By : OKTAVIA ANGGRAINI
(1815040141)
Kehadiran seorang anak merupakan hal yang sudah pasti sangat diinginkan oleh sepasang suami istri. Namun, kita pasti tau tidak semua anak yang terlahir akan memiliki kesempurnaan. Dengan kata lain mereka berbeda dengan anak-anak normal lainnya. Dan karena ketidaksempurnaan mereka itulah yang membuat mereka memiliki kelainan atau mungkin gangguan.
Gangguan yang terjadi pada anak tentu akan mengganggu dan bahkan juga bisa menghambat proses tumbuh kembangnya seperti proses kognitif. Seperti halnya yang dialami oleh anak tunarungu. Anak tunarungu merupakan anak yang mempunyai gangguan pada pendengarannya sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau bahkan tidak dapat mendengar sama sekali, tetapi dipercayai bahwa tidak ada satupun manusia yang tidak bisa mendengar sama sekali. Walaupun sangat sedikit, masih ada sisa-sisa pendengaran yang masih bisa dioptimalkan pada anak tunarungu tersebut. Dan karena keterbatasan pendengaran itulah yang membuat perkembangan kognitif mereka terhambat.
Memang sudah dapat dipastikan ketunarunguan pada anak akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif mereka. Dan bagi anak tunarungu yang mengalami kesulitan dalam perkembangan kognitifnya, maka hal tersebut akan berakibat pada terhambatnya proses pencapaian pengetahuan yang lebih luas.
Soemantri (2005:97) mengemukakan bahwa pada umumnya intelegensi anak tunarungu secara potensial sama dengan anak normal, tetapi secara fungsional perkembangannya dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berbahasanya, keterbatasan informasi, dan kiranya daya abstraksi anak. Dengan demikian, perkembangan intelegensi secara fungsional mengalami hambatan.
Pernyataan di atas menegaskan bahwa kemampuan intelegensi anak tunarungu sama dengan kemampuan anak pada umumnya tetapi karena anak tunarungu memiliki hambatan dalam kemampuan bicara dan bahasa mengakibatkan anak tunarungu mengalami keterbatasan dalam memperoleh informasi yang diterimanya. Sejalan dengan pendapat di atas bahwa perkembangan kognitif anak tunarungu dipengaruhi oleh perkembangan bicara dan bahasa. Dampak yang ditimbulkan dari hambatan yang dimiliki oleh anak tunarungu dalam perkembangan kognitif lebih kepada fungsi perkembanga bahasa.
Kesulitan lainnya yang muncul sebagai akibat dari ketunarunguan adalah berhubungan dengan bicara, membaca, menulis, tetapi tidak berhubungan dengan tingkat intelegensi (Rahardja, 2006).
Jadi, perkembangan kognitif anak tunarungu sangat dipengaruhi oleh perkembangan bahasa, sehingga hambatan pada bahasa juga akan menghambat perkembangan intelegensi anak tunarungu. Ada beberapa ahli ilmu jiwa mengatakan bahwa kemampuan kognitif sangat erat hubungannya dengan bahasa. Sebaliknya ada pula yang berpendapat bahwa anak tunarungu tidak harus lebih rendah taraf intelegensinya dibandingkan anak pada umunya.
Cruickshank yang dikutip oleh Somantri (2005:97) mengemukakan bahwa anak-anak tunarungu sering memperlihatkan keterlambatan dalam belajar dan kadang-kadang tampak terbelakang. Keadaan ini tidak hanya disebabkan oleh derajat gangguan pendengaran yang dialami anak tetapi juga tergantung pada potensi kecerdasan yang dimiliki, rangsangan mental, serta dorongan dari lingkungan luar yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan kecerdasan itu.
Dengan demikian, hambatan intelektual yang rendah anak tunarungu bukanlah suatu penyebab kerendahan tingkat intelegensinya, melainkan karena tidak mendapat kesempatan untuk mengembangkan intelegensinya. Pemberian bimbingan yang teratur terutama dalam kecakapan berbahasa akan dapat membantu perkembangan intelegensi anak tunarungu. Anak tunarungu terhambat perkembangannya yang bersifat verbal, misalnya merumuskan pengertian menghubungkan, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian. Sementara aspek intelegensi yang bersumber dari penglihatan dan yang berupa motorik tidak banyak mengalami hambatan tetapi justru berkembang lebih cepat.
Tentu agar anak tunarungu tidaka terlalu banyak mengalami hambatan dalam perkembangan kognitifnya, maka guru, terutama orang tua harus tau cara agar dapat melakukan suatu tindakan yang cocok untuk membantu proses belajarnya. Dan dalam proses perkembangan kognitif pastinya banyak hal yang harus ikut andil untuk menyukseskan proses tersebut. Bukan hanya dukungan dari orang tua guru lingkungan sekitar namun juga dengan diri sendiri.
Jadi, mengenai proses perkembangan kognitif anak tunarungu dapat disimpulkan bahwa peran guru dan orang tua di sini begitu penting dan dibutuhkan. Dukungan lingkungan juga menjadi penunjang memaksimalkan potensi anak.
Post a Comment