Oleh : Rosmita
Aktivis Dakwah Islam dan Member AMK
Penindasan kaum muslim Uighur oleh rezim komunis Cina telah berlangsung sejak lama. Tepatnya setelah Xinjiang ditetapkan menjadi bagian dari Cina, rezim komunis mulai mendikriminasi muslim Uighur. Seperti melarang melakukan ibadah dan memakai pakaian keagamaan di depan umum.
Bahkan sejak April 2017, pemerintah Cina sudah menangkap sekitar dua juta muslim Uighur dan memasukkan mereka ke dalam kamp-kamp reedukasi. Di dalam kamp inilah muslim Uighur mengalami berbagai macam penyiksaan dan doktrinasi komunis. Mereka disiksa, diperkosa, diambil organ tubuhnya, dan dipaksa meninggalkan agamanya. Jika mereka menolak mereka akan dibunuh dan dibakar mayatnya.
Begitu kejamnya perlakuan rezim komunis Cina terhadap muslim Uighur, hingga 22 negara mengecam tindakan keji tersebut. Namun mengapa negeri-negeri Islam masih saja bungkam? Tidak ada pembelaan atau pun kecaman yang disampaikan oleh negeri-negeri Islam seperti Arab Saudi, Indonesia, dan lainnya.
Alih-alih memberi bantuan kepada muslim Uighur, negara Arab justru mendukung kebijakan Cina di Xinjiang dengan dalih mengatasi terorisme dan radikalisme. Sekitar 36 negara telah menandatangani surat dukungan terhadap Cina, diantaranya adalah Arab Saudi, Suriah, Pakistan, Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Bahrain.
Sedangkan Indonesia negara yang penduduknya mayoritas muslim, memang tidak ikut menandatangani surat tersebut. Tapi diamnya pemimpin negeri ini menunjukkan sikap yang tidak peduli terhadap penderitaan muslim Uighur. Padahal muslim itu bersaudara, tak peduli apapun rasnya dan warna kulitnya selama dia muslim adalah saudara kita.
Namun sekat nasionalisme membuat negeri-negeri Islam menutup mata dan telinga terhadap penderitaan saudaranya. Apalagi negeri-negeri yang memiliki hubungan kerja sama ekonomi dan politik dengan Cina. Tentu pemimpinnya akan berpikir dua kali sebelum memberi kecaman kepada Cina, karena apabila Cina tersinggung pasti akan menarik semua asetnya.
Begitulah jika sistem sekuler kapitalisme diterapkan oleh negeri-negeri Islam membuat para pemimpin kehilangan hati nuraninya dan hanya memikirkan keuntungan materi semata. Tak peduli meski umat Islam di negeri lainnya kehilangan nyawa dan kehormatannya.
Berbeda jika Islam yang diterapkan sebagai sistem pemerintahan, negeri-negeri Islam akan bersatu di bawah satu naungan dan kepemimpinan yang sama yaitu, Khilafah Islamiyah. Tak ada lagi sekat nasionalisme yang membatasi antara negeri-negeri Islam yang satu dengan yang lainnya. Dan khalifah akan menjadi perisai dan pelindung yang akan menjaga darah, harta, dan kehormatan kaum muslimin di mana pun mereka berada.
Seperti kisah Khalifah Al- Mu'tasim Billah yang membela kehormatan seorang muslimah, khalifah dan bala tentaranya pasti akan menyerang orang-orang kafir yang telah menganiaya kaum muslimin.
Wallahu a'lam bishawab.
Post a Comment