By : Novianti
Meningkatkan minat dan daya baca , salah satu permasalahan dalam pendidikan di Indonesia. Di tengah serbuan informasi lewat media internet, waktu membaca bisa teralihkan. Informasi di internet umumnya berupa ulasan singkat, tidak mendalam. Informasi memang lebih mudah diperoleh sehingga anak malas membaca buku-buku sumber pengetahuan. Pengetahuan jadi dangkal, menganalisa sumber bacaan tidak terlatih.
Berdasarkan hasil survei International Student Assessment (PISA) rilisan Organisation for Economic Co-Operation and Develompent (OECD) tahun 2015, Indonesia berada pada peringkat ke 62 dari 70 negara dalam kemampuan literasi. Kemampuan literasi menggambarkan tidak hanya anak bisa membaca melainkan memahami teks bacaan, menalar, lalu menjadi pengetahuan yang membantu memecahkan masalah. Dengan kemampuan literasi akan tercapai tujuan lebih besar.
Dalam islam, melek literasi adalah keharusan karena Allah telah memerintahkan dalam ayat pertama turun yaitu iqro’ yang artinya bacalah. Tidak hanya membaca buku tapi mengamati dan mentadaburi alam semesters, mengksplorasinya. Namun semuanya harus ditujukan pada keimanan.
Dan yang harus sering dibaca bagi seorang muslim adalah Al Quran karena ia petunjuk hidup. Lalu berbagai ilmu agama dan buku pengetahuan hingga terbentuk pemikiran islam yang menjadi qiyadah fikriyyah atau kepemimpinan berpikir. Sehingga tatkala seorang muslim memandang sesuatu, baik benda atau peristiwa, melihat dari sudut pandang islam. Bebicara makanan, pakaian, akhlaq, negara, muamalah, politik, hukum dihubungkan dengan islam. Dan ini bukan radikal karena Allah memerintahkan seorang muslim untuk mengikat hidupnya 24 jam dengan islam.
Bahaya Minim Literasi
Saat ini, ada sekelompok orang yang anti islam , phobi syariat islam meski mengaku muslim. Mempertanyakan peran Rasulullah di abad 20 padahal mengaku cinta Rasulullah. Orang semacam ini minim literasi. Indonesia memiliki jejak sejarah dengan islam sudah lama. Duta duta islam telah dikirim oleh kekhilafahan sejak abad ke 7 M. Dakwah yang dilakukan oleh para utusan khilafah inilah yang telah memberikan pencerahan pada manusia di wilayah nusantara saat itu. Membawa kehidupan dari kegelapan menuju cahaya. Membebaskan manusia dari penghambaan pada sesama manusia hingga islam menjadi agama mayoritas seperti saat ini.
Semangat dakwah dari para pengembannya adalah meneladani semangat dakwah Rasulullah. Rasulullah, dan para khalifah merelakan tenaga, harta bahkan jiwanya untuk mendakwahkan islam dengan cara beramar makruf nahi munkar dan jihad fii sabilillah. Perjuangan itu bukan untuk mencari harta, jabatan atau kekuasaan melainkan semata melaksanakan perintah Allah dan Allah memberikan gelar sebagai umat yang terbaik tatkala menunaikan kewajiban tersebut.
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110)
Kita bisa menarik benang merah bahwa Rasulullah secara tidak langsung telah berperan dalam penyebaran islam di Indonesia bahkan di dunia. Bahkan seorang ahli sejarah Amerika Serikat, Michael Hart, menempatkan Rasulullah sebagai orang yang paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia di dunia. Dari sebuah tempat terasing hadir menjadi pemimpin sebuah negara yang awalnya tidak diperhitungkan. Di tengah tengah 2 kekuasaan adigdaya saat itu, Romawi dan Persia, muncul sebagai kekuatan super power yang cahayanya tidak hanya meliputi wilayah jazirah Arab tapi hingga Eropa.
Dengan agana Islam yang dibawa oleh Rasuluullah, memberikan inspirasi pada kaum muslimin untuk menggali ilmu pengetahuan pada selang beberapa abad setelahnya. Bahkan untuk tokoh sekelas Mark Zuckerberg saja begitu terkagum pada ilmuwan ilmuwan muslim seperti Al Khawarizmi, penemu algoritma dan aljabar. Tanpa penemuan Al-Khawarizmi, tidak akan ada facebook, whats app, line Islam pulalah yang menggelorakan semangat dakwah para pejuang-pejuang seperti pangeran Dipenegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Dien mengusir kaum penjajah. Semangat tauhid telah membakar dan menggerakkan jihad fii sabiilillah.
Terbukti bahwa Nabi Muhammad dengan ajaran agamanya telah memberikan kontribusi besar pada kehidupan manusia abad modern ini. Seharusnya umat Islam memiliki kebanggaan pada agamanya. Islam telah memuliakan mereka dan tidaklah mencari kemuliaan kecuali dengan islam.
Namun musuh-musuh Islam berusaha mengaburkan sejarah ini agar umat islam tercerabut identitasnya. Seperti penghapusan kisah kisah perang dan kekhilafahan dari buku buku agama adalah bentuk upaya pengaburan sejarah.
Ditambah lagi framing negatif dan penyesatan opini oleh media sekuler yang menyudutkan umat islam. Kondisi ini makin membuat umat minim literasi sehingga mudah terbawa isu menyesatkan tentang islam.
Ini sebuah kontruk identitas dengan tujuan agar umat islam menjadi umat yang inferior, tidak memiliki.kebanggaan terhadap agamanya.. Karena itulah, umat harus segera memiliki siaga penuh akan berbagai upaya yang ingin menjauhkan islam dari umatnya . Kepedulian terhadap umat harus dibangun. Mata, telinga harus dibuka untuk membuka cakrawala pengetahuan dan wawasan sehingga tergerak menjadi bagian yang fokus bagaimana membangun kesadaran tentang konsep islam rahmatan lil'alamin.
Keminiman dan tumpulnya kemampuan literasi dapat membawa pada kebodohan dan kesesatan.Karenanya, umat Islam harus melek literasi untuk membangkitkan kembali kecintaan pada agamanya sendiri, lalu memuliakan hidup dengan memuliakan agama.
Post a Comment