Badai Tsunami PHK, Masihkah Berharap pada Sistem Ekonomi Kapitalis?



Oleh : Triana Noviandari
Pendidik Generasi dan Anggota Akademi Menulis Kreatif

Kapitalisme di ujung tanduk. Ungkapan ini tampaknya sangat tepat menggambarkan kondisi perekonomian saat ini. Krisis keuangan yang terus berulang sejak tahun 1923 sampai 2008, menunjukkan tanda-tanda kehancuran ekonomi kapitalis. Pada saat krisis 2008, puluhan juta orang kehilangan rumah, ratusan juta orang kehilangan pekerjaan, dan juga kehilangan triliunan dolar kekayaan mereka. Dunia tersentak, tidak hanya negara kecil yang mengalami krisis, ternyata Amerika Serikat sebagai barometer ekonomi dunia pun mengalami krisis yang hebat.

Setelah sebelas tahun terjadinya krisis ekonomi, kondisi perekonomian yang diprediksi akan pulih ternyata tidak jua terjadi. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia berada pada laju terburuk sejak krisis keuangan global. Dilansir dari BBC, Rabu, (16/10/2019), IMF menyatakan pertumbuhan ekonomi dunia bakal hanya mencapai 3 persen pada tahun ini. Angka tersebut turun dibandingkan proyeksi pada Juli 2019, yang mencapai 3,2 persen dan penurunan tajam sejak dua tahun lalu.

Pertumbuhan ekonomi dunia yang turun, berimbas kepada sektor perbankan global. Setidaknya, ini yang tergambar dari pemberitaan sepekan. Diwarnai dengan ancaman pemutusan hubungan kerja (PHK) puluhan ribu pegawai bank ternama dunia. Diantaranya adalah bank terbesar Eropa, HSBC, yang dilaporkan bakal merumahkan 10.000 pegawainya. Melansir dari Reuters, yang mengutip dari Financial Times, langkah itu dilakukan HSBC sebagai upaya efisiensi anggaran.

Kabar seputar tsunami PHK tak cuma melanda sektor perbankan dunia. Perusahaan global ternama pun mengumumkan rencana pemangkasan pegawai mereka. Seperti yang dilansir CNBC Indonesia (12/10/2019), sejumlah perusahaan dari berbagai negara melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawannya, guna melakukan efisiensi. Hal itu disebabkan oleh lemahnya ekonomi dan ketidakpastian global. Perusahan-perusahaan itu bukan hanya perbankan, tetapi terjadi juga pada perusahaan otomotif, komputer, hingga perusahaan perintis atau start up.

CNBC Indonesia telah merangkum perusahaan-perusahaan non bank yang melakukan PHK pada 2019 dan pada akhir 2018. HP merupakan perusahaan komputer dan printer. Perusahaan ini berbasis di Amerika Serikat. PHK akan dilakukan hingga 2022. Uber melakukan pemangkasan pada 435 karyawannya pada September 2019, sekitar 8% dari total pekerja perusahaan itu. PHK dilakukan pada 170 orang dari tim produksi dan 265 orang dari tim teknisi. LG Display Co Ltd, perusahaan asal Korea Selatan, mengumumkan rencana PHK karyawan pada 17 September 2019. Namun, perusahaan ini tidak memaparkan dengan pasti berapa banyak karyawan yang akan dirumahkan. Ford Motor Co dikabarkan akan melakukan PHK pada 12.000 karyawan dan menutup sejumlah pabrik. Rugi akibat melambatnya penjualan menjadi penyebab. Perusahaan Nissan, Volvo, Huawei  pun tak luput dari tsunami PHK.

 Rapuhnya Pondasi Ekonomi Kapitalis

Badai tsunami PHK  telah melanda perusahan-perusahaan besar di seluruh dunia. Sehingga, sejumlah negara mengambil langkah dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada karyawannya. Langkah itu diambil untuk menekan pengeluaran biaya dengan merampingkan jumlah karyawannya. Kondisi perekonomian global sangat berpengaruh terhadap perusahaan-perusahaan tersebut. Hal ini terjadi karena persaingan pasar perbankan yang terpecah-pecah dan pertumbuhan ekonomi yang melambat. Selain itu, lemahnya ekonomi dan ketidakpastian global menjadi penyebab terjadinya perang perdagangan antara AS dan China yang berdampak pada ekspor.

PHK besar-besaran yang melanda belahan dunia saat ini, tidak hanya menimpa negara-negara berkembang.  Namun. menimpa juga negara pengusung ekonomi kapitalis, yakni AS. Hal ini menjadi bukti bahwa ada yang salah dalam sistem kapitalis. Pondasi ekonomi yang rapuh dan rentan terhadap krisis merupakan kesalahan dan kelemahan mendasar bagi ekonomi kapitalis. Diantara kelemahan tersebut antara lain sebagai berikut.

