By : SYAFNA MELA ZAINIA
(aktivis dakwah kampus)
Belakangan angka pengangguran di Indonesia dikabarkan menurun, namun nyatanya berdasarkan data bada pusat statistic (BPS) tengah tahun ini, tercatat ada 5,01 persen penduduk produktif yang menganggur. Indonesia tertinggal dari Laos dan Kamboja, yang secara berurutan mencatatkan 0,60 persen dan 0,10 persen penduduk produktif yang menganggur.
Problematika pengangguran ini memang sering menjelma dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia, bahkan setiap tahunnya mengalami peningkatan baik dari yang tidak tamat dari sekolahan sampai kepada yang bergelar sarjana. Tentu dari balik angka peningkatan ini ada factor-faktor yang berakar sehingga sangat sulit untuk diatasi permasalahannya. Factor tersebut berasal dari pendidikan, teknologi dan ekonomi. Ekonomi sangat berperan besar sebagai penyebab pengangguran. Oktober lalu, setelah pelantikan presiden dan wakil presiden disusul oleh pelantikan sederetan para menteri, banyak perombakan besar yang terjadi, wajah-wajah baru sudah menghiasi kursi cabinet untuk mengatur bagaimana Indonesia kedepannya.
Salah satu dari jajaran menteri tadi kita diguncangkan oleh seorang bos GO-JEK yang menjadi menteri pendidikan, Nadiem Makarim adalah keturunan Arab, dikalangan Arab (Yamani) Indonesia sendiri, dikenal sebagai keluarga liberal. Istrinya, jelas kafirun katholik atau sebagaimana yang kita ketahui mereka menikah beda agama (campur agama).
Menteri pendidikan kita yang sekarang ini akan merancang kurikulum pendidikan baru, yang tujuannya adalah menitikberatkan aspek kompetensi (kemampuan) khususnya menghadapi tuntutan dunia kerja yang semakin berkembang. Dari segi tujuannya memang menggiurkan kita sebagai masyarakat, namun pertanyaannya, apakah tujuan ini akan terlaksana sesuai dengan apa yang dirancangkan?. Kita sudah mengetahui bagaimana pola pendidikan pada sistem kapitalis. Yang dilandasi asas Sekuler (pemisahan agama dari kehidupan). Apalagi menteri agama telah menyetujui perombakan buku agama dalam sekolah. Maka pendidikan agama yang diterima peserta didik akan semakin minim. Oleh sebab itu pendidikan yang sebelumnya sekuler akan dipersekulerkan lagi. Lalu dengan pemahaman agama mereka yang sedikit apakah dapat membawa perubahan kepada pendidikan Indonesia.
Bagaimana bisa menjadikan anak bangsa menjadi manusia yang berkarakter, pemahaman yang mendasari pembentukan karakter saja dibatasi. Dari kegagalan pendidikan dapat kita simpulkan bahwa pendidikan menjadi salah satu factor maraknya pengangguran, karena peserta didik tidak disiapkan mentalnya untuk turun kelapangan dunia pekerjaan. Mereka hanya disibukkan oleh hingar bingar yang dibuat oleh sekelompok elite pejabat yang berkolaborasi dengan pengusaha. Belum lagi kemiskinan dan kesempitan hidup yang diciptaka oleh sistem, lalu bagaimana peserta didik bisa focus belajar sedangkan yang berada disekelilingnya adalah berupa beban. Maka karena kelalaian yang seperti ini membuat generasi yang baru turun kedunia kerja akan mengalami keterkejutan sehingga mereka tidak mampu untuk ikut andil dalam mewujudkan tujuan pendidikan tadi. Selanjutnya teknologi, sebagaimana yang telah dicanangkan kita telah hidup pada zaman revolusi 4.0, dimana pada zaman sekarang hidup serba menggunakan teknologi, semuanya disulap menjadi mudah, kalau makan tinggal pencet, minum tinggal pencet, beli baju dipencet juga. Semuanya sudah dirangkum kedalam sebuah benda persegi yang mampu merubah diri menjadi malas, gadget merubah segalanya, dari segi fisik sampai kepada tahap pemikiran.
