Oleh : Mira Sutami H
(Pemerhati Sosial dan Generasi)
HlV/ AlDS merupakan momok bagi siapapun. Virus ini merupakan pembunuh nomor 1 di dunia menurut WHO. Walaupun tiap tanggal 1 Desember diperingati sebagai hari HIV/ AIDS dan diadakan penyuluhan dan pencegahan namun faktanya jumlah pengidap HIV bukan berkurang namun malah kasusnya bak cendawan dimusim semi.
Virus ini juga menjangkiti penduduk negeri kepulauan lndonesia di hampir seluruh pelosok negeri. Pada bulan Desembert 2019 ini, di Jawa Timur ternyata penderita HIV semakin banyak contoh kasus di kota Marmer Tulungagung dan kota Partria Blitar.
Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Tulungagung, Ifada Nur Rahmania mengatakan sampai September 2019 kemarin jumlah temuan kasus HIV/AIDS di Tulungagung sudah 2.543 orang, 425 di antaranya meninggal dunia.
Odha tertinggi pertama diduduki profesi karyawan non profesional seperti pabrik rokok, toko, dan lain-lain. Tertinggi kedua diduduki IRT. Tertinggi ketiga diduduki penjaja seks.
Penularan tertinggi karena hubungan seksual yang tak aman yaitu sering gonta-ganti pasangan dan tidak menggunakan kondom saat berhubungan. Juga ada penularan karena orientasi menyimpang LSL. Dari data KPA tercatat 21 berusia remaja/mahasiswa yang terinfeksi HIV/AIDS.
Kepala Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar, Krisna Yekti mengatakan data baru tahun 2019, temuan HIV AIDS di Kabupaten Blitar mulai Januari sampai awal Desember ini tercatat 86 kasus.
Kata Krisna, dari 86 jumlah penderita atau Orang Dengan HIV AIDS (ODHA), 5 di antaranya meninggal dunia. 5 ODHA yang meninggal dunia sudah masuk kategori akut atau AIDS sehingga tidak bisa terselamatkan. (Mayangkaranews.com).
Jumlah yang cukup mencengangkan. Padahal itu adalah kasus yang terjadi di dua tempat di Jawa Timur lalu bagaimana dengan kejadian diseluruh lndonesia?
Berdasarkan data Ditjen P2P, Kemenkes RI pada 27 Agustus 2019, kondisi jumlah penderia HIV/AIDS di Indonesia mencapai 500 ribu penderita. Rinciannya dari 466.859 penderita HIV dan 116.977 penderita AIDS. Jumlah ini naik dari 2005-2009. Adapun lima provinsi dengan jumlah suspect tertinggi antara lain DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Papua dan Jawa Tengah.
Jumlah penderita HlV/AlDS kian bertambah dalam sistem kapitalis liberal adalah sebuah kewajaran. Karena sistem ini menganut kebebasan bertingkah laku. Konsep hidup bebas yang ditawarkan sistem ini merupakan pembunuh generasi.
Jelas dalam sistem ini para pelaku seks bebas tak diberikan sanksi asal dilakukan suka sama suka. Maka wajarlah jumlah penderita HIV/AlDS makin banyak dan kasusnya bak gunung es yang mencair.
Belum lagi sekarang ini masyarakat dengan mudah mengakses konten-konten pornografi dari banyak media baik media sosial maupun media televisi dan media cetak. Selain itu menjamurnya tempat-tempat hiburan yang memicu makin maraknya penularan virus ini.
Penanganan dan pencegahan penularan HlV memang sedang digalakkan oleh pemerintah saat ini. Pada peringatan hari HIV tahun 2019 ini. Tema nasional yaitu “Bersama Masyarakat Meraih Sukses!” Upaya pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS bertujuan untuk mewujudkan target Three Zero pada 2030, antara lain tidak ada lagi penularan infeksi baru HIV, kematian akibat AIDS, dan stigma dan diskriminasi pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA).
Dalam rangka mencapai target tersebut, Kementerian Kesehatan menerapkan strategi akselerasi Suluh, Temukan, Obati dan Pertahankan (STOP). Suluh dilaksanakan melalui edukasi hendak dicapai 90 % masyarakat paham HIV. Temukan dilakukan melalui percepatan tes dini akan dicapai 90 % ODHA tahu statusnya. Obati dilakukan untuk mencapai 90 % ODHA segera mendapat terapi ARV. Pertahankan yakni 90 % ODHA yang ART tidak terdeteksi virusnya.
Selain itu, Kemenkes melakukan akselerasi ARV dengan target pada 2020 sebanyak 258.340 ODHA mendapat terapi ARV. Saat ini baru 50 % (17 provinsi) yang telah mencapai target ODHA on ART, yaitu Aceh, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Babel, Jabar, Banten, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalsel, Kaltim, Kalteng, Sulut, dan Gorontalo.
