Sekolah yang Aman bagi Anak Bangsa

By : Lulu Nugroho
Muslimah Penulis Cirebon

Dunia pendidikan kembali berduka dengan insiden ambruknya atap empat ruang kelas SDN Gentong I, Kecamatan Gandingrejo Kota Pasuruan. Terjadi saat proses belajar mengajar berlangsung, sekitar pukul 08.15 Wib, Selasa (10/11/2019). Korban tewas dua orang yaitu guru dan murid, 11 murid lainnya mengalami luka-luka.

Kapolres Pasuruan Kota, AKBP Agus Sudaryatno, menyebutkan bahwa penyebabnya adalah konstruksi bangunan yang rapuh serta tidak sesuai spesifikasi. Padahal atap bangunan SDN Gentong baru direnovasi pada 2017. 

Kondisi yang sama, pernah terjadi juga di SMPN 2 Plumbon, Cirebon. Sebanyak 22 siswa dan guru terluka, setelah atap dan dinding bangunan ambruk di tengah jam belajar, pada 2/10/2019 lalu. Mayoritas korban terluka di kepala dan retak di bagian tulang lainnya

Begitu pula halnya terjadi pada ambruknya atap 2 ruang laboratorium SMPN 1 Astanajapura. Meski pengajuan perbaikan ruangan sudah dilakukan sejak lama, namun belum ada jawaban pasti dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Cirebon, demikian disampaikan Wakasek Kesiswaan, Faturohman kepada Radar Cirebon pada awal bulan lalu.

Ternyata tidak hanya itu, kasus sekolah ambruk atau rusak tanpa ada renovasi terjadi juga di beberapa wilayah. Seperti kerusakan pada 3662 lokal ruang kelas Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang ada di Kabupaten Cirebon. Lambatnya perbaikan, disinyalir akibat minimnya anggaran dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Cirebon.

Tampak bahwa keuangan merupakan hal vital bagi perbaikan fisik bangunan sekolah. Pendidikan mendapat 20 persen anggaran dari APBN. Dalam APBN 2018, dana pendidikan sebesar Rp440 triliun. Untuk 2019, naik menjadi Rp492,5 triliun. 

Menurut Menteri Keuangan, akan direalokasikan untuk sarana prasarana dari berbagai sekolah yang selama ini masih banyak yang rusak atau rusak sedang, rusak parah. Angka yang cukup besar, jika betul sampai ke seluruh pelosok tanah air dan digunakan secara tepat. 

Sayangnya fakta menunjukkan bahwa fasilitas pendidikan masih sangat minim dinikmati anak-anak bangsa. Tidak hanya fisik bangunan sekolah yang memprihatinkan. Kondisi murid, tenaga pengajar, serta fasilitas pendidikan pun masih jauh dari layak. 

Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan  Kabupaten Bandung Barat (Disdik KBB) Dadang A Sapardan mengatakan, dari total 184 SMP negeri dan swasta termasuk SMP terbuka tidak semuanya mendapatkan bantuan fisik pendidikan dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

Meskipun pihaknya mengusulkan semua kebutuhan perbaikan kelas rusak atau pembangunan baru, namun pemerintah pusat tidak mengabulkan semua usulan. (Sindonews.com, 8/11/2019). Sementara Kepala Bidang SD Disdik KBB Asep Nirwan menyebutkan, untuk bantuan DAK dari pusat tahun ini ke KBB mengalami penurunan. 

Kondisi itu jelas berimbas kepada program perbaikan infrastruktur sekolah baik rehab atau bangun baru. Bukti bahwa pendidikan masih bermasalah secara sistemik. Simpulnya harus diurai dari hulu hingga hilir. Sebab persoalan mendasar ada pada sistem pengurusan umat.

Hal ini semestinya menjadi perhatian serius pemerintah pusat maupun daerah, agar tidak terjadi lagi korban. Anak-anak bangsa perlu mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan fasilitas yang aman. Menjadi tugas penguasa untuk memberi mereka perlindungan, juga membentuk mereka menjadi pribadi yang mulia.

Tidak hanya itu, pemerintah pun wajib memberikan pemerataan pendidikan, baik itu sarana dan prasarana, agar tidak ada kesenjangan antara pedesaan, pegunungan dengan wilayah perkotaan. Serta alokasi dana yang besar untuk kemajuan pendidikan di tanah air. Sebab pendidikan menentukan tinggi rendahnya sebuah bangsa.

Dinas Pendidikan pun bisa bersinergi dengan orang tua dan pihak sekolah yang bersangkutan, untuk mengontrol bangunan sekolah bersama-sama. Kemudian memberi tindakan cepat saat menemukan sarana pendidikan dengan kondisi yang tidak memadai. Hal ini sebagai bentuk jaminan dan perlindungan negara terhadap hak anak-anak bangsa. 

Sebagaimana pernah terjadi pada masa kejayaan Islam. Khalifah al-Muntahsir Billah mendirikan Madrasah al-Muntashiriah di Kota Baghdad. Setiap siswanya menerima beasiswa berupa emas seharga satu dinar (4,25 gram emas). Kehidupan keseharian mereka juga dijamin sepenuhnya oleh negara. Fasilitas sekolah disediakan seperti perpustakaan beserta isinya, rumah sakit, dan pemandian. 

Begitu pula dengan Madrasah an-Nuriah di Damaskus yang didirikan pada abad 6 H oleh Khalifah Sultan Nuruddin Muhammad Zanky. Di sekolah ini terdapat fasilitas lain seperti asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan, para pelayan, serta ruangan besar untuk ceramah dan diskusi.

Bahkan di masa Rasulpun, ahlu suffah mendapat tempat belajar di sisi Masjid Nabawi. Rasulullah menyediakan tempat khusus bagi umat untuk menimba ilmu dan memperkaya tsaqofah. Maka dari situ kemudian lahir seorang perawi hadits yang masyhur yaitu Abu Hurairah radhiyallahu anhu. 

Sejarah telah membuktikan, bahwa dengan Islam persoalan pendidikan dan penyediaan sarana prasarananya, menjadi suatu hal yang mudah. Bahkan dari sana bermunculan mutiara umat, harumnya semerbak sepanjang masa, menjadi pemimpin umat ke arah kebangkitan peradaban. Inilah sebaik-baik sistem kehidupan yang bersumber dari Alquran dan Hadits, bukan sistem yang lain. Wallahu 'alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post