Oleh : Hamsina Halisi Alfatih
Ulama dan Cendekiawan Muslim Solo Dr. Muinudinillah Basri Lc, MA ikut menanggapi peryataan kontroversial Menkopolhukam Mahfud MD yang menyebut anak kelas 5 SD yang tidak mau jalan bareng temannya yang lawan jenis kerena bukan mahrom merupakan contoh yang harus dideradikalisasi. (Jurnalislam.com, 2/11/19)
Pernyataan kontroversial itu diungkap oleh Mahfud MD saat menghadiri ILC selasa, (29/10/19). Merespon hal tersebut jelas hal ini termaksud jalan untuk memberangus kan syari'at islam. Dan bahkan termaksud upaya untuk merusak citra Islam, maka umat islam wajib untuk menolak pernyataan Menkopolhukam tersebut.
Menurut Dr Muinudinillah Basri Lc MA, pengajaran orang tua terhadap anaknya tentang mahrom dalam Islam memang sudah sewajarnya diajarkan saat berumur 10 atau 11 tahun.
Senada dengan hal tersebut, Dr. Muinudinillah Basri Lc MA menegaskan “Sudah sewajarnya anak seumur itu sudah tau apa mahrom dan bukan mahrom, dan mengajari anak di usia 11 tahun sudah ada mahrom dan bukan mahrom itu dari islam, dan wajib setiap orang tua untuk mengajarkan itu."
Agenda Barat Dibalik Deradikalisasi
Proyek deradikalisasi merupakan program yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Proyek deradikalisasi ini memiliki tujuan untuk menetralisir pemikiran radikalisme. Dan Jika ditelusuri lebih jauh lagi, proyek dibalik program deradikalisasi yang menyasar pelajar pada umumnya ada kepentingan asing yang sedang di rencanakan. Dalam Dokumen berjudul Deradicalizing Islamis Extremists, Barat paham betul bahwa untuk melumpuhkan seluruh sel umat muslim tidak cukup hanya dengan cara penangkapan dan pembunuhan.
Jika pembelajar atau para mujahid dibunuh, maka akan melahirkan mujahid yang baru. Maka upaya yang mereka lakukan sangat mendasar, yaitu membelokkan pemahaman syariat Islam dan jihad yang dipahami umat Islam saat ini dengan proyek deradikalisasi. Salah satu lembaga yang berjasa besar dibalik proyek tersebut adalah Rand Corporation, sebuah LSM dari Amerika Serikat yang dibiayai kebanyakan konglomerat Yahudi. Hasil temuannya sering dijadikan pedoman sikap pemerintah AS (Arrahmah.com, 12/10/2011). Salah satu program terpopulernya adalah war on terrorism atau perang melawan teroris.
Setali tiga uang dengan Rand Corporation. ICG (International Crisis Group) juga ada di balik proyek deradikalisasi. ICG memang fokus pada persoalan teroris di Asia tenggara khususnya Indonesia. Hal ini sebagaimana laporan mereka Indonesian Jihadism: Small Groups Big Plans Asian Report No204 19 April 2011. ICG memberikan rekomendasi kepada BNPT dan Menteri Hukum dan HAM.
Bahkan diberitakan bahwa Amerika Serikat siap membantu Indonesia dalam mengungkap terorisme, termasuk memburu pelaku dan otak dibalik aksi-aksi rentetan terror di sejumlah wilayah Indonesia. (cnnindonesia.com, 16/5/18).
Kerjasama penanggulangan terorisme ini juga masuk dalam ranah pendidikan, yakni dengan adanya program deradikalisasi pelajar. Hal ini bisa kita lihat dari kenyataan bahwa Sofyan Djalil, Menteri PPN/Kepala Bapennas menandatangani dokumen kerjasama Pemerintah RI dan UNICEF periode 2016-2020 untuk pemenuhan hak anak dalam hal pendidikan (detik.com, 28/12/15).
