Oleh : Nisa Agustina, M.Pd
Ibu Rumah Tangga
“Andai cintamu benar, niscaya engkau menaatinya.
Sungguh pencinta itu sangat taat kepada yang dicinta…”
Penggalan sya’ir karya Imam Syafi’i di atas sangat tepat untuk kita renungkan saat ini ketika momen peringatan Maulid Nabi semarak dirayakan di mana-mana. Peringatan kelahiran (Maulid) Nabi Muhammad SAW. disambut dengan suka cita oleh umat Islam seantero dunia. Bagaimana tidak, Nabi Muhammad SAW. adalah sosok mulia utusan Allah SWT. menjadi rahmat bagi semesta alam. Sosok yang paling berjasa sepanjang peradaban karena telah menerangi kejahiliyahan dunia dengan cahaya Islam.
Tentu momentum maulid Nabi SAW. menyimpan spirit dan menjadi momen penting untuk mengekspresikan kerinduan dan kecintaan umat Islam kepadanya. Semoga momen ini tak sekadar seremonial belaka, tapi menjadi momen kebangkitan semangat meneladani beliau, meng-copy paste semua aspek kehidupan Nabi SAW.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum dalam peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW. di lingkungan Yayasan Al Ma'soem, Jumat, 8 November 2019. Beliau menyampaikan bahwa meneladani Rasulullah SAW. dan mengamalkan ajaran Islam adalah solusi untuk menjawab tantangan era industri 4.0. (www.pikiran-rakyat.com, 08/11/19)
Tentunya meneladani Rasulullah dan mengungkapkan kecintaan kepada beliau tidak cukup hanya dengan perayaan maulid semata. Kecintaan kepada Nabi SAW. harus dibuktikan dengan ketaatan kepada beliau. Ketaatan kepada beliau haruslah menyeluruh dalam apa saja yang beliau bawa dan apa saja yang beliau larang, sebagaimana firman Allah : “Apa saja yang Rasul bawa kepada kalian, ambillah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukumannya.” (TQS al-Hasyr [59]: 7).
Rasulullah SAW. wajib ditaati dalam segala hal, termasuk dalam masalah hukum dan urusan sosial kemasyarakatan. Jadi kita pada hakikatnya tidak beriman hingga menjadikan hukum syariat sebagai pemutus atas segala persoalan. Karena itu kita wajib menerapkan syariat secara menyeluruh untuk memutuskan segala persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Begitulah cinta hakiki kepada Nabi SAW. Cinta kepadanya, melahirkan pengutamaan beliau dan syariatnya di atas urusan dan kepentingan sendiri. Cinta itu harus mendorong kita untuk taat pada syariat yang beliau bawa dan menerapkan syariat Islam secara kâffah di tengah-tengah kehidupan.
Sayangnya, saat ini justru ajaran Islam yang dibawa oleh Rasulullah tercinta dianggap sesuatu yang menghambat kemajuan. Bahkan ketika ummat Islam menyerukan untuk menerapkan Islam secara Kaffah, langsung distigmatisasi dengan isu terorisme dan radikalisme. Hal ini terjadi karena ummat Islam saat ini tengah hidup di sistem sekuler yang mengaku-ngaku cinta pada Rasul tapi sejatinya phobia terhadap semua ajaran Rasul.
Tantangan era industri 4.0 memang betul akan terjawab dengan meneladani Rasulullah dan mengamalkan seluruh ajaran Islam. Bahkan pengamalan seluruh ajaran Islam ini akan menjawab semua tantangan zaman apapun. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat berhasil menjawab tantangan zaman jahiliyah dan mengubahnya menjadi zaman yang penuh cahaya terang benderang. Para khalifah setelah Rasulullah pun telah berhasil menjawab tantangan zaman dimana ketika itu bangsa Eropa masih berada dalam ‘dark age’ (era kegelapan), tapi kaum muslimin justru menjadi mercusuar dunia yang menerangi abad kegelapan Eropa dengan cahaya ilmu pengetahuan dan kegemilangan cahaya Islam yang menguasai 2/3 dunia selama hampir 13 abad.
Kaum muslimin bisa menjawab tantangan zaman ketika Islam diterapkan secara kaffah dan diamalkan seluruh syari’atnya sesuai teladan dari Rasulullah SAW. Meneladani Rasulullah pun harus lengkap mencakup seluruh aspek kehidupannya, bukan sekadar dalam aspek ibadah ritual dan akhlaknya saja. Allah Swt. berfirman, Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku.” (QS Ali Imran [3]: 31).
Dengan demikian, meneladani Nabi Muhammad SAW. hakikatnya adalah dengan cara mengamalkan seluruh isi Alquran, yang tidak hanya menyangkut ibadah ritual dan akhlak saja, tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Artinya, kaum Muslim dituntut untuk mengikuti dan meneladani Nabi Muhammad SAW. dalam seluruh perilakunya: mulai dari akidah dan ibadahnya; makanan/minuman, pakaian, dan akhlaknya; hingga berbagai muamalah yang dilakukannya seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, hukum, dan pemerintahan.
Pasalnya, Rasulullah SAW. sendiri tidak hanya mengajari kita bagaimana mengucapkan syahadat serta melaksanakan salat, shaum, zakat, dan haji secara benar; tetapi juga mengajarkan bagaimana mencari nafkah, melakukan transaksi ekonomi, menjalani kehidupan sosial, menjalankan pendidikan, melaksanakan aktivitas politik (pengaturan masyarakat), menerapkan sanksi-sanksi hukum (‘uqûbat) bagi pelaku kriminal, dan mengatur pemerintahan/negara secara benar.
Tentunya meneladani Rasulullah dalam segala aspek kehidupan ini tidak akan pernah sempurna bila tidak didukung oleh sistem yang menjamin penerapan Islam secara kaffah, yakni sistem Islam dibawah institusi warisan Rasulullah yaitu Daulah Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah.
Dengan demikian, peringatan Maulid Nabi SAW. sejatinya dijadikan momentum bagi kaum muslim untuk terus berusaha mewujudkan kecintaan kepada Nabi SAW. secara nyata, melanjutkan risalah Nabi SAW. sekaligus melestarikan contoh dan teladan Nabi SAW. dan Khulafaur Rasyidin, serta mewujudkan kembali Sunnah Rasulullah SAW., yaitu Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-nubuwwah. Dengan upaya mewujudkan hal ini, Insya Allah ummat Islam akan mampu menjawab tantangan zaman apapun sesuai dengan apa yang diridhoi oleh Allah SWT. Wallahu a’lam bish showab
Post a Comment