Mencari Jati Diri Pendidikan Bangsa

Oleh : Erni Yuwana 
(Pemerhati Pendidikan)

Menteri Pendidikan dan Kebudayan (Mendikbud), Nadiem Makarim menjadi trending topic di twitter dengan berbagai cuitan yang menghiasi, Selasa (29/10/2019). Tidak hanya cuitan, warganet pun ramai menyertakan Tagar 'NadiemMundurAja'. Tagar tersebut menjadi trending populer dipencarian dengan jumlah tweet mencapai sekitar 8.554. Warganet menyampaikan, Indonesia membutuhkan Mendikbud yang berkualitas dan berpengalaman di bidang pendidikan, bukan pebisnis. Kemampuan Nadiem masih banyak diragukan oleh banyak orang, pasalnya Nadhim merupakan pendiri dan mantan CEO Gojek, bukan tokoh pendidikan.

Namun Nadiem Makarim tidak ambil pusing dengan pernyataan Warganet. Dalam sambutannya pada Peringatan Hari Sumpah Pemuda di Kemendikbud, Sudirman, Jakarta, Senin (28/10/2019), Nadhim berkata,  "Apakah ada yang mempertanyakan kemampuan saya dengan tanggung jawab sebesar ini? Pasti. Apakah saya bisa memenuhi ekspektasi masyarakat yang begitu tinggi pada saya? Waktu yang akan menjawab. Tapi saat saya diberikan kesempatan dari presiden untuk membantu generasi berikutnya, saya tidak berpikir dua kali. Saya melangkah ke depan apapun risikonya."

Sesungguhnya, rakyat Indonesia sudah lelah melihat nasib pendidikan yang tidak kunjung membaik. Pemerintah dianggap apatis terhadap pendidikan negeri. Pendidikan negeri gagal mencetak generasi cerdas dengan karakter unggul dan akhlak langit. Pendidikan Indonesia masih berada dalam posisi eksperimen, metode trial-error selalu digunakan, mencoba dan terus mencoba formula pendidikan yang pas. Tidak bisa dipungkiri, pendidikan Indonesia masih mencari jati diri. Terbukti sejak Indonesia merdeka, sudah sebelas kali Indonesia mengganti kurikulum pendidikan. Berbagai variasi perubahan kurikulum yang begitu cepat mengakibatkan kebingungan tersendiri, baik pada guru maupun siswa. 

Sampai detik ini, pendidikan Indonesia masih mencari jalan ke arah pendidikan ideal dan terbaik untuk negeri ini. Namun, kita lupa bahwa pernah ada sistem pendidikan terbaik yang mencetak generasi terbaik di dunia. Produk dari sistem pendidikan tersebut adalah ilmuwan besar dan terkenal seperti  al-khawarizmi (penemu angka nol ),  Abbas ibnu firnas (peletak dasar teori pesawat terbang ), ibnu hayyan (ahli kimia, astronomi), ibnu sina (kedokteran), abu al rahyan (ilmu bumi,matematika, dan astronomi, antropologi, psikologi dan kedokteran ), Abu ali hasan ibn al-haitsam (fisikawan terkenal dalam hal optik dan ilmu ilmiah), dsb. Mereka bukan hanya ilmuwan, tapi merangkap sebagai seorang ulama. Orang yang tunduk dan patuh pada aturan rabbul Alamin, Allah SWT.

Masa itu, pendidikan adalah hal yang paling utama dan pertama.  Negara wajib menyelenggarakan pendidikan bagi seluruh warga negara secara cuma-cuma. Mereka diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan pendidikan tinggi secara gratis. Negara juga menyediakan perpustakaan, laboratorium, dan sarana ilmu pengetahuan lainnya, selain gedung-gedung sekolah, kampus-kampus, untuk memberi kesempatan bagi mereka yang ingin melanjutkan penelitian dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, seperti fiqh, ushul fiqh, hadits dan tafsir, termasuk di bidang pemikiran, kedokteran, teknik kimia serta penemuan, inovasi, dan lain-lain, sehingga di tengah-tengah umat lahir sekelompok mujtahid, penemu, dan inovator. 

Sistem tersebut efektif membentuk pola pikir intelektual dan pola sikap Rabbani. Negara bersungguh-sungguh dalam menyelenggarakan pendidikan untuk memelihara akal, memelihara kehormatan, memelihara jiwa manusia, memelihara harta, memelihara agama, memelihara keamanan, dan memelihara negara. Lalu, bagaimana membentuk sistem pendidikan terbaik seperti itu? Itu hal yang mudah. Karena kuncinya cuma satu, yaitu menerapkan aturan Allah SWT yang maha pencipta lagi maha pengatur dalam hal apapun, termasuk pendidikan. Ya, sistem pendidikan Islam.

Tujuan asas pendidikan yaitu membangun kepribadian Islam, dengan cara menjalankan pembianaan, pengaturan, dan pengawasan di seluruh aspek pendidikan melalui penyusunan kurikulum, pemilihan guru yang kompeten. Karena kualifikasi pencapaiannya harus diamati dalam kehidupan sehari-hari bukan sekedar menilai dengan jawaban-jawaban dalam ujian tertulis atau lisan. Pendidikan bukan hanya untuk kepuasan intelektual semata, tetapi membentuk kepribadian  Islam (pola pikir dan pola sikap islam).

Dalam sistem pendidikan terbaik tersebut tidak terdapat sistem ujian tapi akan diadakan diskusi dan wawancara langsung bersama siswa untuk mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam mengajar dan pemahaman mengenai ilmu yang ia pelajari dan kreativitas serta keterampilannya dalam “mencipta” dan mengajarkan sesuatu.

Itulah sekelumit tentang sejarah keemasan sistem pendidikan terbaik yang pernah ada di dunia. Yaitu sistem yang bersandar pada aturan pemilik semesta alam, Allah SWT. Saatnya kembali pada aturan Allah SWT. Menerapkan kembali sistem pendidikan Islam kaffah yang hanya bisa direalisasikan dalam negara Islam, khilafah Rasyidah. Wallahu'alam bi ash shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post