- Oleh : Nur Aina
- Aktivis Ideologis
"Berikan aku sepuluh pemuda maka akan kuguncang dunia," pernyataan Sukarno yang menyelipkan segudang makna ini tentu sudah tak asing lagi di telinga kita. Tak lain ialah karena masa depan ada di tangan pemuda, pemudalah nantinya yang akan melanjutkan peradaban bangsa ini, pemuda jugalah yang akan menentukan arah negeri ini. Akankah bernasib baik, atau sebaliknya malah buruk dan hancur akibat kelalaian negara dalam membina pemuda.
Namun ketika pemuda tak lagi berjalan sesuai syariat Allah, maka dengan mudah dan tanpa malu lagi mereka melakukan perbuatan dosa. Sehingga pemuda masa kini tidak kenal jati dirinya. Maka tak heran, bila generasi sekarang berada pada kondisi rusak dan terpuruk.
Keberadaan sebagian besar pemuda bukan lagi menjadi seorang pembela Islam yang tangguh dan disegani negara maupun agama lain, bahkan dengan posisi Indonesia yang mayoritas muslim sekalipun masyarakatnya tetap jauh dari hakikat Islam yang berakhlak mulia.
Pemudanya bukan menyibukkan diri dengan beramal shalih, beramar makruf nahi mungkar terhadap sesama muslim maupun dengan para penguasa yang saat ini sedang memimpin, mengkaji ilmu-ilmu akhirat yang diwajibkan oleh Allah dan sebagainya. Pemuda malah lebih berminat melakukan perbuatan sia-sia meskipun harus sampai menjerumuskan mereka kepada keharaman yang sangat dibenci oleh Allah Swt.
Sebaliknya, justru para pemuda kini banyak terlibat kasus narkoba, pergaulan bebas, aborsi, tawuran, homoseksual, bahkan juga terlibat kriminalitas lainnya. Semuanya bisa jadi akibat dari pengaruh negatif berbagai tontonan dari televisi, gawai, bioskop dan media sejenisnya, di samping tidak adanya ketakwaan individu, tak ada kepedulian masyarakat dan tanpa sistem aturan Islam kafah yang diterapkan oleh negara. Wajarlah, akhirnya pemuda terjerumus dalam kemaksiatan, disebabkan kurangnya ketakwaan, kosong dari pemahaman Islam dan tidak hidup pada lingkungan yang mendukung serta sistem sekuler kapitalistik.
Sebagaimana sebuah novel karya Paradita yang dibuat dalam versi film dan telah tayang di bioskop beberapa hari yang lalu dengan menggunakan tagline "ketika kakakmu adalah kekasihmu sendiri".
Tagline tersebut mengandung propaganda negatif yang bisa menjerumuskan generasi muda pada pergaulan bebas yang akan merusak keturunan dan tatanan keluarga. Oleh karena itu, kita harus menolaknya dengan tegas.
Ini adalah bentuk penjajahan yang berhasil merusak pemikiran kaum muslimin dengan ajaran sekulernya yang dapat membentuk karakter buruk seseorang. Dan ketahuilah bahwa akar dari masalah di atas masalah yang bertubi-tubi ini akibat mencampakkan aturan Allah dalam mengatur seluruh kehidupan, seperti sistem pergaulan pria dan wanita, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem politik dalam dan luar negeri bahkan sistem pemerintahan.
Segala kemaksiatan tersebut sebenarnya bisa dihindari oleh individu, dengan cara membina diri agar punya ketakwaan yang tinggi dan kokoh. Kemudian berdakwah jamaah bersama masyarakat beramar makruf nahi mungkar menolak berbagai propaganda sekuler yang akan merusak generasi muslim. Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Ali Imran ayat 104 yang artinya:
"Hendaklah ada segolongan umat yang menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dan merekalah orang-orang beruntung."
Maka sudah saatnya kita menyelamatkan generasi Islam dari berbagai propaganda sekuler dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt. Aktivitas dakwah paling efektif adalah dengan penerapan Islam kafah secara praktis oleh negara, yang bisa membentengi pemuda dari gempuran serangan mulai dari ide sampai aturan kehidupan di segala lini. Mari bersama kita perjuangkan!
Wallahu a'lam bishshawab.
Post a Comment