Kegagalan Negara Sekuler Menangani Penistaan Agama

Oleh : Mega Turuy 
Mahasiswi Kehutanan dan Member Akademi Kreatif

Baru-baru ini kita dikabarkan dengan berita yang menyayat hati kaum muslim. Membuat seisi muka bumi merasa sedih dan geram atas perbuatan yang mereka lakukan dengan sadar. Ada sekelompok orang yang mengaku beragama Islam, cinta terhadap Allah, Rasulullah Saw, Al-Qur'an. Tetapi nyatanya itu hanya cinta yang basi, bukan cinta yang sebenarnya. 

Penistaan Agama Islam Semakin Menjadi-jadi

Seperti yang dilansir oleh CNN Indonesia (Sabtu, 16/11/2019), bahwa Sukmawati Soekarno Putri mengklarifikasi pernyataannya yang menjadi kontroversi karena  telah membandingkan Soekarno dengan Nabi Muhammad Saw. Dia menyebut video yang tersebar di media sosial telah diedit, bukan sepenuhnya seperti yang dia sampaikan. Meski demikian, atas pernyataan yang dianggap membandingkan Soekarno dan Nabi Muhammad itu, ia telah dilaporkan oleh simpatisan Koordinator Bela Islam (Korlabi).


Pihak kepolisian menerima laporan bernomor LP/7393/XI/2019/PMJ/Dit.Reskrimum pada 15 November 2019 dengan pelapor Ratih Puspa Nusanti. Pasal yang dilaporkan yakni tentang tindak pidana penistaan agama Pasal 156a KUHP. (CNN Indonesia, Sabtu, 16/11/2019)

Ada sederet kasus serupa. Youtuber Atta Halilintar dilaporkan Ustaz Ruhimat ke Polda Metro Jaya atas tuduhan menista agama. Salah satu isi konten Atta telah jelas mempermainkan gerakan salat. (Medcom id, Jumat, 15/11/2019)

Dalam video itu, Atta dan adik-adiknya terlihat sedang salat berjamaah dengan menggunakan baju muslim. Namun, pencetus kata "ashiaaap" itu saling menginjak kaki satu sama lain. Ini tentu bagian dari mempermainkan tata cara ibadah yang sudah qath'i ditetapkan oleh Sang Pencipta.


Ada juga bentuk penghinaan lain yang dilakukan oleh pengembang game berinisial IG. Ia menghina Nabi Muhammad Saw dan Islam. IG mengembangkan game daring dengan nama Remi Indonesia melalui bendera pengembang Paragisoft. Dalam game daring tersebut, muncul kata-kata kasar yang dialamatkan kepada Nabi Muhammad Saw dan Islam. (VIVA.co.id, Selasa, 12/11/2019) 

Yang lebih parah lagi adalah pernyataan Moeldoko. Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko mempertanyakan fungsi organisasi masyarakat Front Pembela Islam (FPI) di Indonesia.

Pernyataan Moeldoko berawal dari pertanyaan peserta kuliah umum Tantangan Ketahanan Nasional Masa Kini. Sang peserta bertanya kepada Moeldoko apakah faktor agama mempengaruhi stabilitas negara Indonesia seperti terjadi di negara-negara Timur Tengah lewat fenomena Arab Spring.

"Apakah agama berpengaruh terhadap stability? Iya. Sekarang ini banyaklah yang mengklaim paling benar dengan agamanya. Dia sudah bisa mendefinisikan dengan masuk surga, orang lain masuk neraka," kata Moeldoko dalam kuliah umum di Kampus Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta Pusat, (CNN Indonesia, Kamis, 17/10/2019)


Menurut Moeldoko persoalan agama sangat mempengaruhi stabilitas negara. Karenanya ia meminta tak ada lagi perdebatan minoritas dan mayoritas.

Kemudian Moeldoko menyebut salah satu kelompok saat mencontohkan intoleransi. Moeldoko menyatakan dirinya adalah muslim dan tidak merasa agamanya perlu dibela oleh ormas itu.

"Mengapa harus ada apa itu Front Pembela Islam? Apa yang dibela? Ya sorry ya, aku langsung ngomong blak-blakan saja kan gitu. Memangnya Islam sedang dijajah oleh orang lain apa? Apalagi itu dibela? Tuhan kok dibela? Ngapain? Dia enggak perlu pembelaan," kata Moeldoko disambut tepuk tangan peserta kuliah umum.

Inilah fakta yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Islam selalu menjadi bahan ejekan, olok-olokkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Mereka adalah orang-orang yang bodoh terhadap Islam. Mereka menjadi kaki tangan para antek penjajah kafir laknatullah yang ingin menghancurkan Islam dari dalam secara pelan-pelan tapi pasti. Sungguh taktik mereka sangatlah licik. Selamat datang di sistem demokrasi kapitalis, sekularisme yang menjadikan manusia sebagai pembuat hukum di muka bumi ini. 

Hari ini kasus penistaan agama tidak pernah usai dan semakin subur di negeri ini. Para pelaku dibiarkan seenaknya saja tanpa harus ada proses hukum dari pihak pemerintah. Seolah-olah para penista agama Islam dilindungi oleh negara. Tidak ada hukuman yang membuat para pelaku jera atas perbuatan yang dilakukan. 

Alhasil sistem demokrasi tidak dapat menyelesaikan problematika yang terjadi di negeri ini. Adapun Islam yang akan menuntaskan problematika ini hingga ke akar-akarnya.

Sungguh saat ini kita benar-benar butuh perisai. Membutuhkan persatuan yang mampu mendamaikan umat di dunia. Hal tersebut hanya bisa terwujud melalui tegaknya Khilafah Ala Minhajin Nubuwwah di muka bumi.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post