Bagaimana generasi muda bisa melakukan pekerjaan sedangkan mereka sudah biasa dimanjakan oleh teknologi, jadi teknologi bukan solusi tuntas untuk memberantas pengangguran malah menjadi penyebab dari pengangguran. Beberapa waktu lalu sudah tercatat puluhan remaja kena gangguan jiwa disebabkan oleh kecanduan game online, diantaranya adalah anak sekolah, mereka tidak bisa diajak berkomunikasi karena matanya hanya terfokus kepada jari yang berotak atik seperti sedangan memainkan gadget. ini merupakan dampak yang sangat parah pada teknologi, bagaimana generasi muda akan bergerak melakukan perubahan jika dimasa mudanya saja mereka sudah mengalami gangguan jiwa. Maka ini juga akan menambah angka pengangguran di Indonesia, karena banyak para kalangan muda yang tak mampu melawan kerasnya dunia kerja. Terakhir Ekonomi, ini merupakan factor terbesar penyebab pengangguran, jika ekonomi semakin dipersulit maka tingkat pengangguran akan semakin bertambah.
Negara sangat menghacurkan hati rakyat dengan logo impornya, semua diimpor sampai cangkulpun tak luput dari garapan pemerintah yang kerjaannya tukang ngimpor. Maka pedagang-pedagang kecil akan kesulitan dalam membangun ekonomi karena apa yang mereka jual sepi pembeli dan peminat, dimanakah rakyat akan memperoleh pekerjaan sedangkan yang mempesulit adalah pemerintahannya sendiri. Apalagi Rakyat semakin dipusingkan dengan berbagai tuntutan pembayaran dari layanan pemerintah seperti iuran BPJS, pajak dan masih banyak lainnya. Ditengah tuntutan yang mendesak lapangan pekerjaan juga tidak menolong sehingga rakyat kebingungan bagaimana seharusnya? Karena hal-hal seperti itulah yang menjadi pemicu terjadinya tindakan criminal seperti pembunuhan, perampokan, begal, pencurian dimana-mana. Rakyat sudah buntu, tak tau mengadu kemana, tuntutan banyak lapangan pekerjaan kecil.
Oleh sebab itu kita harus memperbaiki semuanya, kita sudah tak tahan lagi berada dalam lubang penderitaan seperti ini, sudah saatnya kita kembali kepada perubahan yang hakiki. Dengan melakukan penghambaan kepada Allah SWT, menerapkan seluruh peraturan-peraturan yang diperintahkan oleh Allah. Didalam Negara Islam pengangguran dibantu dengan mencarikan modal yang sifatnya jangka panjang, seperti pada masa Rasulullah SAW, ada seorang pengemis yang meminta-minta kepada Rasulullah , lalau Rasulullah bertanya”apakah kamu mempunyai sesuatu dirumahmu” pengemis itu mnjawab “tentu, saya mempunyai pakaian sehari-hari dan sebuah cangkir.”ambil dan serahkan kesaya” kata rasulullah, rasulullah pun melelangnya kepada para sahabat lalu para sahabat membelinya dengan harga 2 dirham, Rasulullah menyuruh pengemis itu membelanjakan makanan untuk keluarganya dan selebihnya rasulullah menyuruh membeli kapak. Pengemis tersebut kemudian menggunakan kapak tersebut untuk mencari kayu dihutan. Selama dua minggu kemudian pengemis tersebut kembali menghadap Rasulullah dengan membawa uang sepuluh dirham. Dari kisah ini tampak bahwa kepemimpinan dalam Islam sangat meng Riayah umatnya. Bagi yang tidak memiliki pekerjaan dicarikan, bagi yang tidak memiliki modal diakali.
Seperti inilah islam dalam mengatur problematika umat, setiap ada masalah sudah dulu datang solusi menghampiri, bukan pada sistem kapitalis sekarang ini, yang mana masalah satu belum selesai masalah baru datang lagi dan begitu seterusnya sehingga setiap hari masalah datang silih berganti, dan dampaknya kepada Umat. Islamlah solusi untu negeri, saatnya kembali kepada sistem islam, campakkan demokrasi, terapkan islam tegakkan khilafah.
Post a Comment