Pemasangan Fiber Optik Perparah Penyumbatan Drainase

Oleh : Nuni Toid
Ibu Rumah Tangga dan Pegiat Dakwah

Apakah anda tahu di balik kecanggihan dan kemudahan teknologi telekomunikasi saat ini ada peran lain yang tak kalah penting? Tentu ada yang tahu dan tidak tahu. Dia adalah fiber optik yaitu salah satu komponen inti yang membuat teknologi khususnya telekomunikasi semakin praktis dan mudah. Namun, saat ini karena pemasangan yang bahkan kurang tepat berujung sampah-sampah yang menimbulkan bau tidak sedap.

Dilansir oleh ayobandung.com. (16/12/2019) pemasangan fiber optik di saluran drainase simpang Tol Cileunyi, Kabupaten Bandung, diduga telah memperparah penyumbatan di saluran tersebut. Obang, salah seorang tukang ojek yang biasa mangkal di simpang Tol Cileunyi mengatakan, sejak satu bulan lalu, saluran drainase jalan nasional tersebut tidak pernah dibersihkan.

Dari laman yang berbeda. Tribunjabar.id, drainase atau gorong-gorong di jalan Cileunyi, Kabupaten Bandung tepatnya di jalan keluar Tol Cileunyi tersendat dan dipenuhi sampah-sampah yang menumpuk memenuhi gorong-gorong tersebut juga terhalang timbunan tanah di sebelah selatan. Menurut warga sekitar, Atep (40 tahun) sampah yang menumpuk di gang-gang tersebut sudah ada sekitar dua pekan. "Tidak ada yang membereskan, gitu aja numpuk, "ujar Atep di lokasi, Senin (16/12/2019).

Pemasangan fiber optik membuat saluran drainase menjadi terhambat. Hingga di beberapa ruas jalan terlihat pemandangan yang kurang elok. Bongkar pasang saluran optik tidak efektif dan efisien. Seharusnya segala sesuatu direncanakan matang-matang sehingga tidak mengganggu saluran drainase. Tentu dibutuhkan sebuah sistem tata cara yang baik. Antara lain dalam pemasangan fiber optik tidak boleh asal-asalan atau sembarangan, bila sudah selesai dalam penggalian dan penanaman kabel, maka harus segera dibersihkan sisa-sisa material tanah penggalian dan lubang-lubang galian harus segera ditutup kembali.

Dan yang tak kalah pentingnya adalah adanya pengawasan yang serius terhadap pekerja. Antara pengusaha dan karyawan dibutuhkan kerjasama yang baik sesuai dengan perundang-perundangan. Tentu tidak akan terjadi penyumbatan saluran drainase, tergenangnya air, penumpukan sampah yang menimbulkan bau tak sedap dan akan mengurangi angka kecelakaan bagi pengguna jalan.

Namun, dalam tataran fakta tidaklah demikian. Masih banyak kelalaian yang dilakukan oleh para pekerja akibat kurangnya pengawasan dari para pengusaha-pengusaha. Dalam pemasangan kabel optik mereka bekerja asal-asalan. Tidak profesional. Tidak segera ditutup bekas penggalian dan pemasangan kabel. Tidak segera dibersihkan sisa-sisa tanah material bekas penggalian tanah. Dan masih banyak lagi hal-hal yang mengakibatkan penyumbatan saluran drainase dan ketidak nyamanan bagi pengguna jalan raya.

Begitulah dalam sistem kapitalisme-sekuler, pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik bagi rakyatnya ini justru melimpahkan pengurusan fasilitas umum kepada pengusaha. Dalam hal ini adalah pemasangan fiber optik yang akibatnya membuat saluran drainase tersumbat dan tersendat.

