Deradikalisasi, Agenda Barat untuk menghalangi tegaknya lslam Kaffah.

Oleh : Umi Hanifah S.Ag 
(Muslimah aktifis Peduli Generasi)

Deradikalisasi lagi-lagi menyasar islam. Kali ini masjid dijadikan sasaran deradikalisasi karena diduga ada ceramah yang memecah belah serta ujaran kebencian. Sebelumnya deradikalisasi juga terjadi pada  simbol-simbol islam seperti panji Rosulullah Roya liwa, cadar, jenggot dsb. Sungguh tak henti-hentinya islam direndahkan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin."Masjid yang dijadikan tempat menebar kebencian harus diingatkan dan diperingatkan supaya tidak dibiarkan masjidnya untuk menyebar kebencian. Itu harus aktif dari kepolisian maupun pemda untuk melakukan pencegahan," kata Ma'ruf saat membuka Festival Tajug 2019 di Cirebon, Jawa Barat, Jumat (22/11).

Selain mengerahkan polisi, Ma'ruf mengatakan perlu pendataan yang jelas masjid mana saja yang berpotensi terpapar.
"Nanti kita minta dewan masjid untuk mencari, untuk memetakan. Kita recheck lagi mana masjid yang perlu pembinaan supaya tidak menebar narasi-narasi kebencian, permusuhan, tapi sebaliknya membangun narasi kerukunan," ucap Ma'ruf.

Sungguh mengejutkan banyak pihak, masjid adalah rumah Allah yang didalamnya manusia melakukan ibadah kepada Rabb tapi dicurigai layaknya sarang kejahatan. Masjid tempat edukasi agama baik yang tua dan muda, laki-laki dan wanita, bahkan anak-anak sering diajak ke masjid oleh orangtuanya dengan harapan kelak mencintai masjid yang artinya mentaati-Nya. Jika masjid diawasi oleh aparat maka banyak orang yang enggan ke masjid dan lambat laun jauh dari masjid, Ini sangat menyakitkan umat islam. Sebaliknya tempat ibadah seperti gereja, vihara, pura tidak termasuk yang dicurigai bahkan perlu diawasi, kenapa semua itu terjadi ?

Proyek Besar untuk menghalangi lslam
Barat dan anteknya terus menggencarkan proyek deradikalisasi dan memainkan isu strategis untuk memecah belah kaum muslimin sekaligus ingin menghancurkan islam dari dalam. Bahkan proyek ini didukung oleh Ulama Su' yang telah menjual ayat-ayat-Nya untuk menyerang islam demi mendapatkan sekerat dunia. Salah satu target mereka, bahwa lndonesia yang mayoritas penduduknya beragama lslam serta dengan SDA yang melimpah ruah dianggap ancaman bagi ideologi Demokrasi Kapitalis yang saat ini mencengkram negeri ini diberbagai bidang. Maka berbagai upaya dilakukan agar umat tidak kembali pada ajaran islam kaffah, apalagi sampai berujung pada formalisasi syariah dalam negara Khilafah. Dalam hal ini proyek deradikalisasi yang menghasilkan islamophobia menjadi sangat penting bagi mereka. Politik mereka "belah bambu" telah menjadikan kaum muslim mencurigai saudaranya sendiri. Bagi organisasi atau jamaah yang mengkritik kebijakan penguasa yang menzalimi rakyat maka dilabeli kelompok radikal, pemecah belah, intoleran dsb. Sebaliknya jamaah atau organisasi yang "membebek" pada istana dianggap moderat, toleran dan bahkan berbagai bantuan mereka dapatkan. Kaum muslimin dibuat takut untuk menyerukan dan memperjuangkan tegaknya sistem politik islam.

Istiqomah dalam Perjuangan
Firman Allah dalam surat Ash Shof ayat 8:
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka tapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir membencinya."

Janji Allah pasti benar bahwa islam pasti menang. Islam pernah menjadi Peradaban Emas yang memimpin dunia selama 13 abad dengan menaungi 2/3 dunia. Maka kaum muslimin harus tetap fokus dan istiqomah dalam menyampaikan sekaligus memperjuangkan tegaknya islam kaffah dalam institusi negara Khilafah. Karena hanya Khalifah lah yang akan menjaga kemuliaan islam dan Barat akan takut untuk merendahkan islam. Inilah yang ditunjukkan Sultan Abdul Hamid Ats-Tsani. Pada akhir abad ke-19, tahun 1890, ketika seorang penulis Prancis, Henri de Bornier, membuat pentas drama komedi berisi penghinaan kepada Rasulullah SAW, Sultan Abdul Hamid mengirim surat kepada Prancis agar melarang pementasan drama itu di seluruh Prancis. Prancis pun memenuhi permintaan itu dan mengambil keputusan melarang pementasan drama itu.

Prancis mengirim surat kepada Sultan Abdul Hamid yang di antara isinya: “Kami percaya, keputusan yang kami ambil sebagai pemenuhan atas keinginan yang mulia Sultan akan memperkuat hubungan hangat di antara kita ..”. Ketika penulis itu berusaha mementaskannya di Inggris dan mulai membuat persiapan pementasannya di Allesiyom yang terkenal, Sultan mengetahuinya dan mengirimkan surat agar pementasan itu dilarang. Maka pementasan itu pun dilarang. Padahal kala itu, Inggris merupakan negara adidaya, namun ia tetap meminta maaf atas persiapan pementasannya, meski drama itu belum sempat dipentaskan. 

Ketika khilafah belum tegak maka upaya penyadaran harus tetap dilakukan, fokus dan istiqomah yaitu dakwah. Dengan dakwah akan terbentuklah kesadaran politik (wa'yu siyasi) yang benar sesuai dengan syariat. Politik dalam lslam adalah mengatur seluruh urusan umat baik pendidikannya, ekonomi, pergaulan masyarakat, pemerintahan, keamanan, sanksi sesuai dengan kitabulLah dan Sunah. Sehingga dimungkinkan umat paham bahwa demokrasi, nasionalisme, radikalisme, liberalisme, kapitalisme adalah paham/ajaran Barat yang terus dijejalkan dibenak kaum muslimin, padahal semua itu adalah racun yang siap menghabisi ketahanan kaum muslimin dengan tujuan menipu umat agar berpaling dari syariat yang mulia.

Ketika umat sudah mempunyai pemahaman yang benar tentang politik islam maka umat akan menjauhi politik Kapitalis yang muaranya untuk materi semata serta membawa pada kerusakan. Dengan penyadaran/dakwah yang terus dilakukan/istiqomah ditengah-tengah masyarakat, umat akan memiliki pemikiran dan perasaan yang sama dengan landasan aqidah islam, dan dari sini  terwujudlah kesatuan, pada akhirnya umat  akan ikut bersama dalam memperjuangkan tegaknya islam kaffah di bawah naungan Khilafah ala minhaj Nubuwah.
Wallahu a'lam

Post a Comment

Previous Post Next Post