By : Mutiara Putri Wardana
Seiring menguatnya desakan banyak pihak agar pemerintah serius menurunkan angka stunting, Kepala Staff Kepresidenan Moeldoko akan meluncurkan gerakan nasional piara 1 ayam tiap rumah. Program ini mendapat dukungan dari Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan juga Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud dengan alasan bahwa dengan program ini bisa menjadi penyelesaian masalah gizi buruk yang dialami keluarga miskin.
Moeldoko mengatakan pemenuhan gizi anak bisa dilakukan dengan memberi asupan telur dari ayam yang dipelihara tersebut. Menurutnya, gizi yang diberikan sejak usia dini dapat menekan angka stunting alias gagal tumbuh akibat kurang gizi kronis pada seribu hari pertama. (www.cnnindonesia.com, 15/11/19)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga dengan angka prevalensi stunting tertinggi di Asia pada tahun 2017 silam. Angkanya mencapai 36,4 persen. Namun pada 2018, menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), angkanya turun menjadi 23,6 persen. Tapi, penurunan angka stunting ini belum berarti sudah bisa membuat tenang sebab bila merujuk pada standar WHO, batas maksimalnya adalah 20 persen dari jumlah total anak balita. (Beritagar.id, 5/4/19)
Untuk diketahui lebih lanjut, stunting adalah sebuah masalah kesehatan dimana seorang bayi atau anak-anak mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, sehingga gagal memiliki tinggi yang ideal pada usianya. Tidak hanya itu, anak-anak yang mengalami stunting mengalami penurunan fungsi kekebalan tubuh dan fungsi kognitifnya bahkan untuk efek jangka panjangnya dapat mengakibatkan berbagai penyakit berbahaya seperti jantung koroner dan hipertensi. Secara garis besar, masalah kesehatan ini disebabkan oleh kurangnya nutrisi penting dalam tubuh, seperti lemak, karbohidrat dan protein.
Memang kita lihat dari segi apa yang dibutuhkan masyarakat dalam mencegah stunting adalah aspek pemenuhan nutrisinya. Namun, solusi yang diberikan pemerintah sangatlah tidak solutif dan cenderung membebankan semua penyelesaian persoalan masyarakat kembali ke pundak masyarakat sendiri. Lalu yang menjadi soal adalah apa tugas pemerintah dan negara sebenarnya?
Seharusnya negara tidak hanya sekedar disibukkan dengan membuat program-program mubazir seperti ini yang mana pada intinya tetap saja ujung-ujungnya masyarakat juga lah yang dituntut untuk bergerak sendiri. Jika memang pemerintah benar peduli terhadap rakyatnya akar permasalahannya lah yang harusnya diatasi, yaitu mengentaskan kemiskinan jangan malah sibuk memperkaya diri sendiri sehingga lupa untuk mensejahterakan rakyatnya.
Kenapa stunting bisa terjadi? Apakah karena kurangnya nutrisi semata? Ya, memang benar tapi kurangnya nutrisi itu merupakan dampak daripada kemiskinan struktural yang terjadi. Otomatis yang harus diatasi ya kemiskinannya bukan malah terfokus dengan persoalan yang nampak di permukaannya saja dan melupakan inti persoalan tersebut.
Seperti yang kita sudah ketahui bersama negeri ini dikaruniai oleh Allah dengan kekayaan alamnya yang berlimpah. Namun kemana semua itu? Jangankan untuk melayani kebutuhan pokok masyarakatnya secara gratis, menurunkan harganya pun tak mampu. Hidup di negara agraris ini, harusnya bisa menjamin keberlangsungan hidup rakyatnya apalagi terkait masalah hajat hidup orang banyak seperti pangan, tapi harga pangan justru melonjak membuat rakyat jauh dari kata sejahtera. Negara kita kaya tapi rakyat kian sengsara, para penguasa dan kapitalis bekerjasama untuk mengisi perut mereka sendiri. Inilah imbas dari sistem kapitalis-sekuler yang diterapkan di negara ini.
Sistem di negara ini membuat kekayaan negara yang seharusnya diperuntukkan untuk seluruh warga negara untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat tapi justru hanya bisa dinikmati segelintir orang saja. Mengandalkan penyelesaian permasalahan hanya sebatas pada pembuatan gerakan nasional menjadi tolak ukur yang membuktikan makin lepasnya tanggung jawab negara terhadap pemenuhan kemaslahatan rakyatnya.
Jika kita kembalikan kepada sudut pandang Islam, secara individu laki-laki memang diwajibkan untuk bekerja untuk menafkahi diri sendiri dan keluarganya agar bisa mencukupi kebutuhan pokok hidupnya, sebagai bagian dari masyarakat pun kita memiliki kewajiban saling tolong menolong jika ada saudara kita yang kekurangan dan membutuhkan pertolongan. Tapi lebih dari itu jika individu sudah berusaha bekerja keras dan masyarakat pun turut bahu membahu, semua itu juga tidak berarti apa-apa ketika negara tidak berusaha menjadi support system yang mana negara harusnya bertanggung jawab atas seluruh urusan rakyatnya, termasuk dalam hal menjamin kebutuhan pokok mereka. Sebagaimana sabda Rasulullah, “Pemimpin atas manusia adalah pengurus dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dia urus” (H.R Bukhari, Muslim, dan Ahmad).
Jadi, mengatasi stunting tak cukup hanya dengan mengandalkan program-program basi yang tak mampu memberikan solusi yang mengakar. Negara harus membuka mata lebar-lebar bahwa berbagai permasalahan yang dihadapi umat saat ini akar utama permasalahannya merupakan buah dari sistem kapitalis yang sudah mendarah daging dalam kehidupan kita. Jika negara benar peduli terhadap rakyatnya maka sudah saatnya tinggalkan sistem kapitalis ganti dengan sistem Islam yang mampu dengan sempurna mengatur segala lini kehidupan manusia untuk mencapai kata sejahtera yang sesungguhnya. Wallahu a’lam
Post a Comment