Oleh : Nur Fitriyah Asri
Penulis Ideologis Bela Islam Akademi Menulis Kreatif
Amerika dengan ideologi kapitalismenya, mengepakkan sayap menjajah dan menjarah negeri-negeri muslim. Mereka berambisi ingin tetap menjadi negara adidaya di dunia. Padahal, mereka menyadari bahwa ideologi kapitalisme berada diambang kehancuran. Khilafahlah yang akan menggantikannya. Oleh sebab Itu segala cara dilakukan untuk mencegah dan menghalangi tegaknya kembali khilafah. Mereka begitu membenci Islam ideologi. Dengan politik belah bambu, umat Islam diadu domba supaya tidak bersatu. Umat Islam menjadi bulan-bulanan, dibantai, difitnah dan diberi label: teroris, radikal, militan, dan lainnya.
Kebencian itu secara terang-terangan ditampakkan oleh Presiden Amerika Serikat George W. Bush dan Tony Blair (Perdana Menteri Inggris) yang telah memvonis Islam sebagai "Ideologi Setan" yang diamini oleh para pemimpin negara sekuler seluruh dunia termasuk Indonesia, politikus, akademisi, ulama dan masyarakat Barat umumnya. (eramuslim. com.39/3/2006)
Ideologi setan yang dimaksud jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Menolak legitimasi Israel.
2. Memiliki pemikiran bahwa syariat adalah dasar negara Islam.
3. Kaum muslim harus menjadi satu kesatuan dalam naungan khilafah.
4.Tidak mengadopsi nilai-nilai liberal (kebebasan) dari Barat.
Sangat jelas, bahwa yang dibidik adalah syariat dan khilafah. Melihat kebangkitan khilafah yang gaungnya menyebar ke seluruh penjuru negeri-negeri muslim, membuat Barat kebakaran jenggot. Dengan mengambil momentum keruntuhan Gedung WTC, pada 11 Maret 2001, genderang perang melawan terorisme (war on terrorism) ditabuh. Indonesia termasuk salah satu negara yang sangat aktif menjalankan berbagai program perang melawan terorisme yang didagangkan AS. Dengan mengambil momen Bom Bali tahun 2002. Langsung mengeluarkan Perppu No 1 tahun 2002, tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yang disahkan oleh DPR menjadi UU No15 tahun 2003. Kemudian dibentuk pula Detasemen Khusus (Densus) 88, dengan SK Kapolri No. 30/VI/2003. Selanjutnya, menerbitkan Perpres Nomor 46 tahun 2010, tentang Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dengan salah satu programnya deradikalisasi.
Dalam perjalanan waktu terkuaklah bahwa, runtuhnya Gedung WTC karena rekayasa dan skenario yang dibuat oleh AS sendiri, untuk memuluskan program wor on terrorism (perang melawan terorisme). Negara Islam adalah korbannya: Irak, Afganistan, Palestina dan lainnya. Anehnya jika pelakunya nonmuslim yang telah nyata-nyata berbuat terorisme, sebut saja Israel, AS, Cina, alih-alih diinvasi, label terorisme saja tidak pernah dilekatkan.
Rekayasa dan propaganda perang melawan terorisme, baik di dunia internasional dan di Indonesia yang diperdagangkan Barat ke dunia Islam sudah terbongkar. Umat mengendus aroma busuk, cara-cara kasar dan brutal yang dipertontonkan begitu keji tidak berperikemanusiaan. Alih-alih mendapat simpati publik. Justru sebaliknya, malah memunculkan kemarahan dan perlawanan masyarakat, dan kecaman di seluruh dunia.
Adapun di Indonesia, disebabkan oleh Densus 88 yang serampangan melanggar prinsip praduga tak bersalah, dan HAM. Lebih-lebih lagi melakukan pembunuhan tanpa melalui proses pengadilan terhadap orang-orang yang baru diduga melakukan aksi terorisme. Perang melawan terorisme tampaknya sudah basi. Pemerintah melirik dan beralih dengan program deradikalisasi yaitu untuk menetralkan radikal yakni dengan mengaruskan Islam moderat, Islam nusantara yang ramah, toleran, dan lainnya. Selanjutnya, perang melawan terorisme berubah menjadi perang melawan radikalisme.
Alasannya jelas, musuh-musuh Islam dan antek-anteknya gagal menjerat Islam ideologi sebagai teroris yang melakukan tindakan kekerasan seperti: penembakan, pengeboman, pembajakan dan lainnya.
Mereka tidak bisa menyentuh pejuang-pejuang syariat dan khilafah. Karena perjuangannya cukup dengan senjata pemikiran yaitu perjuangan intelektual tanpa kekerasan. Ternyata hal ini dipakai alasan oleh penjajah dan pengkhianat negara, untuk mencari pembenaran dalam membuat narasi. Seolah-olah tindakan terorisme didahului oleh pikiran dan gagasan radikal. Dibuatlah narasi-narasi negatif untuk membidik khilafah dan para pejuangnya.
Target isu radikalisme adalah:
1. Monsterisasi ajaran Islam.
Khilafah adalah ajaran Islam, sebagaimana salat, puasa, zakat, haji, dakwah, jihad dan lainnya.
