Mulianya Seorang Guru

Oleh : Tawati 
(Aktivis Muslimah Majalengka)

"Biasanya tradisi Hari Guru dipenuhi oleh kata-kata inspiratif dan retorik. Mohon maaf, tetapi hari ini pidato saya akan sedikit berbeda. Saya ingin bicara apa adanya dengan hati yang tulus, kepada semua guru di Indonesia, dari Sabang sampai Merauke..." 

Demikian penggalan pidato Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim yang akan disampaikan dalam peringatan Hari Guru Senin, 25 November 2019. (Tirto.Id, 24/11)

Menjadi guru adalah profesi mulia, sebagaimana mulianya kedudukan ilmu dan para pencari ilmu dalam pandangan Islam. Banyak argumen dalil mengenai kedudukan yang mulia bagi orang yang berilmu.

Pertama, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu di akhirat dan di dunia. Di akhirat, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu beberapa derajat berbanding lurus dengan amal dan dakwah yang mereka lakukan. Sedangkan di dunia, Allah meninggikan orang yang berilmu dari hamba-hamba yang lain sesuai dengan ilmu dan amalan yang dia lakukan.

Allah Swt berfirman:
"Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (TQS. Al-Mujadilah: 11)

Kedua, ilmu adalah warisan para Nabi. Nabi Saw bersabda:
"Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sesungguhnya mereka hanyalah mewariskan ilmu, maka barang siapa yang telah mengambil ilmu yang banyak, ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR.Abu Daud, Tirmidzi)

Dan sabda beliau saw yang lain: "Ulama adalah pewaris para Nabi." (At-Tirmidzi)

Ketiga, Orang yang berilmu akan mendapatkan seluruh kebaikan. Rasulullah Saw bersabda:
"Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama." (HR Bukhari dan Muslim)

Keempat, menuntut ilmu atau mempunyai ilmu dan kemudian disebarkan adalah investasi tiada merugi. Coba perhatikan sabda Rasulullah Saw:
"Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga, yaitu ilmu yang bermanfaat...." (HR Muslim).

Kelima, menuntut ilmu sebagai kewajiban.
Rasulullah menyampaikan hadis: "Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim." (HR Ibnu Majah)

Apa benang merah yang bisa kita ambil dari uraian betapa mulianya ilmu dan para pencari ilmu? Ya, sebagai bentuk penghormatan terhadap ilmu, maka kita harus hormati guru, karena dari beliaulah kita mendapatkan ilmu dan kemuliaan tersebut.

Sebagai bentuk 'colekan', buat murid dan juga guru, Imam Syafi'i pernah menyampaikan "Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa (memiliki ilmu dan bertakwa), karena apabila yang dua hal itu tidak ada, tidak dianggap hadir (dalam kehidupan)."

Bacalah sejarah tentang pemuda Syafi'i, dia menggadaikan masa kecilnya untuk  mencari ilmu. Berguru kepada para ahli ilmu, salah satunya kepada Imam Maliki. Hasilnya? Pada umur belia, Syafi'i berhasil menghafal di luar kepala, kitab al-Muwattha' karangan gurunya. Selain itu beliau juga hafal alquran sebelum dia baligh. Sungguh luar biasa. Subhanallah.

Setelah Syafi'i dewasa dan menguasai banyak ilmu dan kecerdasan, kita tahu sejarah mencatat Imam Syafi'i sebagai mujtahid mutlak, layaknya guru-guru sebelumnya. Namun ketika Asy-Syafi'i telah menjadi Imam besar, tidak lupa dia berterimakasih kepada gurunya, salah satunya kepada Imam Maliki.

Maka, di hari guru ini sudah sepantasnya kita mengingat akan jasa-jasanya dan berterimakasih kepadanya. Mari bersama-sama memberikan ekspresi rasa terimakasih kepada guru-guru kita. Mungkin tidak selalu dengan pemberian materi, tapi ekspresi yang disampaikan dalam tulisan semoga bisa mewakili rasa terimakasih kepada guru-guru kita. Wallahua'lam[].

Post a Comment

Previous Post Next Post