Oleh : Anhy Hamasah Al Mustanir
(Pemerhati Sosial Konawe)
Akidah Islam merupakan pemikiran yang paling mendasar yang melahirkan syariat Islam. Dengan kata lain, syariat Islam merupakan cabang dari akidah Islam yang satu sama lain tidak dapat terpisahkan. Sehingga, jika ada upaya pemisahan syariat Islam dari akidahnya (sekularisasi) maka sama halnya dengan memisahkan batang pohon dari akarnya tidak akan dapat menghasilkan buah ataupun manfaat. Sebab, memisahkan keduanya berarti menghilangkan pengaruhnya dan bahkan mencabut fungsinya. Oleh sebab itu, hilangnya pengaruh syariat tidak mungkin terjadi sekiranya akidah Islam dipahami secara kaffah. Ketika seorang muslim yang memahami akidah Islam secara kaffah tentu tidak akan terdorong untuk mencampakkan syariat yang dilahirkan dari akidah tersebut sembari mencari syariat lain. Ia akan memahami bahwa akidah Islam di bangun di atas landasan keimanan kepada Allah Yang Maha Pencipta dan Maha Pengatur. Oleh karenanya, ia akan menyakini bahwa Allah mengetahui semua yang telah diciptakanNya dan lebih tahu apa yang layak dan tidak layak untuk manusia.
Islam Sebagai Solusi Tuntas
Akidah Islam adalah akidah yang bersifat manusiawi demikian pula syariatnya. Keduanya sangat layak bagi manusia, tanpa melihat warna kulit, ras, atau unsur pembeda lainnya dan juga tanpa memandang ruang dan waktu. Islam telah memberikan jawaban bagi setiap kebutuhan fisik dan naluri manusia. Islam telah memberikan solusi atas setiap masalah yang dihadapi manusia sebagai pribadi maupun bagian dari kelompok dan masyarakat. Sebab, Allah SWT berfirman: ”Kami telah menurunkan al-Kitab (al-Quran) ini sebagai penjelas segala sesuatu; juga sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi kaum Muslim. (TQS an-Nahl: 89).
Di masa lalu, negara merupakan bagian dari Islam dan Islam terdiri dari akidah dan syariat adalah hal yang sudah sangat masyhur. Di samping itu, Islam telah menentukan hubungan luar negeri dengan negara-negara lain di atas landasan dakwah Islam dan jihad fi sabilillah. Islam membangun realitas tersebut sembari menetapkan target-targetnya, serta menyebarluaskannya ke seluruh penjuru dunia, sehingga Islam seluruhnya hanya milik Allah.
Namun saat ini, Barat berupaya memuaskan kaum Muslim dengan pernyataan bahwa manusia saat ini telah berhasil mencapai suatu fase yang mengharuskan dirinya memiliki satu aturan internasional. Mereka memandang dunia sekarang sebagai satu negara, sementara globalisasi perusahaan-perusahaan besar telah meluas dan memiliki berbagai cabang di setiap negara di dunia. Dengan kata lain, Barat menjadikan seluruh negara yang ada sebagai satu negara ekonomi yang dikendalikan oleh sistem ekonomi mereka. Dari sinilah kemudian, Barat dapat memperalat undang-undang internasional untuk mengamankan dominasi mereka di bidang ekonomi, pemikiran, dan politik atas negara-negara lain di seluruh dunia.
Kenyataannya, berbagai macam hubungan dan sistem yang ada tidak mungkin ditetapkan atau ditentukan oleh realitas yang ada atas nama dinamika ataupun perkembangan zaman. Masalahnya, tidak bisa dikatakan bahwa realitas kehidupan itu selalu berubah dan mengharuskan manusia untuk menentukan bentuk-bentuk pendekatan yang tidak bertentangan dengannya. Inilah kenyataannya yang merupakan upaya Barat untuk menyesatkan kaum Muslim.
Oleh karena itu, dunia saat ini tidak berdaya karena terdominasi oleh Barat hingga tidak mampu keluar dari lingkaran yang telah dibuat oleh mereka. Dunia pun telah tenggelam dalam pemikiran seperti ini. Kalaupun ada protes atau penolakan hal itu bersifat sementara bukan penolakan yang sebenarnya. Penolakan tersebut lahir hanya dari kesadaran emosional, yakni hanya karena merasa dikuasai secara pemikiran, ekonomi, politik, dan militer bukan berasal dari adanya kesadaran ideologis yang menyebabkan mereka mampu melihat berbagai kerusakan ideologi kapitalis dan upayanya untuk menguasai dunia atas nama globalization.
