Oleh : Dede Arnisah
(Aktivis Dakwah Lubuk Pakam)
Stunting adalah masalah kurang gizi yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu yang lama. Banyak orang yang belum paham apa saja penyebab dari Stunting. Akar dari masalahnya bukan hanya kekurangan gizi, melainkan masalah ekonomi. Memenuhi kebutuhan ekonomi yang sulit dinegeri ini menyebabkan masalah terperinci, dimulai dari pengangguran, kejahatan, perceraian, hingga kurangnya gizi (stunting).
Muncul suatu solusi tetapi terlihat ilusi. Menyongsong program untuk memelihara satu ayam disetiap rumah. Apakah masalah stunting dianggap sebagai candaan? Sehingga memberi solusi diluar nalar? Bayangkan saja untuk memelihara satu ayam sudah dianggap dapat memenuhi gizi anak-anak disetiap rumah?
Jakarta, CNN Indonesia -- Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengusulkan agar satu keluarga memelihara ayam untuk memenuhi kebutuhan gizi anak. Ia mengatakan pemenuhan gizi anak bisa dilakukan dengan memberi asupan telur dari ayam yang dipelihara tersebut.
"Perlu setiap rumah ada (memelihara) ayam, sehingga telurnya itu bisa untuk anak-anaknya," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden, Jakarta, Jumat (15/11).
Untuk makan telur harus menunggu ayam yang dipelihara sampai bertelur. Butuh berapa lama menunggunya? Belum lagi memikirkan perawatan dan makanan untuk ayam piaraannya. Sungguh ini hanya solusi tanpa pasti.
Anak-anak yang gagal tumbuh atau kurang gizi biasanya bukan karena kurangnya mengkonsumsi makanan yang bergizi. Tetapi karena orang tua mereka yang tidak punya uang cukup untuk memberi anak-anaknya makan-makanan yang cukup gizi. Sehingga apa yang mereka makan hanya sekedar untuk mengganjal perut tanpa memikirkan lagi kebutuhan gizinya.
"Moeldoko menyebut setiap anak wajib memakan satu butir telur ayam. Anak-anak juga perlu mendapatkan makanan kaya gizi lainnya, seperti ikan, sayur mayur, tahu, maupun tempe yang penuh dengan protein".
"Moeldoko pun mencontohkan India yang kini sudah menerapkan wajib makan lima telur dalam satu minggu".
Seharusnya hal ini menjadi perhatian negara, jaminan negara, serta tanggung jawab negara. Dimana perhatian pemimpin terhadap rakyatnya? Mengapa hanya memberi solusi tanpa pasti. Berbicara panjang lebar namun ujung-ujungnya rakyat terbebani. Seolah tidak ada naungan yang melindungi. Seharusnya perisai yang diharapkan dapat mengayomi. Tapi nyatanya beginilah yang terjadi. Lagi-lagi rakyat bagaikan kehilangn perisai (pemimpin) yang mampu melindungi.
Seharusnya negara dapat memperbaiki kebijakan-kebijakan yang tidak bijak. Sehingga dapat menghapus kemiskinan untuk menuju kesejahteraan. Apalagi negara kita adalah negara yang kaya akan sumber daya alamnya. Jika pengelolaannya dapat dikendalikan oleh negara, maka hasilnya dapat disalurkan kemasyarakat sehingga dapat menjamin setiap jiwa.
Jauh berbeda sikap dan tanggung Jawab pemimpin dalam islam. Sebagai contoh ketika Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah, beliau sangat takut ada rakyat yang masih kelaparan. Sehingga dimalam hari beliau keliling untuk memantau apakah masih ada rakyatnya yang tidur dengan kelaparan.
Ternyata beliau pernah menemukan sebuah rumah yang didalamnya terdengar suara tangisan anak kecil. Setelah diamati, ternyata anak itu kelaparan menunggu ibunya memasak. Karena tidak memiliki apa-apa ternyata ibu itu memasak batu.
Setelah mengetahuinya, khalifah Umar malu dan menangis. Kemudian beliau mengambil gandum dengan memikulnya sendiri dan memasakkan gandumnya untuk ibu dan anak-anaknya yang sedang kelaparan. Beginilah seharusnya sikap seorang pemimpin yang bertanggung jawab, keteladanan inilah yang harus ada dijiwa-jiwa setiap pemimpin. Sungguh sangat indah ketika islam mewarnai kehidupan. Tidakkah kita semua merindukan cahaya islam yang akan menyinari dunia? Islam akan menuntaskan masalah stunting secara tuntas. Karena islamlah sebaik-baik sistem yang dipimpin oleh sebaik-baik pemimpin dan diatur oleh sebaik-baik aturan yaitu Alqur'an dan Assunah.
Post a Comment