Oleh : Rahma Aliifah
Setelah pemilu berakhir apakah anda jadi sering di ceramahi di group percakapan keluarga atau sering dikirimi ayat suci oleh teman atau bahkan mendapatkan julukan baru di media sosial, seperti cebong atau kampret. Kalau iya, bearti Anda adalah korban politik identitas.
Politik identitas menggunakan identitas diri seperti ras atau agama sebagai landasan berpolitik misalnya seorang politisi dari jawa akan meyakinkan orang-orang yang berasal dari jawa untuk memilihnya karena asosiasi dari identitas yang sama lantas identitas apa yang digunakan sebagai landasan pemilu saat itu.
Di pilpres kedua pasangan kandidat sama-sama memenangkan para pemilih muslim yang mencapai 160juta atau sekitar 80% dari total jumlah pemilih. Joko Widodo yang sejak pemilu 2014 dianggap kurang muslim sampai menggaet ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’ruf Amin sebagai cawapresnya untuk memeilih pemikat muslim, sedang prabowo subianto menggunakan pengaruh kedekatannya dengan FPI serta dukungan dari Ijtima Ulama membuat pemilih muslim.
Sejak pilkada DKI Jakarta pada 2017 politik identitas Islam dianggap mampu menggerakkan massa dibuktikan dengan kalahnya Basuki Tjahaya Purnama.
Politik identitas yang berkembang saat ini diyakini berimbas pada keretakan sosial di masyarakat, terjadinya bullying, blokir-memblokir akun medsos, group-group keluarga menjadi berpecah-belah, bahkan adanya tindak kekerasan kepada yang berbeda orientasi politik, ini menunjukkan bahwa kita sebagai masyarakat Indonesia gagal menilai perbedaan dalam demokrasi.
Dengan memilih pemimpin muslim jangan tertipu dengan kebebasan bisa melaksanakan sholat, puasa dan zakat semata. Sedangkan ruang publik justru di penuhi oleh aturan liberal yang lepas dari syariat Islam. Padahal sejatinya Islam bukanlah sekedar agama ruhiyah yang mengatur sholat, puasa zakat dan ibadah mahdlah saja. Dalam Islam agama tidak bisa dipisahkan dari politik, segala kegiatan perpolitikan yang berkaitan dengan umat harus didasari oleh agama agar umat tentram dan damai. Empat belas abad yang lalu, Islam dan umatnya memimpin dunia, adalah bukti bahwa Islam dan politik tak bisa dipisahkan.
Post a Comment