Oleh : Sumiati
Praktisi Pendidikan dan Member Akademi Menulis Kreatif
Dalam kamus KBBI, radikal berarti mendasar sampai kepada hal prinsip, maju dalam berfikir dan bertindak. Makna yang bagus. Sayangnya, narasi radikal yang dihembuskan oleh rezim bermaknakan sesuatu yang buruk. Radikal justru diartikan dengan kekerasan.
Presiden Joko Widodo resmi melantik jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Pelantikan diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian, dilanjutkan dengan pembacaan Keputusan Presiden RI oleh Deputi Bidang Administrasi Aparatur Kementerian Sekretariat Negara, lalu pengambilan sumpah dipimpin langsung oleh Jokowi. "Bersediakah saudara-saudara untuk diambil sumpah menurut agama masing-masing?" kata Jokowi, di Istana Negara, Rabu 23/10/2019.
Namun, banyak orang yang pesimis akan kinerja para menteri kabinet baru. Bagaimana tidak, Jokowi memilih beberapa menteri yang ditugaskan langsung untuk memerangi radikalisme. Berharap menteri-menteri ini memiliki terobosan baru untuk memerangi radikalisme. Ada pertanyaan besar dibenak rakyat, karena definisi radikalisme terasa amat jauh dari kebenaran. Seringkali kata radikalisme dikaitkan dengan Islam. Beberapa kasus sebelum pelantikan para menteri yang menimpa Pak Wiranto pun dikaitkan dengan Islam. Diisukan bahwa pelaku terpapar radikalisme. Termasuk survei di 41 masjid di lingkungan pemerintah pun terpapar radikalisme. Hal ini cukup membuat masyarakat makin tidak empati kepada kabinet baru ini. Seakan tidak ada urusan yang lebih penting dari mengurusi radikalisme. Sementara, kejahatan yang dilakukan oleh non muslim tidak pernah dikatakan sebagai radikalisme. Di sisi lain, jika pelakunya merupakan umat Islam, maka langsung dicap terpapar radikalisme. Padahal kebenarannya pun belum terbukti, bahwa itu kejahatan yang dilakukan oleh salah satu orang yang beragama Islam.
Padahal kita semua tahu, masalah utama Indonesia bukanlah radikalisme. Namun, bagaimana asing dan aseng makin menguat hegemoninya di bumi pertiwi. Inilah bukti penguasa lebih tunduk kepada tuan asing aseng. Para penguasa dengan tega mengorbankan rakyatnya demi mendapatkan sorotan dari asing dan aseng. Dengan cara menghembuskan fitnah nan keji di masyarakat. Sungguh rezim ini sangat anti Islam. Ditambah berbagai ungkapan nyeleneh para tokoh Indonesia semakin menguatkan, betapa Islam dibenci di negeri yang mayoritas muslim ini.
Bagaimana dengan sistem Islam?
Dalam sistem pemerintahan Islam, para penguasa yang dipilih oleh umat tugasnya meriayah umat bukan memfitnah umat. Keberadaan para wakil Khalifah di setiap negeri bertugas mewujudkan keamanan dan ketenteraman. Diriayah keamanan, kesehatan, ekonomi dan pendidikannya. Rakyat ridha dengan penguasanya, penguasa pun ridha dengan rakyatnya. Antara penguasa dan rakyat saling membantu dalam ketaatan kepada Allah untuk mendapatkan ridha-Nya. Hal ini amatlah berbeda dengan sistem pemerintahan sekular nan liberal. Dimana pemerintah tak acuh akan kondisi rakyatnya.
Wallahu a'lamu bi ash shawwab.
Post a Comment