Oleh : Fatmawati
Pensiunan guru dan pegiat dakwah
Tanggal 12 Rabiul Awal telah Allah SWT tetapkan untuk umat manusia, khususnya bagi umat Islam, sebagai hari yang menghimpun kegembiraan, kedukaan, kemuliaan dan untaian harapan.
Tanggal 12 Rabiul Awal menghimpun kegembiraan dengan kelahiran Nabi Muhammad saw.
Kelahiran Nabi saw. memiliki makna yang sangat agung. Menurut Al-'Allamah Sayyid Muhammad 'Alwi al-Maliki, "Andai tak ada kelahiran Nabi, tentu tak akan pernah ada hijrah. Andai tak ada kelahiran Nabi, tentu tak akan pernah ada Perang Badar. Andai tak ada kelahiran Nabi, tentu tak akan pernah ada Penaklukan Kota Makkah. Andai tak ada kelahiran Nabi, tentu tak akan pernah ada umat Islam. Andai tak ada kelahiran Nabi, tentu tak akan pernah ada dunia ini."
Nabi saw. membawa petunjuk dari Allah SWT kepada manusia. Beliau diutus dengan membawa risalah Islam yang menjadi rahmat untuk semua manusia.
Nabi saw. mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, membebaskan manusia dari berbagai bentuk kezaliman menuju keadilan, juga memerdekakan manusia dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan hanya kepada Allah 'Azzawa a Jalla.
Tanggal 12 Rabiul Awal menghimpun kemuliaan karena titik tolak risalah yang Nabi saw. bawa terealisasi dalam kehidupan nyata dan penerapan hukum dan syariah yang beliau bawa.
Nabi saw. memasuki Madinah pada hari Jumat, 2 Rabiul Awal tahun 1 H. (Lihat: Shafiyurrahman Mubarakfuri, Sirah Nabawiyah (terj.) hal. 232-233). Kedatangan Nabi saw. di Madinah menandai pendirian Daulah Islamiyah secara sempurna dan awal penerapan syariah Islam mengatur kehidupan.
Sekitar 3 bulan sebelum wafat, tepatnya pada saat Haji Wada' , Rasul saw. berpesan dalam khutbah beliau kala itu:
Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan ditengah kalian perkara yang jika kalian pegang teguh, kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya saw. (HR Malik, al-Hakim, al-Baihaqi, al-Marwaziy dan al-Ajuri).
Seiring kepergian Nabi saw., siapa yang akan memimpin kaum Muslim untuk berpegang dan menerapkan kitabullah dan sunnah Nabi-Nya, memelihara urusan masyarakat, dan menerapkan syariah Islam sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi saw.?
Seolah mempersiapkan jawaban atas hal tersebut, Rasul saw. pernah bersabda:
Dulu Bani Israil diatur segala urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafaf, dia digantikan oleh nabi lainnya. Sungguh tidak ada lagi nabi sesudahku. Yang akan ada adalah para khalifah dan jumlah mereka banyak (HR al-Bukhari dan Muslim).
Secara tersirat Nabi saw. berpesan, sepeninggal beliau kaum Muslim harus membaiat khalifah agar dia mengurusi urusan umat, tentu termasuk memimpin umat berpegang pada kitabullah dan sunnah Nabi-Nya, dengan menerapkan serta menjalankan syariah Islam secara kaffah ditengah-tengah mereka.
Pada hari Senin saat Rasul saw. wafat, perwakilan dari para sahabat berkumpul di Saqilah Bani Saidah. Mereka membicarakan dan memilih pengganti Nabi saw. untuk mereka baiat menjadi khalifah guna memimpin mereka.
Pada sore hari itu mereka membaiat Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dengan baiat in'iqad sebagai khalifah.
Selasa pagi Abu Bakar ash-Shiddiq ra. dibaiat oleh kaum Muslim di Masjid dengan baiat taat (bay'at 'ammah) dan baru selesai waktu isya malam Rabu. Setelah itu barulah Khalifah Abu Bakar memimpin proses pemakaman jenazah Nabi saw. yang mulia dan selesai pertengahan malam pada malam Rabu itu.
Semua sahabat Nabi saw. , keluarga, kerabat dan orang-orang dekat beliau sepakat atas penundaan pemakaman jenazah Nabi saw. mereka lebih mendahulukan pemilihan dan pengangkatan khalifah yang menggantikan beliau.
Dalam hal ini, Imam Ibnu Hajar al-Haitami menyatakan: "Ketahuilah juga, para Sahabat ra. seluruhnya telah bersepakat bahwa mengangkat seorang khalifah setelah zaman kenabian berakhir adalah wajib. Bahkan mereka menjadikan kewajiban itu sebagai kewajiban yang paling penting. Alasannya mereka lebih menyibukkan diri dengan kewajiban tersebut daripada kewajiban mengurus jenazah Rasulullah saw. (Ibnu-Hajar al-Haitami, ash-Shawa'iq al-Muhriqa, 1/25).
Dengan begitu, wasiat Nabi saw. untuk berpegang teguh pada Kitabullah dan Sunnah beliau bisa diwujudkan. Tidak boleh ada jangka waktu umat kosong dari seorang khalifah.
Maka, pada momen peringatan Maulid Nabi saw. sekarang ini, mari kita wujudkan kecintaan kepada Nabi saw. secara nyata, untuk melanjutkan risalah Nabi saw., sekaligus melestarikan contoh dan teladan beliau.
Semoga kita dapat mewujudkan kembali sunnah Nabi saw. dan Khulafaur Rasyidin, yaitu Khilafah Rasyidah 'alaminhaj an-nubuwwah agar kita bisa bersama bersama kekasih kita,Kanjeng Nabi Muhammad saw, kelak diakhirat. Aamiin.
Wallah a'lam bi ash-shawab
Post a Comment