Peran Partai dalam Sistem Kapitalisme Vs Islam

Oleh : Kusmiati, S.Pd

Dalam sistem politik kapitalistik jualan agama bukanlah hal yang mustahil. Di buktikan dari pernyataan ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) yang sekaligus Wakil Ketua MPR Zulkifli Hasan pada acara penutupan Silaknas dan Milad Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). 

Seperti yang dikutip pada salah satu media. 
Wakil Ketua MPR RI Zulkifli Hasan menilai jualan surga neraka yang diterapkan saat Pemilu Presiden 2019 tidak relevan lagi, karena ternyata masyarakat lebih membutuhkan kebijakan yang berdampak luas .

"Belajar dari Pemilu Presiden 2019 yang sudah usai, ternyata publik tidak lagi membutuhkan jargon-jargon, tapi apa yang akan berdampak bagi kehidupan mereka," kata dia, di Padang, Minggu.

"Jadi bukan jualan agama yang diharapkan, tapi apa kebijakan berdampak yang bisa ditawarkan kepada masyarakat," kata dia.

"Buktinya ketika menjual isu penista agama tidak seiring dengan hasil pemilu, perolehan suara partai saya PAN malah di urutan ke delapan," katanya lagi (antaranews.com).

Pernyataan pimpinan PAN ini menegaskan bahwa dalam sistem saat ini agama hanya menjadi instrumen untuk mengumpulkan dukungan/suara umat. Saat suara partai tidak bisa terdongkrak dengan isu islam maka mereka mengubah wajah menyesuaikan dengan selera pasar yang semakin sekuler anti islam. 

Kondisi umat yang tidak memberikan dukungannya kepada partai islam, ini membuktikan bahwa cengkraman sistem saat ini sangatlah kuat terhadap umat. 
Absennya partai-partai islam dalam memberikan edukasi islam ke tengah-tengah umat juga menjadi bagian dari penyebab kondisi ini. 

Dan tidak bisa dielakkan lagi bahwa inilah buah dari penerapan sistem kapitalis-Sekuler yang hanya menjadikan agama sebagai bahan untuk menaikan pamor dan jualan ketika berpolitik. 

Partai dalam islam. 

Islam adalah agama yang paripurna. Partai di dalam islam berfungsi untuk mengedukasi umat agar memahami islam dan mengarahkan pilihannya berdasarkan Islam. 

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nuur (24): 55).

Wallahu'alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post