Selain itu penyuluhan untuk mencegah HIV biasanya dilakukan dengan sekedar himbauan saja. Karena faktanya masyarakat tetap tak menghiraukan penyuluhan tersebut. Memang penyuluhan tersebut tidak bersifat mengikat dan tidak ada sanksi bila melanggarnya.
lsi penyuluhan itu antara lain: tidak berganti-ganti pasangan atau setia pada pasangan, no draks terutama jenis yang memakai jarum suntik, pakai kondom bila melakukan hubungan seks, melakukan hubungan seks dengan pasangan aman. Nah jelas disini isi penyuluhan memang bukan untuk mencegah pergaulan bebas dan penyebaran HIV.
Sesungguhnya untuk pencegahan dengan memakai kondom ini bukan solusi pencegahan HIV/AlDS. Juga tidak tepat karena dengan begitu sama halnya menyuburkan dan menghalalkan pergaulan bebas. Sedang kondom sendiri sesungguhnya tidak menghalang masuknya virus kedalam tubuh manusia karena ternyata virus itu masih bisa menembus pori-pori dari kondom.
Dan upaya pencegahan penyebaran virus oleh pemerintah tidak akan efektif bila pemerintah hanya sekedar bergerak namun tidak melihat akar permasalahannya. Seharusnya pemerintah mengembalikan sistem sosial yang sesuai dengan fitrah.
Pemerintah harusnya juga bisa menutup konten-konten pornografi, menutup prostitusi dan memberi sanksi yang tegas yang membuat pelaku pergaulan bebas jera. Hal ini untuk menekan terjadinya pergaulan bebas di masyarakat.
Namun bila tetap memakai sistem kapitalis sekuler hal itu tentu sulit terwujud. Islamlah yang mampu untuk mencegah dan memberantas HIV/AlDS. Karena lslam memang sebuah mabda yang lengkap dan bisa menyelesaikan seluruh probem manusia.
Dalam lslam pencegahan HIV bisa dilaksanakan dengan melihat akar masalah dari penyebaran virus HIVnya. Akar masalah utama dari munculnya HIV adalah pergaulan bebas dan LGBT. Untuk mencegah maka seorang pemimpin (khalifah) akan memberikan sanksi berupa pelaku perzinahan (seks bebas) diraja sampai mati bagi yang telah menikah. Untuk pelaku zina yang belum menikah dijatuhi hukuman jilit (cambuk) 100X dera dan diasingkan selama 1 tahun. Pelaku LGBT akan dihukumi dengan hukuman mati. Nah dengan sanksi inilah yang memungkinkan para pelaku seks bebas jera.
Selain itu penyebaran HIV/AlDS juga bisa melalui narkoba. Terutama yang memakai jarum suntik. Jelas narkoba hukumnya haram apapun itu jenisnya. Maka yang kedapatan memakai narkoba jenis apapun akan diberikan sanksi yang tegas pula. Tak menunggu sampai tertular HIV. Dan tak akan mungkin narkoba dibiarkan beredar dinegara lslam.
Bila kasus penularan HIV/AlDS bukan karena pergaulan bebas tetap misal tertular akibat transfusi darah, seorang istri tertular oleh suaminya, bayi tertular dari orang tuanya. Maka pemerintah akan membawa korban ke rumah sakit dan akan dikarantina agar virus tidak menyebar. Disana korban (pasien) akan ditangani oleh para dokter ahli dan pengobatan yang bagus. Obat-obatan yang diberikan juga dicarikan yang terbaik. Dana pengobatan diperoleh dengan gratis.
Selain itu juga pemerintahan lslam sebenarnya sudah mencegah dari awal karena pemerintah menerapkan sistem pendidikan yang berbasis akidah. Dengan akidah yang kuat dan mantap tentu saja masyarakat tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama semisal pergaulan bebas, memakai narkoba atau bahkan LGBT.
Upaya lain yang dilakukan adalah menutup seluruh akses yang merusak akidah umat. Baik itu konten pornografi dan tempat hiburan yang mengarah kesana. Bila ada yang melanggar maka sanksi tegas menanti pelakunya.
Dengan cara sedemikian rupa dilakukan agar umat benar-benar hidup sesuai dengan akidah lslam dan tentu terbebas dari penularan virus mematikan semacam HIV/AIDS. Satu masalah terpecahkan dengan lslam.
Namun perlu diingat bila hal tersebut hanya bisa terlaksana bila lslam diterapkan dengan menyeluruh diseluruh aspek kehidupan. Dan harus ada institusi khiafah sebagai pelaksana dari penerapan seluruh hukum - hukum Allah tadi. So bila kita ingin hidup sejahtera ya kita harus berjuang untuk tegaknya khilafah. Dan berupaya untuk menyatukan seluruh jamaah dakwah untuk memperjuangkan khilafah yang merupakan mahkota kewajiban umat untuk menegakkannya. Semoga dengan persatuan umat tersebut diharapkan khilafah lekas tegak kembali.
Post a Comment