Tentu saja hal itu adalah sangat wajar. Karena para pengusaha, para pemilik modal tidaklah ingin mengalami kerugian bahkan ketika tidak mengindahkan aturan Allah sekalipun, adanya pengawasan dari  Sang Maha Pengawas, bahkan sampai melabrak hukum syara' apakah halal-haram, mereka berprinsip akan mengeluarkan modal sekecil-kecilnya demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

Seharusnya pemerintah lebih tegas lagi dalam memberikan peringatan atau sanksi kepada para pengusaha yang melakukan pelanggaran perundangan-undangan dengan mendapatkan hukuman yang sesuai dengan pelanggaran tersebut. Namun, sekali lagi dalam sistem rusak  ini, penguasa menutup mata dan lemah terhadap para pemilik modal.  

Berbeda dengan Islam. Agama yang tak hanya mengatur ibadah mahdhah saja. Tapi Islam adalah sistem yang sempurna. Di dalamnya terdapat aturan yang mengatur segala interaksi antar manusia. Seperti sistem sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Aturan semacam ini meniscayakan adanya negara yang akan melaksanakan dan menerapkan sistem Islam ini. Begitu pula Islam mempunyai sistem yang baik dalam pengelolaan pemasangan alat-alat yang berhubungan dengan fasilitas umum tanpa merusak atau menghambat urusan yang lain.

Islam sebagai sistem yang baik, pada masanya pernah mengalami peradaban yang gemilang. Salah satunya dalam hal infrastruktur. Dalam hal ini bisa terlihat bagaimana tata ruang kota-kota besar pada era khilafah. Utamanya terdapat di dalam kota-kota besar Islam pada waktu itu menjadi satu bentuk keagungan tersendiri dibandingkan peradaban lainnya.

Pada masa Bani Umayyah, Cordoba menjadi ibukota Andalus yang muslim. Kota ini dikelilingi dengan taman-taman hijau. Pada malam harinya diterangi dengan lampu-lampu sehingga pejalan kaki memperoleh cahaya sepanjang sepuluh mil lampu tanpa terputus. Lorong-lorongnya dialasi dengan batu ubin, dan sampah-sampah disingkirkan dari jalan-jalan. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa.

Tempat-tempat mandi berjumlah 900 buah dan rumah-rumah penduduknya berjumlah 283.000 buah. Gedung-gedung sebanyak 80.000 buah, masjid ada 600 buah dan luas kota Cordoba adalah 30.000 hasta.Tinggi menaranya 40 hasta dengan kubah menjulang berdiri di atas batang-batang kayu terukir yang ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai merek.

Pada malam hari ada sebuah masjid dengan 4.700 buah lampu yang meneranginya dan setiap tahunnya menghabiskan 24.000 ritl minyak. Di sisi selatan masjid tampak 19 pintu berlapiskan perunggu yang sangat menakjubkan kreasinya, sedangkan  di pintu tengahnya berlapiskan lempengan-lempengan emas.

Di Granada terdapat bangunan di dalam istana Al Hamra yang merupakan lambang keajaiban dari masa ke masa. Istana ini di dirikan di atas bukit yang menghadap ke kota Granada dan hamparan ladang yang luas dan subur mengelilingi kota itu sehingga tampak sebagai tempat terindah di dunia.

Jika beralih ke Baghdad akan dijumpai bahwa biaya yang dibelanjakan untuk membangun kota ini mencapai 4.800.000 dirham, sedangkan jumlah pekerja mencapai 100.000 orang. Kota ini mempunyai lapis tebal besar dan kecil mencapai 6.000 buah di bagian timur dan 4.000 buah di bagian barat. Selain sungai Dijlah dan Furat, di situ juga terdapat 11 sungai cabang yang airnya mengalir ke seluruh rumah-rumah dan istana Baghdad. Di sungai Dijlah sendiri terdapat 30.000 jembatan. Tempat mandinya mencapai 60.000 buah. Masjid-masjid mencapai 300.000 buah.

Demikianlah bagaimana Islam hadir memberikan pelayanan yang terbaik bagi rakyatnya. Maka sudah saatnya kita kembali kepada aturan yang bersumber dari Allah Swt dengan menerapkan syariah-Nya dan menegakkan kembali daulah sesuai dengan manhaj kenabian.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post