Padahal Seharusnya, manusialah dengan bimbingan wahyu Allah yang mampu menerapkan sistem atau aturan yang dikehendakinya bukan realitas yang memaksa manusia untuk menerapkan sistem yang lahir dari realitas itu, atau bahwa perkembangan zamanlah yang mengharuskan adanya sistem bagi manusia. Padahal, realitas itu sendiri tidak lain hanya sekadar sekumpulan problem dan peristiwa yang justru memerlukan pemecahan. Pemecahan atau solusi itu bisa berasal dari sistem kapitalis,dari Islam, maupun dari yang lainnya. Akan tetapi, sistem yang benar bergantung pada akidah yang benar. Namun kenyataannya, tidak ada satupun ideologi yang sahih, baik dari segi dasar maupun sistem yang dibangun di atasnya kecuali Islam semata.
Islam telah mewajibkan kaum Muslim untuk mengambil akidah dan sekaligus syariatnya dan tidak boleh keluar dari keduanya. Islam juga telah memerintahkan kaum Muslim untuk mengatur kehidupan mereka dengan asas akidah Islam bukan didasarkan pada perkembangan, tempat, ataupun zaman. Pada saat kaum Muslim hendak menerapkan Islam, mereka tidak perlu mendasarkannya pada adat dan tradisi di masa lalu yang tengah berlangsung ataupun yang sedang berpengaruh terhadap syariat Islam.
Sementara itu, kemajuan teknologi yang telah dicapai dunia saat ini yang sudah mampu memperpendek jarak, melipat waktu, dan memungkinkan manusia menembus batas-batas sesungguhnya bukanlah sebagai penentu sistem kehidupan. Dahulu, Daulah Islam pada saat berdirinya bisa memanfaatkan berbagai kemajuan sains ini dalam menerapkan akidah dan sistem Islam serta menyebarluaskannya bukan dengan kekuatan, pemaksaan, dan tindakan zalim sebagaimana yang dilakukan oleh Barat saat ini. Sebab, Islam melakukan hal itu dengan argumentasi dan hal-hal yang memuaskan manusia setelah sebelumnya menghilangkan berbagai penghalang yang bersifat fisik yang merintangi jalan dakwah. Upaya ini telah dilakukan oleh kaum Muslim di masa lalu sebagaimana juga dituntut kepada kaum Muslim sekarang ini.
Pentingnya Ideologi Alternatif
Pada kenyataannya, dunia saat ini telah terpedaya dan bahkan tunduk pada berbagai propaganda Barat. Semua ini, akibat dari kosongnya dari sebuah pemikiran yang bersifat ideologis yang mampu meng-counter serangan pemikiran, media massa, ekonomi, politik, maupun militer Barat. Padahal, jika saja dunia ini memiliki sebuah pemikiran ideologis kontra Barat yang kapitalistik niscaya ia akan memiliki kekuatan yang tidak bisa dikalahkan. Kaum Muslim dengan ideologi Islamnya yang diharapkan menjadi penantang Barat, mengungkap tabir kepalsuannya, dan sekaligus mengokohkan kebenaran Islam. Sebab, merekalah yang menjadi pengemban ideologi yang benar yang akan mampu menghancurkan ideologi kapitalisme yang zalim, imperialistik, dan telah membakar dunia dengan kejahatannya, sementara dunia ingin melepaskan diri darinya.
Islam adalah ideologi yang selaras dengan fitrah manusia dan mampu memuaskan akal mereka. Seperti halnya kehidupan masa lalu Islam telah mampu menciptakan kebahagiaan bagi umat manusia, pada saat ini pun diharapkan dapat memerankan fungsinya kembali. Sebab, manusia tetaplah sebagai manusia, tidak berubah. Sementara itu, sistem Islam yang lahir dari akidah Islam yang pernah menciptakan kebahagiaan bagi umat manusia di masa lalu masih tetap pada jati dirinya. Islam dan syariatnya mampu memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi umat manusia, kendatipun persoalan-persoalan tersebut demikian banyak, berubah, bercabang, meluas, dan bertambah kompleks.
Pada zaman dahulu, Daulah Islam sendiri mengalami perluasan. Sementara itu, pada saat yang sama komunitas kaum Muslim terus bertambah, berbeda-beda gaya hidupnya, semakin kompleks interaksinya, di samping munculnya berbagai problem baru yang tidak ditemukan sebelumnya. Namun demikian, Daulah Islam dan para ulamanya tetap mampu memecahkan berbagai persoalan kompleks yang dihadapi umat manusia. Pada saat itu, mereka tetap menyandarkan diri pada metode Islam di dalam ijtihad mereka, serta terikat penuh dengan asas-asas dan kaidah-kaidah Islam yang kokoh. sehingga, tidak tampak pada mereka adanya sebuah pemikiran bahwa Islam tidak akan berdaya dalam mengantisipasi zaman, bahwa Islam tidak akan mampu memecahkan berbagai problem kehidupan baru. Pemikiran tersebut hanya muncul pada saat ini, yakni pada saat adanya serangan pemikiran, politik, dan militer yang dilancarkan oleh Barat ke negeri-negeri kaum Muslim.