Proyek deradikalisasi atau deislamisasi, proyek yang dibangun dengan berupaya membawa paham sekulerisme ketengah-tengah masyarakat. Sehingga yang menjadi sasaran tembak dari proyek deradikalisasi ini adalah umat islam secara keseluruhan. Hal ini menjadi bukti ketika definisi jihad, pakaian muslim, cadar, syariah dan khilafah, serta simbol-simbol islam diredefinisikan berkaitan dengan terorisme dan radikalisme. Walhasil, dari opini-opini yang dikembangkan di tengah-tengah masyarakat yang menjadikan ajaran islam sebagai pembawa " isu-isu radikalisme " membuat sebagian umat saat ini phobia dengan agama serta ajarannya sendiri. Agama hanya dijadikan sebagai simbol spritual yang membahas masalah ibadah dan akhlak semata. Bukan dijadikan sebagai landasan peraturan hidup yang mengatur seluruh kehidupan.
Menolak deradikalisasi, berarti menolak seluruh akibat yang ditimbulkannya. Kenapa? Karena proyek deradikalisasi teramat berbahaya bagi umat manusia. Bahaya-bahaya tersebut antara lain, bahwa melupakan makna hakiki dari terorisme itu sesungguhnya, melahirkan tafsiran yang menyimpang terhadap nash-nash syariah, menghambat kebangkitan umat Islam, Semakin melanggengkan proyek imperialisme barat atas kedok GWOT, HAM, Pasar Bebas, dan Demokrasi, serta menjadikan umat Islam meninggalkan agamanya sebagai sistem kehidupan.
Menangkal Proyek Deradikalisasi dengan Pemahaman Islam
Proyek deradikalisasi atau deislamisasi dianggap sebagai upaya untuk menjauhkan islam dari agama dan ajarannya. Proyek yang dianggap membahayakan umat islam inilah seharusnya ditangkal dan dilawan agar tidak menjadikan kaum muslim terpapar pemikiran sekulerisme. Maka upaya yang dapat ditempuh diantaranya:
Pertama, dengan meningkatkan pemahaman politik dan spritual islam melalui edukasi secara kontinyu. Upaya ini bertujuan agar kaum muslim mampu memahami segala bentuk persoalan dengan sudut pandang aqidah dan syariat islam. Selain itu upaya ini pula mampu menuntun kaum muslim agar lebih mewaspadai kejahatan yang dilakukan oleh musuh-musuh islam dalam menghancurkan eksistensi islam melalui proyek deradikalisasi.
Kedua, membongkar kejahatan musuh-musuh islam dibalik proyek deradikalisasi yang bersekongkol dengan negara-negara imperialis barat, yang sejatinya persekongkolan yang dilakukan hanyalah untuk menghilangkan eksistensi islam.
Ketiga, melakukan pendekatan secara intensif dengan pembinaan (tatsqif) secara berkesinambungan agar kaum muslim oaham betul bahwa hanya aqidah islamlah satu-satunya yang mampu mengatur seluruh kehidupan manusia.
Keempat, menjelaskan kepada umat terkait refedinisi makna jihad, pakaian muslim, cadar, syariah dan khilafah yang selama ini sengaja dibelokkan pemaknaanya oleh pemerintah. Dengan memberikan penjelasan yang benar dan tepat tentang pemaknaan ajaran islam, maka hal ini tidak akan menjadikan kaum muslim phobia terhadap agama dan ajarannya sendiri.
Kelima, memahamkan umat terkait pentingnya penerapan syariat dan penegakkan khilafah. Ketika umat mulai memahami pentingnya syariat islam ditegakkan secara kaffah, maka demokrasi sekulerisme yang selama ini menjadi racun di tengah-tengah umat akan tergantikan dengan sendirinya melalui pembaiatan seorang kholifah.
Demikianlah beberapa hal yang Insya Allah mampu membendung arus deradikalisasi yang menyasar kaum muslim saat ini. Saat ini demokrasi sekulerisme masih menunjukkan eksistensinya dengan menjauhkan kaum muslim dari ajarannya. Oleh karena itu, ketika syari'at islam telah ditegakkan, proyek-proyek bekingan penguasa bersama kaum kapitalis asing akan dihancurkan. Semoga khilafah yang dinanti yang mengikuti metode kenabian, khilafah minhajji nubuwwah segera tegak sesuai bisharoh Rasulullah untuk mengembalikan kemuliaan umat islam dan ajarannya.
Wallahu A'lam Bishshowab
Post a Comment