Oleh : Ibu Ade
Katakanlah Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri kalian, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatirkan kerugiannya dan tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta dari berjihad di jalan-Nya. Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (aab)-Nya. Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik (QS. At-Taubah :24)
MOTOR Plus-online.com-Ratusan driver ojek online menggelar pertemuan di Surabaya pada Selasa (27/8/2019) dan secara resmi melayangkan somasi. Somasi ini ditujukan kepada Pengusaha Big Blue Taxi terkait lontaran penghinaan terhadap driver Gojek dan Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai wujud pembelaan terhadap dirinya dan Negara Indonesia yang merupakan pengejawantahan dari rasa cinta terhadap diri dan Negara Indonesia.
Belum sempurna iman salah seorang diantara kalian sampai ia menjadikan aku lebih dicintai daripada orang tuanya, anaknya dan segenap manusia(HR al-Bukhari).
Mengimani kenabian Muhammad SAW harus diikuti dengan mencuntai dan memuliakan sosoknya. Kecintaan seorang Muslim kepada beliau harus di atas kecintaan kepada yang lain. Bagaimana jika sebuah penghinaan datang kepada Rasulullah SAW? Apakah kita akan mengejawantahkannya dengan sebuah pembelaan, atau bungkam seribu bahasa?
Mencintai Nabi SAW. hukumnya fardhu. Pada suatu hari Umar bin al-Khatab berkata kepada Rasulullah SAW. Wahai Rasulullah, sungguh engkau lebih aku cintai dari segala sesuatu kecuali dari diriku sendiri Beliau menjawab, Tidak, Demi Allah, hingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri. Berkatalah Umar, Demi Allah, sekarang engkau lebih aku cintai dari diriku sendiri!(HR al-Bukhari)
Dalam (QS at-Taubah :24) Allah memberikan ancaman keras kepada siapa saja yang cintanya kepada Rasulullah SAW. terpalingkan oleh kecintaan kepada yang lain.
Banyak keutamaan yang kelak akan Allah berikan untuk siapa saja yang mempertahankan kecintaan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya diatas segalanya. Diantaranya, mereka kelak akan dikumpulkan bersama Nabi saw. di surge-Nya kelak dan merasakan manisnya iman.
Jika mencintai Rasulullah saw. merupakan kewajiban dan kebaikan yang amat luhur, maka menista terhadap kemuliaan beliau adalah dosa besar. Allah SWT berfirman:
Sungguh orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah melaknati mereka di dunia dan di akhirat serta menyediakan bagi mereka siksaan yang menghinakan(QS. Al-Ahzab: 57)
Al-Qadhi Iyadh menjelaskan bentuk-bentuk hujatan kepada Nabi saw. Orang yang menghujat Rasulullah saw. adalah orang yang mencela, mencari-cari kesalahan, menganggap pada diri Rasulullah SAW. ada kekurangan, mencela nasab dan pelaksanaan agamanya, juga menjelek-jelekan salah satu sifat Rasulullah yang mulia, menentang atau mensejajarkan Rasulullah saw. dengan orang lain dengan niat untuk mencela, menghina, mengkerdilkan, menjelek-jelekan dan mencari-cari kesalahannya.
Bagi orang Islam, hukum menghina Rasul jelas haram. Pelakunya dinyatakan kafir. Hukumannya adalah hukuman mati. Al-Qadhi Iyad menuturkan, ini telah menjadi kesepakatan di kalangan ulama dan para imam ahli fatwa, mulai dari generasi sahabat dan seterusnya.
Lalu, mengapa kita masih bungkam dan berpikir bahwa diam dan bersabar ketika Nabi saw. dinista adalah sebuah kebaikan. Padahal bungkamnya kita membuat penistaan ini kian menjadi-jadi. Kita seperti lupa dengan sindiran Imam asy-SyafiI kepada orang yang diam saat agamanya dihina:
Siapa yang dibuat marah namun tidak marah maka ia adalah keledai (HR al-Baihaqi)
Karena itu, wahai kaum Muslim, marilah bela agama kita! Belalah Nabi kita yang mulia! Sungguh Nabi kita yang mulia telah berjuang membela Nasib kita agar menjadi hamba-hamba Allah SWT yang layak mendapatkan Jannah-Nya kelak.
Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan. Cinta bukan melemahkan semangat, tetapi membangkitkan semangat. (Buya Hamka).
Penistaan terhadap Nabi saw. juga terjadi karena prinsip kebebasan berbicara yang diberikan sekularisme liberalism yang memberikan panggung kepada orang-orang yang terus menyerang Islam. Mereka dilindungi oleh berbagai peraturan dan orang-orang yang bersekongkol dengan mereka.
Agama ini sungguh tidak akan dapat terlindungi jika umat tak memiliki pelindung yang kuat. Dulu Khilafah Utsmaniyah sanggup menghentikan rencana pementasan drama karya Voltaire yang akan menista kemuliaan Nabi saw. Sungguh saat ini umat membutuhkan pelindung yang agung yaitu dalam Negara di bawah Syariah Islam.
Post a Comment