Khilafah inilah yang akan menumbangkan kapitalisme. Karena khilafah akan menyatukan umat seluruh dunia dan menerapkan Islam kafah yaitu yang mengatur berbagai aspek kehidupan. Dan tidak hanya dipelajari, tetapi diwajibkan untuk diterapkan dalam kehidupan. Dengan begitu menghasilkan individu-individu takwallah. Imannya yang membaja dan hanya takut kepada Allah semata. Akhirnya akan terwujudlah rahmatan lil alamin.
Dengan ditakut-takuti narasi negatif, misalnya: khilafah bertentangan dengan Pancasila, khilafah model ISIS, akan mensuriahkan Indonesia, dan lainnya, dampaknya luar biasa, umat Islam benar-benar takut (islamofobia), enggan memperjuangkan dan bisa jadi malah memusuhi khilafah.
2. Menjauhkan umat dari syariat. Dengan dihembuskan dan dinarasikan Islam moderat atau Islam Nusantara yang ramah, toleran, tidak radikal dan lainnya, menjadikan umat Islam tidak fanatik terhadap agamanya. Walau agamanya dihina, SDA nya dijajah dan dijarah, akan memilih diam. Upaya sekularisasi agama terus digencarkan. Agama tidak boleh mengatur kehidupan bernegara. Kemudian muncul paham pluralisme agama yaitu paham yang menganggap semua agama sama. Dampaknya neo liberalisme dan neoimperialisme semakin memcengkeram, penjajahan menjadi eksis. Penjajah dan antek-anteknya merasa aman dan tenang, bebas melakukan konspirasi dan kolaborasi.
3. Penyesatan politik. Sejatinya ideologi kapitalis yang diemban dalam politik demokrasi inilah penyebab rusaknya di semua sendi kehidupan. Khilafah dikambinghitamkan, jika syariat Islam diterapkan menimbulkan disintegrasi, akan mengancam kebhinekaan. Padahal semua tahu, lepasnya Timor Timur bukanlah disebabkan Islam (khilafah) melainkan demokrasi sekuler.Yang mensuriahkan Wamena-Papua siapa? Yang pasti bukan Islam.
Yang koropsi, menjual aset-aset milik negara, yang menzalimi rakyat siapa? Siapa lagi kalau bukan yang mengaku Pancasilais, NKRI harga mati. Siapa yang menjadikan sumber daya alam dikuasai asing dan aseng? Kapitalisme. Siapa yang menyebabkan rusaknya moral bangsa ini? Liberalisme. Yang mengadu umat Islam, siapa? Tidak lain adalah antek-antek AS yang menjajakan terorisme- radikalisme dan yang memusuhi khilafah.
يُرِيدُونَ لِيُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَاللَّهُ مُتِمُّ نُورِهِ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
"Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya."
Ada hikmahnya, khilafah dinarasikan negatif. Atas izin dan pertolongan Allah, khilafah menjadi bahan pembicaraan, terlepas pro dan kontra. Gaung khilafah semakin membahana, dukungan semakin nyata. Umat mulai paham bahwa khilafah adalah ajaran Islam. Khilafah janji Allah dan bisyarah Rasulullah.
Melawan Isu Radikalisme
Kewajiban untuk memahamkan umat. Bahwa dalam kamus oxford, radikalisme berasal dari bahasa latin radix yang artinya akar. Jadi radikalisme adalah perubahan atau tindakan yang bermakna sesuatu yang mampu mempengaruhi karakteristik dasar (fundamentalis) serta menyeluruh. Sebenarnya, radikal dalam istilah bahasa justru bersifat positif. Sesuatu yang bersifat mengakar.
Namun, dengan sengaja istilah radikal dikonotasikan negatif yakni sebagai pendorong terorisme.
Isu radikalisme sengaja dinarasikan dan dihembuskan oleh musuh-musuh pembenci Islam.
Hanya dengan dakwah, kita bongkar dan kita dijelaskan kepada umat, skenario dan makar Barat. Umat disadarkan bahwa perang terhadap radikalisme, sesungguhnya perang terhadap Islam. Jangan sampai umat terpengaruh ikut memerangi radikalisme dan proyek deradikalisasi yaitu proses untuk menghilangkan sifat radikal.
Membina umat Islam dengan pemikiran Islam. Harus dilakukan secara terus-menerus, berkesinambungan. Dengan memberikan gambaran Islam secara utuh dan menyeluruh meliputi: akidah, ibadah, syariat dan khilafah. Islam adalah agama sekaligus ideologi yaitu sebagai petunjuk hidup, supaya diterapkan dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan bernegara.
Menggalang persatuan, dan terus focus, serta serius memperjuangkan tegaknya khilafah ala minhajjin nubuwwah. Karena menegakkan khilafah hukumnya wajib.
Allah Swt berfirman :
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ
"Putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan (Alquran) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepada kamu." (QS al-Maidah [5]: 48).
Ingatlah bahwa Barat dengan ideologi kapitalismenya akan terus berupaya memerangi dan menghadang tegaknya khilafah. Setelah isu terorisme tidak laku dijual, kini membuat brand baru yakni radikalisme. Namun esensinya sama yakni perang melawan Islam.
Wallahu a'lam bishshawab
Post a Comment