Oleh : Alinna Fizahra
(Alumnus SMAIT Insantama 2018, Bogor)
Memperingati hari HAM sedunia 10 Desember 2019, seakan dunia ingin mengingatkan bahwa HAM harus ditegakkan bagi siapapun, dimanapun. Dalam konteks keadilan umat manusia. Hak asasi manusia dapat berhubungan seperti hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, dan kebebasan berpendapat. Tetapi faktanya hari ini HAM hanya diakui dan dibela jika ada kepentingan sepilis (sekuler, kapitalis dan liberalis) di dalamnya.
Lihatlah negerri-negeri muslim di dunia, mereka tidak memiliki HAM yang disebutkan di atas. Seperti di Palestina, Afghanistan, Irak, Mali, Rohingya, Yaman dan yang sedang viral di Uighur sedang mengalami masa suram dalam cengkraman penguasa dzalim.
Penderitaan yang dialami muslim uighur harus berlanjut hingga hari ini. Mereka ditindas, dizhalimi bahkan di siksa tanpa belas Kasih. Lihatlah bagaimana mereka melarikan diri, terusir dari tanah kelahirannya, tanah nenek moyang mereka.
Berbagai media lokal dan asing ramai-,ramai mrmberitakan boroknya pemerintah pusat yang dzalim di wilayah uighur. Mereka memasukkan rakyat uighur lebih dari satu juta muslim yang dimasukkan dalam kamp pendidikan ulang di China (BBC news, 31/1/2018).
Mereka yang ditahan dalam kamp adalah muslim Uighur. Dan mereka tidak pernah didakwa dengan kejahatan juga tidak memiliki jalan hukum untuk menentang penahanan mereka.
Para tahanan, sepertinya telah menjadi sasaran karena berbagai alasan, menurut laporan media seringkali, satu-satunya kejahatan mereka adalah menjadi Muslim. Kelompok hak asasi manusia menambahkan bahwa banyak warga Uighur telah dicap sebagai ekstremis hanya karena mempraktikkan agama mereka.
Bahkan informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi di kamp-kamp sangatlah terbatas, dan di tutup-tutupi. Disaat CBS News berkunjung ke kamp tersebut untuk menjalani interview dan melihat seperti apakah kamp pendidikan ulang yang terletak di Xinjiang itu mengalami keterbatasan gerak, walaupun mereka mengatakan kamp tersebut merupakan training center, namun terlihat sangat jelas bahwa kamp tersebut lebih layak dipanggil penjara. Cctv yang berada dimana-dimana, pagar yang di beri kawat tajam, penjagaan yang ketat dengan senjata lengakap. Apakah layak kamp tersebut di panggil dengan sebutan training camp?
Lalu bagaimana tanggapan dunia terhadap kamp Xinjiang tersebut? Banyak dunia mengutuk penahanan Uighur di Xinjiang oleh Tiongkok. Kepala hak asasi manusia PBB dan pejabat PBB lainnya menuntut akses ke kamp-kamp itu. Bahkan Uni Eropa telah meminta China untuk menghormati kebebasan beragama dan mengubah kebijakannya di Xinjiang. Dan organisasi-organisasi hak asasi manusia mendesak China untuk segera menutup kamp-kamp dan menjawab pertanyaan tentang orang-orang Uighur yang hilang.
Para pejabat Cina menyatakan bahwa apa yang mereka sebut pusat pelatihan kejuruan tidak melanggar hak asasi manusia. Tetapi mereka menolak untuk berbagi informasi tentang pusat-pusat penahanan, dan mencegah jurnalis dan penyelidik asing memeriksanya. Namun, beberapa waktu lalu, dokumen internal pemerintah Tiongkok bocor pada akhir 2019 telah memberikan perincian penting tentang bagaimana para pejabat meluncurkan dan mempertahankan kamp-kamp penahanan tersebut. Pemerintah China telah menolak tekanan internasional untuk mengizinkan penyelidik luar, mengatakan apa pun yang terjadi di dalam Xinjiang adalah masalah internal. Ini menyangkal bahwa orang-orang dipaksa untuk mencela Islam, ditahan di luar kehendak mereka, dan mengalami pelecehan di kamp.
Maka seakan tidak masuk di akal saat dunia barat menyambut Hari HAM sedunia setiap tanggal 10 Des, tetapi dunia timur dengan manusia-manusia muslimnya dalam kondisi jauh dari kata HAM. Siapakah yang mampu membela hak asasi mereka, siapakah yang punya kekuatan untuk menggugat dan melindungi umat muslim Uighur ataupun umat muslim dunia lainnya? Dimana mereka meminta keadilan atas perampasan hak-hak asasi yang mereka miliki di dunia ini?
Saatnya dunia membuka mata, umat muslim membutuhkan junnah (pelindung) rakyat dari pemimpin amanah, kokoh dan terpercaya. Dan hal itu hanya mereka dapatkan saat daulah Islam tegak di bumi ini.
Tidak adanya Daulah Islam telah membuat umat Islam terdzalimi. Selain tanah dan kekayaan mereka dirampok, jutaan umat muslim dibunuh oleh para penjajah. Nyawa umat Islam demikian murah tanpa ada yang melindungi. Padahal Rasulullah SAW dengan tegas mengatakan bahwa nyawa seorang muslim tanpa alasan yang haq lebih berharga dari hancurnya dunia.
Dari al-Barra’ bin Azib radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
"Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingnya terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 1455, dan dishahihkan al-Albani). Wallahu a'lam bishawab.[]
🌸🌼🌸🌼
Post a Comment