Sekularisasi Islam dan Penegakkan Syariat
Pada saat ini, kaum Muslim sampai pada kondisi yang sangat buruk di dalam pemahaman Islam dan penerapannya, serta tidak berdaya di hadapan propaganda Barat. Selanjutnya, sejak saat itu-sampai hari ini banyak ulama Islam yang mulai membela Islam dengan cara yang keliru. Mereka, misalnya, mulai melontarkan gagasan bahwa Islam itu bersifat elastis. Bahwa syariat Islam itu bersifat dinamis, bahwa kaum Muslim boleh saja mengambil sistem Barat karena tidak bertentangan atau sesuai dengan Islam. Oleh sebab itu, jadilah syariat Islam dipisahkan dari akidahnya, gagasan negara Islam yang berkewajiban menerapkan Islam kemudian dijauhkan dari benak kaum Muslim sementara kehidupan kaum Muslim tidak didasarkan pada keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Pemikiran dan praktek pemisahan akidah Islam dari syariatnya ini wajib diperhatikan benar oleh para pendakwah di kalangan kaum Muslim. Mereka tidak boleh terpedaya oleh tindakan yang telah dilakukan sebelumnya. Alasannya, keterpedayaan para pendakwah dan kaum Muslim dengan pemikiran tersebut mengandung makna pengkhidmatan terhadap musuh-musuh Islam dan memperpanjang dominasi mereka. Mereka harus menyadari bahwa problem yang dihadapi kaum Muslim saat ini perlu dipecahkan. Problem tersebut tidak terletak pada Islam itu sendiri tetapi muncul sebagai akibat diterapkannya secara paksa sistem kapitalisme atas kaum Muslim. Para pendakwah dan kaum Muslim tidak perlu memandang pada upaya untuk melakukan perbaikan atas berbagai kekurangan atau kekeliruan dari sistem Barat yang memang rusak total sejak pertama diterapkan atas mereka. Mereka pun tidak perlu melakukan perbaikan ataupun melakukan sinkretisme dan eklektisisme, serta mengambil pada solusi kompromistis. Namun sebaliknya, mereka harus berusaha untuk menerapkan hukum-hukum Islam di atas pondasi, “Lâ ilâha illâ Allâh Muhammad Rasûlullâh,” yang bermakna, “Tidak ada Pencipta dan Pengatur alam ini kecuali Allah serta tidak ada yang layak ditaati selain Diri-Nya.”
Syariat Islam itu sendiri merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw. Di dalamnya telah dijelaskan bagaimana seharusnya manusia melakukan ketaatan kepada Allah.Sementara itu, pemisahan akidah Islam dari syariatnya atau sekularisasime mengandung pengertian bahwa seorang Muslim boleh berkata, Tidak ada yang wajib ditaati dengan sebenar-benarnya kecuali Allah, sedangkan pada saat yang sama, kita melihat mereka berada di dalam naungan sistem yang sama sekali tidak mengandung ketaatan kepada Allah. Ini jelas sangat bertentangan dengan hakikat Islam yang sebenarnya.
Islam sebagai Rahmat
Setiap Muslim, sudah selayaknya meyakini bahwa syariat Islam merupakan rahmat bagi mereka, bahkan bagi seluruh alam. Oleh karena itu, tidak ada alasan apapun untuk melakukan sekularisasi atau pemisahan akidah Islam dari syariatnya, karena Allah SWT berfirman: “Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam. (TQS al-Anbiya': 107).”
Rahmat dalam ayat di atas tidaklah berkaitan langsung dengan Muhammad saw. sebagai seorang manusia, tetapi berhubungan erat dengan kedudukannya sebagai rasul pembawa syariat yang memang paling unggul dibandingkan dengan aturan-aturan apapun yang ada di dunia. Artinya, pengagungan kaum Muslim terhadap pribadi Muhammad tidaklah akan mendatangkan berkah apa-apa, juga tidak akan menjadikan agama Islam mengungguli agama-agama ataupun ideologi-ideologi lain, jika pada saat yang sama mereka mencampakkan syariat yang dibawanya. Allah SWT berfirman: “Dialah Allah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar Dia menangkan agama itu atas semua agama-agama lainnya. Cukuplah Allah sebagai saksi. (TQS al-Fath: 28).”
Dengan demikian, rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘âlamîn) akan tetap terwujud dalam realitas kehidupan kendati Nabi Muhammad saw telah lama wafat. tentu saja jika seluruh risalah yang dibawanya diterapkan dalam realitas kehidupan. Sebaliknya, rahmat bagi seluruh alam itu tidak akan pernah muncul manakala kaum Muslim tidak menerapkan syariat Islam yang bersumber pada Alquran dan as-Sunnah. Sehingga, berbagai upaya untuk menutupi, menghambat, dan menentang penerapan syariat Islam pada hakikatnya adalah menutup diri dari rahmat Allah. Oleh sebab itu, menolak syariat pasti akan menuai laknat Allah SWT di dunia dan akhirat. Wallâhu a'lam bi ash-sawâb.
Post a Comment