Nasib Guru Di Era Milenial Jauh Dari Sejahtera

Oleh : Desi Wulan Sari 

Staf khusus Milenial sedang menjadi perdebatan di masyarakat. Pasalnya Presiden terpilih saat ini dianggap terlalu banyak melakukan penggemukan posisi dalam kabinetnya. Sebelumnya penambahan wakil menteri di setiap kementrian dianggap hanya sebagai pembagian rata kursi dalam kepartaian yang telah mendukung serta mensukseskan pemilihan presiden  saat pilpres lalu. Dan baru-baru ini kembali melakukan penambahan jabatan baru dalam kabinetnya yaitu staf khusus Milenial yang juga dianggap tidak urgensi dalam pembentukannya.

Pasalnya staf khusus Milenial dikabarkan mendapat gaji 51 juta sebulan. Berdasarkan beleid yang diterbitkan jokowi pada 2015 (TribunNews.com, 23/11/2019).

Melihat kondisi Indonesia dengan rakyatnya yang sedang terpuruk secara ekonomi, karena miris melihat dengan mudahnya pemimpin Kita mengeluarkan uang yang tidak sedikit dari budget negara. Padahal masyarakat dan tokoh banyak menilai penunjukan ini belum diperlukan. Alangkah baiknya jika dana atas gaji para milenial yang ditunjuk tersebut dialokasikan kepada rakyat yang lebih membutuhkan, seperti guru honorer Samiyati  di Ende yang belum digaji selama 11 bulan. Innalillahi... (kompas.com, 22/11/2019). 

Entah bagaimana perasaan rakyat saat  membandingkan perbedaan ekstrim yang tidak manusiawi tersebut. Seakan-akan pemimpin tidak memiliki simpati dan empati terhadap kesulitan rakyatnya, khususnya guru honorer seperti Ibu Samiyati asal  Kabupaten Ende, Pulau Flores, NTT yang masih hidup serba kekurangan.

Peristiwa seperti itu seharusnya sudah tidak perlu ada lagi, yang dikatakan ssbagai jaman Milenial, jaman serba digital, seakan-akan otak manusia sudah lebih pandai diatas rata-rata.  Tetapi mereka tidak melihat kondisi nyata di Indonesia. Sebagai negara yang di anugerahi demografi yang melimpah, bukan hal mudah ingin Mewujudkan pendidikan di era digital. Tetap saja keberadaan seorang guru seperti Ibu Samiryati sangat diperlukan khususnya di daerah-daerah terpencil yang belum memiliki fasilitas internet. Sehingga penghargaan dan kehidupan yang layak, tetap petlu diperhatikan pemerintah demi kenyamanan sang guru atas pengabdiannya terhadap negara.

Sejatinya pemimpin adalah pelindung rakyat. Pemimpin amanah memiliki misi dan visi memakmurkan rakyat tanpa terkecuali. Sayyidina Umar bin Khatab saat memerintah dan menjadi khalifah saat itu tidak pernah membiarkan sediitpun rakyatnya mengalami penderitaan. Ia tidak pernah membiarkan rakyatnya kelaparan. Bahkan dikisahkan beliau pernah membawa gandum dari gudang negara dan menggotong sendiri gandum terdaebut untuk rakyatnya yang sedang kelaparan. 

MasyaAllah sungguh mulia akhlak seorang pemimpin amanah dan takut pada azab Allah jika dirinya menzalimi rakayatnya, itulah khalifah Umar Bin Khatab.

Sehingga pemimpin yang dibutuhkan saat ini adalah yang memang hadir untuk kesejahteraan umat. Dan Islam telah menunjukkan caranya sesuai dengan syariat. Sudah saatnya mengembalikan pemimpin umat untuk rakyat tanpa syarat. Wallahu a'lam bishawab.[]

Post a Comment

Previous Post Next Post