Oleh: Yeni
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pemkab Sumedang
melakukan gerakan penanaman kedelai. Pada musim tanam November-Desember ini
lahan seluas 140 hektare yang tersebar ditujuh kecamatan di Kabupaten Sumedang
ditanami kedelai. Penanaman kedelai sendiri dilakukan di Kecamatan Jatigede
dengan luas lahan 30 hektare, Situraja 40 hektare, Surian 30 hektare dan
Pamulihan, Tanjungsari, Jatinangor masing-masing 10 hektare. Kepala Dinas
Pertanian dan Ketahanan Pangan, Amim mengatakan gerakan penanaman kedelai
merupakan ikhtiar memenuhi kedelai lokal untuk produksi tahu Sumedang. Selain
itu penanaman ini dilakukan untuk menurunkan ketergantungan terhadap kedelai
Impor.
Data dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Sumedang, capaian produksi dalam setahun di Sumedang baru mencapai 1.980 ton
dari luas areal 1.650 hektare. Rata-rata produksi 1,2-1,4 ton per hektare.
Kebutuhan bahan baku kedelai per hari memerlukan 20 ton atau setahun kurang
lebih sebanyak 7.300 ton. Dengan ini, Sumedang yang dikenal dengan cemilan
khasnya “Tahu Sumedang” tidak bisa memenuhi kebutuhan bahan baku dari kedelai
lokal. Ternyata pemerintah Kabupaten Sumedang belum bisa mengoptimalkan potensi
dibidang pertanian, khususnya guna kebutuhan bahan baku pembuatan tahu yaitu
kacang kedelai. Pasalnya hingga saat ini para petani kacang kedelai di Sumedang
baru mampu memasok hanya sekitar 10 persennya saja perhari, untuk keperluan
pembuatan tahu di Sumedang.
Ironis memang, Sumedang sebagai daerah agraris yang
memiliki kekayaan alam yang melimpah ternyata tidak mampu menyediakan kebutuhan
bahan baku pembuatan tahu sebagai cemilan khas asal Sumedang. Masalah ini
memang tidak terlepas dari kebijakan pemerintah. Negeri kita yang merupakan
negeri agraris, tak lepas dari aktifitas impor. Selain kacang kedelai untuk
kebutuhan bahan baku tahu, daging sapi, sayur, garam, gandum sampai bawang
putih pun semuanya didatangkan dari luar negeri. Data Badan Pusat Statistik
(BPS) mencatat Cina masih menjadi negara pengimpor komoditas sayuran dan buah
terbanyak bagi Indonesia. Kebijakan impor inilah yang akhirnya memiskinkan para
petani lokal dan hanya memperkaya para cukong-cukong kapitalis yang bersembunyi
dibalik kebijakan impor ini. Para petani yang terlilit kemiskinan ini tidak
mampu menggarap lahan pertaniannya dengan optimal.
Hal ini tentu tidak terlepas dari sistem yang sekarang
diterapkan yaitu sistem kapitalisme. Sistem kapitalisme dengan mudah
mencengkram negeri ini dan mengubah negeri agraris menjadi negeri importer
pertanian. Karenanya kebijakan-kebijakan yang diputuskan oleh pemerintah pun
akan diarahkan untuk kepentingan para kapitalis.
Pertanian
dalam Islam memiliki perhatian yang besar, karena pertanian melibatkan hajat
hidup orang banyak. Bahkan Rasulullah SAW. bersabda dalam hadistnya, “Tiada
seorang Muslim pun yang bertani atau berladang lalu hasil pertaniannya dimakan
oleh burung atau manusia ataupun binatang melainkan bagi dirinya daripada
tanaman itu pahala sedekah” (HR. al-Bukhari, Muslim, at-Tirmizi dan Ahmad). Dalam
masa Khilafah Islamiyah pun, kegiatan pertanian merupakan salah satu pekerjaan
yang mulia dan amat digalakkan. Bidang pertanian juga merupakan salah satu dari
sekian lahan pekerjaan halal yang amat diutamakan oleh Allah SWT. dan
Rasulullah SAW. Allah SWT. berfirman, yang artinya: “Kami menjadikan (di
atas muka bumi ini tempat yang sesuai untuk dibuat) ladang-ladang kurma dan
anggur. Kami pancarkan banyak mata air (di situ). Tujuannya supaya mereka boleh
mendapat rezeki daripada hasil tanaman tersebut dan tanam-tanaman lain yang
mereka usahakan. Adakah mereka berasa tidak perlu bersyukur?” (QS: Yasin :
34-35).
Pada
sekitar abad 7-8, agama Islam berkembang sangat pesat mulai dari Asia, Afrika,
hingga Eropa. Demikian juga khazanah ilmu pengetahuan Islam, termasuk bidang
pertanian, telah mengalami revolusi yang amat mencengangkan. Tercatat, dalam
sejarah Islam, revolusi ini mengalir dari wilayah dunia timur ke barat. Salah
satu hal yang menonjol dalam revolusi pertanian kala itu adalah dikenalnya
banyak jenis tanaman baru dan peralatan pertanian. Dalam buku “Teknologi dalam
Sejarah Islam”, karya Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill, disebutkan beberapa
jenis tanaman yang mulai dikenal masyarakat Arab dalam revolusi itu, seperti
padi, tebu, kapas, terong, bayam, semangka, dan berbagai sayuran serta
buah-buahan lainnya.
Peran negara sangat besar disektor pertanian ini.
Islam melarang sebuah lahan yang dibiarkan (tidak ditanami) hingga
bertahun-tahun lamanya, maka negara akan mengambil lahan-lahan yang tidak
dipakai oleh pemiliknya selama 3 tahun dan akan diserahkan kepada petani
lainnya untuk dijadikan lahan yang produktif. Tahap selanjutnya, untuk
meningkatkan hasil pertanian, negara menempuh jalan intensifikasi dan
ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan untuk meningkatkan produktifitas pangan
berupa penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk dan obat-obatan pembunuh
pestisida termasuk teknik-teknik pembudidayaan tanaman. Adapun ekstensifikasi
dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah lahan pertanian, berupa pembukaan
lahan-lahan kosong menjadi lahan-lahan yang produktif.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah bagaimana sektor
pertanian ini ditunjang dengan perekonomian Islam yang begitu stabil. Sistem ekonomi
yang diterapkan negara memungkinkan para petani mampu membeli bibit unggul,
pupuk, dan obat-obatan pertanian, serta alat-alat pertanian yang menunjang dan
memadai. Karena dalam sistem ekonomi Islam, dilarang seseorang atau kelompok
untuk menimbun barang bahkan akan memberikan sanksi yang tegas pada seseorang
atau kelompok yang melakukan penimbunan barang, maka sangatlah wajar jika
ekonomi Islam dikatakan stabil. Perekonomian yang stabil ini tentunya akan
meningkatkan kesejahteraan para petani.
Maka dari itu, masalah kekurangan bahan baku kacang
kedelai untuk pembuatan tahu sumedang ini merupakan ironi yang terjadi disistem
kapitalisme. Satu-satunya solusi yang menyeluruh atas permasalah ini adalah melepaskan
sistem kapitalisme dan menggantinya dengan sistem Islam. Terbukti sistem Islam
mampu mensejahterakan dan menstabilkan perekonomian negara.
Post a Comment