahan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang waktu yang cukup lama, terhitung pada 1.000 hari pertama anak. Hitungan 1.000 hari ini dimulai sejak janin sampai anak berusia 2 tahun. Jika pada rentang waktu ini, gizi tidak dicukupi dengan baik, dampak yang ditimbulkan memiliki efek jangka pendek dan efek jangka panjang.
Gejala stunting jangka pendek meliputi hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan gejala jangka panjang meliputi obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.
Lalu apa sajakah gejala Stunting itu?
Anak terindikasi stunting berbadan lebih pendek untuk anak seusianya, proporsi tubuh dan pertumbuhan tulang tertunda.
Bagaimana cara mencegah Stunting?
Karena stunting pada dasarnya adalah penyakit kurang gizi pada anak maka pencegahannya adalah tentu saja dengan memenuhi asupan gizi yang baik dan sesuai. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, bagaimana jalan yang paling tepat agar kebutuhan gizi dapat tercukupi dengan baik? sudah efektifkah gerakan minimal 1 ekor ayam 1 keluarga?
Memelihara seekor ayam atau beberapa ekor tentu saja tidak akan cukup, karena tidak mungkin mampu memenuhi kebutuhan gizi keluarga yang memiliki 2 hingga 3 anak kecil. Pemenuhan gizi anak dan ibu hamil tidak hanya cukup mengkonsumsi sumber protein dari telur dan daging ayam saja melainkan juga dari asupan gizi yang lain berupa sayur mayur, susu, tahu, tempe, biji-bijian, ikan, hati dan daging sapi. Jadi, bagaimanapun juga kita tetap membutuhkan penghasilan yang cukup untuk pemenuhan kebutuhan akan gizi anak-anak dan ibu hamil. Bagaimana jika penghasilan suami tidak mencukupi untuk kebutuhan tersebut?
Sebenarnya dari uraian diatas telah jelas bahwa akar masalah dari kasus anak-anak yang terindikasi stunting adalah pemenuhan gizi yang baik terhadap anak dan ibu hamil. Maka dari itu penghasilan sebuah keluargalah seharusnya yang menjadi sorotan dan prioritas utama dalam kasus ini. Selama keuangan mencukupi maka stunting pada anak Insyaa Allah dapat teratasi.
Sayangnya, keadaan perekonomian negara kita sedang bermasalah. Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa Indonesia sedang mengalami perlambatan ekonomi sejak triwulan I-2019, dan semakin terpuruk pada triwulan III-2019. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% di triwulan III-2019 atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,05%.
Lebih parahnya lagi, pada era rezim saat ini tingkat kelaparan yang diderita rakyat kecil mencapai 22 juta orang. Artinya potensi rakyat yang kelaparan rentan terhadap penyakit dan ibu hamil yang bermasalah terhadap kandungannya serta nasib anak-anak yang terancam stunting semakin besar.
Kemampuan pemerintah dalam hal pemenuhan lapangan pekerjaan juga sangat perlu untuk dipertanyakan. Pasalnya tingkat pengangguran di negara ini cukup tinggi dan menjadi yang tertinggi kedua di Asia Tenggara.
Untuk itu seharusnya pemerintah memperbaiki keadaan ekonomi demi mengurai masalah-masalah yang sedang terjadi. Namun, dengan penerapan sistem ekonomi Kapitalis hal ini menjadi sangat mustahil untuk diperbaiki. Kapitalisme dan neoliberalisme membolehkan penguasaan atas Sumber Daya Alam dikelola oleh swasta bahkan Asing/Aseng sehingga kebijakan pemerintah diintervensi oleh kaum pemodal tersebut untuk mempermudah menjalankan kerajaan bisnis mereka. Negara seolah tidak memiliki kedaulatan sama sekali atas pengendalian kekuasaannya.
Lain halnya apabila negara menerapkan sistem pemerintahan Islam. Dengan menjalankan aturan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah maka permasalahan ekonomi, pengangguran, kelaparan, tingkat kriminalitas yang tinggi bahkan masalah stunting pada anak sekalipun akan dapat teratasi. Kuncinya adalah bahwa amirul mukminin atau seorang Khalifah dan para pembantu Khalifah yang amanah terhadap tugasnya sebagai periayyah umat, ketaatan menjalankan tugas demi keridhaan sekaligus bentuk rasa takut akan azab Allah SWT yang akan menjadikan negara Islam menjadi negara yang baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur.
Pemerintahan dalam Islam akan menjamin kebutuhan hidup dari setiap individu. Mulai dari pangan, sandang, papan, pendidikan , kesehatan, dan keamanan. Jadi dalam sistem lslam itu seorang individu pasti akan terpenuhi kebutuhan pangannya, sehingga kasus kelaparan dan stunting tidak akan terjadi. Gerakan 1 ekor ayam 1 keluarga sudah pasti lewat dan tidak akan dibutuhkan.
Post a Comment