Pertama, sistem ekonomi kapitalis telah menyingkirkan emas sebagai cadangan mata uang. Menjadikan dolar AS sebagai standar mata uang di negara-negara dunia. Akibatnya, goncangan ekonomi sekecil apapun di AS akan menjadi pukulan yang telak bagi perekonomian negara-negara lain. Sebab, sebagian besar cadangan devisa negara-negara di dunia di cover dengan dolar AS. Dimana nilai instrinsiknya tidak sebanding dengan kertas dan tulisan yang tertera. Selama emas tidak menjadi cadangan mata uang, krisis ekonomi akan terus berulang.

Kedua, diterapkannya sistem ribawi uang dalam perbankan. Kadar hutang pokoknya terus menggelembung sesuai dengan presentase bunga yang berlaku sehingga menyulitkan negara atau individu mengembalikan pinjaman. Krisis pengembalian pinjaman itu membuat roda perekonomian berjalan lambat.

Ketiga, adanya transaksi spekulatif di pasar saham, pasar uang, dan pasar berjangka komoditas. Gejolak yang begitu besar di pasar tersebut menyebabkan ekonomi menjadi tidak stabil.

Selain itu, pemicu lainnya adalah rusaknya distribusi kekayaan akibat sistem kepemilikan. Dalam ekonomi kapitalis mendewakan pertumbuhan dan mengabaikan distribusi kekayaan. 

 Ketangguhan Sistem Ekonomi Islam

Sistem ekonomi kapitalis telah terbukti menimbulkan krisis yang berulang. Mempertahankan sistem kapitalis sama saja akan berujung kepada kehancuran. Hal ini dapat dilihat pada negara pengusung kapitalis yaitu AS. Tidak bisa mensejahterakan rakyatnya dengan memberikan lapangan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan mendasar kepada rakyatnya.

Lantas, bagaimana dengan nasib  negara yang tidak berdaulat? Tentunya kondisi akan lebih parah karena nasibnya ditentukan oleh negara kapitalis yang hanya mengambil keuntungan semata. Negara kapitalis hanya mau menanamkan investasi kepada negara yang dianggap akan memberikan keuntungan berlimpah. Sebaliknya, ketika kondisi negara tersebut merugikannya, maka investasi akan segera dicabut.

Tidak bisa kita pungkiri, dunia membutuhkan sistem yang bisa menjamin kesejahteraan bagi rakyatnya dan sistem ekonomi yang stabil. Semua akan bisa terwujud ketika kita menggunakan sistem yang diridhoi oleh Allah swt. Sistem tersebut adalah sistem Islam yang komprehensif. Di dalamnya terdapat sistem ekonomi Islam yang memberikan solusi permasalah ekonomi saat ini. Sistem Islam mampu membangun fundamental ekonomi yang kokoh dengan langkah sebagai berikut.

Pertama, sistem ekonomi Islam telah menetapkan bahwa emas dan perak merupakan mata uang. Mengeluarkan uang kertas subtitusi harus ditopang dengan emas dan perak. Dengan nilai yang sama tertera dalam uang kertas dan dapat ditukar dengan emas dan perak. Sehingga, uang tersebut mempunyai nilai intrinsik yang tetap dan tidak berubah. Dengan demikian, uang kertas negara manapun tidak bisa didominasi oleh negara lain. 

Kedua, larangan riba dan aktivitas pembungaan uang, termasuk transaksi-transaksi riba yang terjadi di pasar-pasar uang maupun pasar bursa. Dengan adanya larangan tersebut, uang akan beredar mengikuti perkembangan arus barang dan jasa. 

Ketiga, bertumpu pada ekonomi riil. Sistem ekonomi Islam selalu menomorsatukan kebutuhan dan pemberdayaan masyarakat secara riil, bukan sekedar pertumbuhan ekonomi saja sebagai isu utama. 

Keempat, mengatur  sistem kepemilikan agar distribusi kekayaan dapat berjalan dengan baik. Untuk itu, Islam menetapkan pembagian kepemilikan berupa kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Kepemilikan umum harus dikelola negara dan tidak boleh diserahkan kepada pihak swasta (privatisasi). Hasil pengelolaannya didistribusikan kepada seluruh masyarakat dengan harga murah bahkan gratis. Hal ini karena rakyatlah sejatinya pemilik kekayaan umum tersebut.

Sistem ekonomi Islam mustahil bisa dilaksanakan oleh individu atau kelompok masyarakat saja. Sangat tidak mungkin berharap kepada negara kapitalis menerapkan sistem ekonomi Islam. Hanya institusi Khilafah yang mampu menerapkan sistem ekonomi Islam secara komprehensif.  Terbukti  selama diterapkan kurang lebih tiga belas abad lamanya. Hasilnya adalah kemakmuran dan kesejahteraan yang dirasakan, bukan hanya oleh kaum muslimin, tetapi juga oleh seluruh umat manusia yang ada pada saat itu. 

Penerapan sistem ekonomi Islam secara total akan memberikan kestabilan dan kemakmuran bagi semua rakyat, baik muslim maupun non muslim. Sebaliknya, penerapan sistem ekonomi kapitalis yang jauh dari tuntunan Allah akan mendatangkan kesempitan hidup seperti yang dirasakan saat ini.
 Allah SWT telah memperingatkan:
( وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا )
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit” (TQS Thaha [20]: 124)
Wallâhu a’lam bishshawâb.

Post a Comment

Previous Post Next Post