Nestapa Uighur, Bukti Bungkamnya Umat Muhammad

Oleh : Erni Yuwana 
(Aktivis Muslimah)

Mesut Ozil, pemain sepak bola Arsenal tersebut menendang keras jantung nurani kaum muslim lewat tulisan yang diunggah di media sosial. Dalam unggahannya di akun Instagram @m10_official pada Jumat sore waktu Jakarta, dia mempertanyakan diamnya umat Muhammad dan negara-negara muslim dalam menyikapi genosida Suku Uighur di Turkistan Timur (Xinjiang, China).

Berikut unggahan Mesut Ozil dalam Bahasa Indonesia:

Wahai Turkistan Timur…
Luka berdarah umat…
Perkumpulan pejuang yang menentang penganiayaan…
Orang-orang beriman yang berjuang sendirian melawan orang-orang yang ingin memurtadkan mereka dari Islam…
Quran dibakar…
Masjid-masjid ditutup..
Madrasah-madrasah dilarang..
Para Ulama dibunuh satu per satu…
Saudara-saudara dijebloskan ke kamp…
Laki-laki Cina menetap bersama keluarga mereka…
Saudari-saudari dipaksa menikahi pria Cina…
Terlepas dari semua itu.
Umat Nabi Muhammad bungkam…
Tidak merasa keberatan atau mengatakan apa pun…
Tidak mendukung sesama muslim…
Tidakkah mereka tahu bahwa menyetujui penganiayaan adalah penganiayaan?
Sebagaimana dikatakan oleh Hadrat Ali:
“Jika anda tidak dapat mencegah penganiayaan, sebar luaskan kepada publik!”

Sementara hal ini telah menjadi sorotan media dan negara-negara barat selama berbulan-bulan dan berminggu-minggu, di mana negara-negara muslim dan medianya?…
Tidakkah mereka tahu bahwa menyatakan netral ketika ada penganiayaan adalah perbuatan hina…
Tidakkah mereka tahu bahwa yang akan diingat saudara-saudara kita dari hari-hari susah ini di kemudian hari bukanlah siksaan dari para tiran, melainkan diamnya kita, saudara-saudara Muslim mereka…
Ya Allah, tolonglah saudara-saudara kami di Turkistan Timur…
Tak diragukan lagi, Allah lah sebaik-baik perencana…

Unggahan Mesut Ozil tersebut menjadi viral di dunia Maya. Rasa sakit hati, rasa terluka dan bersalah sedalam dalamnya melihat Suku Uighur diperlakukan dengan kejam, sadis, bahkan lebih biadab dari binatang, kini tak tertahankan. Telah tertumpahkan lewat bait-bait tulisan yang bermakna. Disambut pula dengan kekecewaan terhadap sikap para pemimpin negeri muslim yang bungkam terhadap kebiadaban pemerintah China. Bukan kah umat Muhammad bungkam menunjukkan suatu kehinaan?

Pada akhir Oktober lalu, 23 negara termasuk Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat menyuarakan penindasan China atas masyarakat Uighur di Komite PBB untuk Hubungan Sosial, Kemanusiaan, dan Kebudayaan. Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan bahwa pemerintah Indonesia tidak mau ikut campur urusan negara China terkait masalah muslim Uighur, di Xinjiang. Moeldoko menegaskan bahwa pemerintah tak bisa mengintervensi urusan dalam negeri China. (www.merdeka.com)

Sungguh ironi, Negeri terbesar umat Islam, Indonesia, tidak berkutik sedikit pun di hadapan komunis China. Negeri ini bertekuk lutut di kaki komunis China. Bahkan hanya sekedar mengecam tindakan biadab China pun tidak mampu. Lagi-lagi karena alasan investasi dan ekonomi. Para pemimpin 23 negara lainnya pun sekedar mengecam kebiadaban China terhadap Suku Uighur. Namun, kecaman hanya retorika-retorika kosong yang tidak berpengaruh apa-apa. Suku Uighur butuh diselamatkan oleh pasukan, dikeluarkan dari kamp-kamp konsentrasi dan hidup aman serta sejahtera. Itu yang mereka butuhkan.

Sejatinya Islam mengajarkan untuk saling tolong-menolong kepada sesama saudara muslim yang lain, apalagi terkait jiwa dan nyawa. Rasulullah Saw bersabda, “Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, maka seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam” (H.R Bukhari dan Muslim).

Demikianlah seharusnya sikap seorang Umat Muhammad. Mereka memposisikan dirinya sebagai satu tubuh. Mereka adalah pelindung umat muslim yang lainnya. Pemimpin dan penguasa negeri seharusnya bergelar perisai umat Islam yang mampu melindungi harta, nyawa, darah, harga diri dan kemuliaan kaum muslim. 

Namun sejak Islam tidak diterapkan sebagai peraturan hidup, darah umat islam begitu mudah ditumpahkan. Kehormatannya mudah dilecehkan. Kekayaan mereka dijarah dan negeri mereka dijajah. Sedangkan penguasa dan pemimpin kaum muslim Indonesia, lemah tak berdaya, sujud bertekuk lutut di kaki China. Hanya karena alasan investasi. Hanya karena permainan bisnis. Hanya karena sejumlah dana receh, pemerintah Indonesia rela menggadaikan harga diri menjadi hina yang buta mata hatinya.

Hal ini berbeda dengan yang dilakukan oleh Khalifah al-Mu’tasim Billah. Beliau menjawab seruan seorang muslimah yang butuh pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Baju wanita tersebut tersingkap akibat ulah orang Romawi hingga terlihatlah sebagian auratnya. Wanita itu lalu berteriak, "waa mu'tashimaah!" 

Sang Khalifah pun tak tanggu-tanggung, menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Amoria dan melibas semua orang kafir yang ada di sana (30.000 prajurit Romawi terbunuh dan 30.000 yang lain ditawan). Dan panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari istana khalifah hingga kota Amoria, karena besarnya pasukan. 

Namun, keberadaan khalifah yang menjalankan syariah Islam secara kaffah dan menjaga darah serta kehormatan kaum muslimin kini tak ada. Sudah saatnya Umat Muhammad bersuara. Bungkamnya Umat Muhammad, tanda kehinaan. Sudah saatnya Umat Muhammad bangkit, bergerak, bersuara dan berjuang untuk memperjuangkan kehidupan Islam, sesuai Al Qur'an dan as Sunnah dalam bingkai khilafah. Dengan Khilafah lah umat Islam akan menjadi khairu ummah. Dengan Khilafah, negeri-negeri muslim akan disatukan. Dengan khilafah, kehormatan Islam dan kaum muslimin akan didapatkan. Dengan khilafah, para penjajah kafir akan dilenyapkan. Insya Allah.

 Ø¥Ù†Ù…ا الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به 

"Sesungguhnya Imam adalah perisai di mana mereka (Muslim) berperang di belakangnya dan dengannya Muslim dilindungi". [HR Muslim]
Wallahu a’lamu bish-shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post