Oleh : F.H Afiqoh
Aktivis Dakwah Kampus
Dan Member Akademik Menulis Kreatif
Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu ditancap jadi tanaman
Penggalan lagu tersebut menggambarkan Indonesia adalah negeri yang sangat kaya raya dengan harta yang tak terhingga. Dengan potensi alamnya luar biasa, ditambah tanahnya subur yang kemudian disebut-sebut sebagai “tanah surga”. Negeri dengan aset sumber daya alam yang penting untuk kehidupan manusia. Dan Indonesia adalah mayoritas kaum muslim, dengan ratusan suku bangsa dan bahasa. Tapi, potensi yang dimilikinya itu hanya sekedar di lisan dan untuk dilihat saja. Karena pada faktannya kekayaan itu tidak pernah dinikmati oleh rakyat. Semua disebabkan ketidak berpihakan rezim kepada ekonomi kerakyatan. Ekonomi yang dijalankan sekarang lebih pro asing terlihat dari kebijakan yang diberikan.
Ketika rezim sudah pro pada asing, maka tidak akan memberikan jalan kebaikan melainkan dorongan kehancuran .lihat saja bagaimana perekonomian Indonesia dari dulu hingga sekarang?
Pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan. Jangankan menagih janji pertumbuhan 7% di awal kampanye Joko Widodo (Jokowi) tahun 2014 lalu, ekonomi Indonesia tak mampu bergerak dari 5%. Perlambatan ekonomi Indonesia kian nampak sejak triwulan pertama pada tahun 2019. Dan BPS (Badan Pusat Statistik) baru saja melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh melambat pada triwulan ke tiga pada tahun 2019. Ekonomi Indonesia tumbuh 5,02% di triwulan ke tiga pada tahun 2019 atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,05%. (cnbc Indonesia.com, 11/11/2019).
Asian Development Bank (ADB) melaporkan 22 juta orang Indonesia masih menderita kelaparan. ADB bersama International Food Policy Research Institute (IFPRI) mengungkapkan hal itu dalam laporan bertajuk 'Policies to Support Investment Requirements of Indonesia's Food and Agriculture Development During 2020-2045'. Kelaparan yang diderita 22 juta orang (90% persen dari jumlah orang miskin Indonesia versi BPS yang sebanyak 25,14 juta orang) dikarenakan masalah di sektor pertanian. Hal itu mencakup pada upah buruh tani dan produktivitas yang juga rendah. Banyak dari mereka tidak mendapat makanan yang cukup dan anak-anak cenderung stunting. Pada tahun 2016-2018, sekitar 22,0 juta orang di Indonesia menderita kelaparan. Kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi juga tercatat terus turun. Pada tahun 1975 silam, sektor pertanian masih menyumbang 30 persen. Kemudian, susut menjadi 23 persen pada tahun 1985, dan berlanjut menjadi 15,3 persen pada tahun 2010. Lalu, 13,1 persen pada tahun 2017 lalu .(cnn Indonesia.com Rabu, 06/11/2019).
Masalah ekonomi masih saja menjadi masalah yang kompleks. Berita tentang kelaparan masih menjadi headline utama media massa. Banyak pengangguran yang mengharap lapangan kerja. Tidak sedikit anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena tak punya biaya. Perumahan kumuh yang tetap eksis di tengah hingar bingar kota. Masalah kemiskinan yang masih nyata di depan mata. Kesenjangan sosial, pertumbuhan ekonomi yang lambat, korupsi, kasus kriminalitas dan masih banyak permasalahan ekonomi lainnya. Kesejahteraan ekonomi rasanya masih jauh dari harapan kita.
Sayangnya, harapan tidak selalu berbanding lurus dengan kenyataan. Karena kenyataannya pemerintah negeri ini masih belum bisa memaksimalkan kekayaan yang dimiliki. Pemerintah masih merelakan hartanya terus dikeruk oleh pihak asing. Banyak perusahaan-perusahaan asing yang dibiarkan terus melebarkan sayapnya di negeri ini. Perusahaan yang sebagian pimpinannya adalah orang asing, bukan orang Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang dibuat pun rasanya hanya mementingkan kelompok-kelompok tertentu, bukan untuk kepentingan kesejahteraan rakyat.
Kenapa itu semua bisa terjadi dan tidak kunjung selesai?. Semua itu terjadi karena sistem yang dipakai untuk mengatur umat adalah sistem kapitalis sekuler yang itu sebuah system yang memisahkan kehidupan dengan agama, yang hanya mementingkan para pemilik modal (orang yang berduit), yang tidak akan pernah membuat masyarakanyat sejahtera.
Fakta sudah membuktikan itu semua. Lihat saja bagaiaman kondisi yang terjadi baik di sekitar kita maupun yang jauh. Sebagian besar masyarakat masih saja memper cayai sistem ini dan memper tahankannya. Sampai-sampai mereka berani menentang aturan agama dengan menjelekkan, memfitnah dan memper masalahkannya demi melancarkan permainan yang mereka buat.
Oleh karena itu dengan permasalahan yang terjadi dan tidak kunjung selesai saatnya kaum muslimin membuka buka mata, pikiran untuk kembali kepada islam. Sejarah dulu pernah memcatat bahwa islam pernah berjaya selama 13 abad lamannya dengan ekonomi yang sangat berlimpah. Masyarakat pada masa itu kehidupannya sejahtera dan tidak ada yang kelapara. Mereka mempunyai tempat tinggal, tidak ada yang miskin, berpendidikan menjadi hal utama yang harus terpenuhimpada setiap individunnya. Kala itu semua lini kehidupan manusia di perhatikan, sehingga semuannya dapat terlaksana dengan baik. Kesejah teraan, kemakmuran, kedamaian, kemajuan akhirnnya di dapatkan oleh islam. Karena menerapkannya secara sempurna dalam semua lini kehidupan.
Apa lagi yang mau diragukan dari sistem Islam. Aturan yang membawa kebaikan bagi manusia ketika di terapkan dalam kancah kehidupan. Semoga kita mampu untuk menerapkannya dengan segera dan menjadi bagian dari perjuangan untuk menegakkannya. Wallahu A’lam bisshowab
Post a Comment