Oleh : Novita Natalia
(Ibu rumah tangga, pelaku homeschooling grup)
Indonesia, negeri kita tercinta tengah dirudung malang berkepanjangan. Layaklah kita sebut begitu, malang berkepanjangan. Karena belum hilang kabut asap pembakaran hutan, di ibukota dan beberapa kota besar disapa juga dengan asap perih bom air mata lewat aksi demo mahasiswa (dan pelajar) yang bergelombang-gelombang. Lalu datang tragedi di Wamena yang memilukan hati hingga diuji dengan gempa juga. Begitulah potret beberapa waktu ke belakang tanah air kita. Betapa musibah datang silih berganti menyapa ibu pertiwi.
Sebagai muslim(ah) yang beriman pada Allah SWT. Kadang kita bertanya ada apakah dibalik semua ini. Bukankah Allah Jalla wa Ta'ala telah menyampaikan lewat kalamnya :Ù…َا Ø£َصَابَ Ù…ِÙ† Ù…ُّصِيبَØ©ٍ Ø¥ِÙ„َّا بِØ¥ِØ°ْÙ†ِ اللَّÙ‡ِ.
Yang artinya : tidaklah ditimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allah SWT.
Semua ini terjadi dengan kuasa Allah SWT. Lantas bagaimana kita menyikapinya di tengah ujian yang melanda ini?
Jika kita berbicara mengenai musibah dan cara menyikapinya. Al-quran telah merekam keteladanan seorang hamba Allah SWT yang mampu tegar bagai karang saat diterpa ujian musibah. Bahkan di akhir ketabahan beliau as, Allah swt mengganti lebih banyak nikmat dan kemuliaan. Hamba Allah swt tsb adalah nabiyullah Ayyub as.
Ketika syaithan melihat bahwa Ayyub adalah sosok yang sangat taat pada Rabbnya maka ia meluncurkan seribu cara untuk memalingkan nabi Ayyub untuk bertaqwa. Dan Allah swt menguji bliau as agar menjadi teladan bagi kita di saat ini tentang bagaimana menghadapi musibah yang panjang dan memilukan. Dimulai dari datangnya sakit yang menahun, sakit dari segala sakit yang menyebabkan istri-istrinya enggan bersamanya kecuali 1 istrinya. Anak-anaknya yang diwafatkan dalam kecelakan, rumah yang terbakar, harta yang binasa, ternak-ternak yang mati hingga ladang dan kebun yang kering adalah beberapa rangkaian ujian bagi beliau as.
Namun, yang beliau as terus lakukan adalah tetap beribadah, berdzikir dan meningkatkan ketaatannya pada Allah Jalla wa ta'ala. Walaupun setiap hari bertambah berat ujian tsb hingga sampai pada hitungan 18 tahun lamanya ( Diriwayatkan oleh Abu Ya’la dan Al Bazzar. Para perawi Al Bazzar adalah para perawi hadis shahih ). Lalu pada suatu hari Allah SWT membukakan petunjuknya sebagaimana yang termaktud dalam qs Shaad ayat 42. Maka, sembuhlah nabi Ayyub as dan bahkan Allah swt ganti dan lipat gandakan seluruh nikmat untuknya. Allah swt berfirman:
“Dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipatgandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.” (QS. Al Anbiyaa’: 84)
Dan selalu ada teladan beserta hikmah dari tiap-tiap kisah dalam al-quran. Khususnya bagaimana cara menghadapi musibah. Nabiyullah Ayyub as mengajarkan kita untuk tetap berada pada rel ibadah dalam keadaan apapun. Sebesar apapun musibah yang menghampiri. Rumusnya adalah tetap seperti itu. Dan imam Ibnu Katsir rahimaAllah telah menyampaikan makna ibadah ketika beliau rahimaAllah mentafsirkan qs ad-dzariyat ayat 57. Makna ibadah tidak hanya rangkaian spiritual tanpa makna apalagi terkesan memberatkan sebagai beban kewajiban. Namun beliau rahimAllah menyampaikn bahwa ibadah adalah:
1. Thatullah ( taat kepada Allah swt)
2. Khufdzuun laHu ( tunduk kepadaNya) dan,
3. Wa iltizaam bima syara'aHu minad diin ( terikat dengan apa yang disyariatkanNya berupa Diin ini) .
Maka jelaslah, resep kebuntuan masalah atas musibah yang menyapa negeri kita layak kita hadapi dengan tetap taat, tunduk dan terikat dengan syariatNya. Bukannya menolak, phobia terhadap Islam, menjelek-jelekan syariatnya bahkan menghinakan beberapa ajaran Islam. Janganlah kita tolak syariat, yang merupakan perintah Allah dan bagian ibadah yang utama. Karna sebagaimana nabi Ayyub yang tetap tegar karena berpegang pada syariah dan terus beribadah, kitapun akan selamat pada akhirnya jika meneladaninya. So stop islamphobia, love syariah, insyAllah musibah yang datang tetap menjadi kebaikan berujung keberkahan. Allahu 'alam bishawwab
Post a Comment