Oleh: Arsy Novianty
Aktivis Remaja Muslimah, Member Akademi Menulis Kreatif
Dunia perfilman di tanah air semakin merebak, dan yang paling sangat disayangkan adalah banyaknya film yang tidak layak untuk ditonton, seharusnya film itu mampu menjadi tuntunan bagi generasi muda, bukan malah menjaring pemikiran para generasi untuk mengikuti apa yang menjadi tontonan dengan menghadirkan berbagai adegan yang tidak senonoh.
Padahal kita semua tahu, khususnya di tanah air Indonesia sendiri merupakan mayoritas Islam, tapi tontonan yang hadir jauh dari syariat-Nya, kenapa ini bisa terjadi?
Masih ingatkah film yang menuai kontroversi baru-baru ini adalah "Dua Garis Biru" merupakan film yang dianggap sebagai bahan edukasi bagi remaja, tapi nyatanya nihil. Bukan untuk mengedukasi tapi remaja lebih memilih untuk mencoba setiap adegan pacaran yang romantis seakan-akan mereka menginginkan hubungan seperti di film tersebut.
Satu lagi film drama-romantis buatan Indonesia akan menggebrak layar bioskop Tanah Air yaitu SIN. Tema film ini agak kontroversial karena bercerita tetang kakak beradik yang saling jatuh cinta (inses) VIVA (Jumat, 4 oktober 2019)
Sungguh sangat miris, film yang dihadirkan tidak berbobot sekali bagi generasi muda penerus bangsa . Inilah akibat dari sistem demokrasi sekuler yang berlaku saat ini memisahkan agama dari kehidupan, dan film ini hadir dimana yang diutamakan adalah asas manfaat yang menguntungkan para kapitalis pemilik modal.
Akankah film-film yang merusak akidah, merusak moral, dan akhlak ini mampu diberantas? Sehingga tidak akan muncul kembali di dunia perfilman. Jawabannya adalah secara analisis tidak akan mampu dihilangkan selama masih dalam sistem demokrasi sekularisme ini karena sistem ini tidak memperdulikan bagaimana alur cerita sebuah perfilman, bagaimana dampak negatif ketika berhasil tayang?. Dalam sistem ini lembaga sensor hadir hanya untuk mensensor bagian dada dan paha saja bukan yang lainnya, karenanya kenapa film yang menjadi kontroversi di masyarakat tetap berhasil tayang.
Film yang berhasil tayang sudah teruji lembaga sensor, bukan memikirkan lagi bagaimana kedepannya apakah film yang diangkat ini nantinya akan membuat perubahan generasi pemuda yang gemilang atau malah merusak generasi yang ada.
Kita tak bisa terus menerus mempertahankan sistem yang bobrok ini, sungguh sangat bahaya terhadap akhlak generasi. Propaganda kemaksiatan sebagai life style baru merebak di dalam sistem ini. Sistem demokrasi yang jelas-jelas memisahkan agama dengan kehidupan.
Remaja Islam pun kini banyak mengikuti gaya-gaya mereka, seakan-akan tidak mengindahkan kembali mengenai keislamannya sendiri. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda
“Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun, –red.), pasti kalian pun akan mengikutinya.” Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi kalau bukan mereka?” (HR. Muslim no. 2669).
Karenanya bagaimana caranya untuk memberantas film yang merusak generasi ini? Caranya tidak lain adalah kembali pada sistem khilafah Islamiyah yang sudah jelas sekali Islam hadir untuk diterapkan dalam tatanan kehidupan, adanya pedoman Al-Quran sebagai petunjuk hidup, didalamnya terdapat aturan untuk dijalankan, agar hidup terarah dan jelas tujuannya.
Umat butuh sistem yang menjamin penjagaan akhlaq generasi. Dalam Islam, setiap interaksi individu-individu di masyarakat maka ada kepedulian untuk saling mengingatkan. Proses mengingatkan merupakan hasil dari adanya kesamaan pemikiran, peraturan, dan perasaan. Sehingga masyarakat terhindar dari berbagai penyimpangan.
Masyarakat dibina untuk ditanamkan akidah yang kuat, mengetahui yang benar dan yang salah. Berdasarkan keimanan pada Allah Swt.
Dalam ranah negara, sebagai wadah untuk pelaksanaan sanksi bagi siapa saja yang melanggar aturan yang sudah tertera dalam masyarakat
Kesimpulannya adalah bahwasanya kita harus kembali pada sistem khilafah dan meninggalkan sistem yang rusak ini untuk keselamatan generasi dan tatanan masyarakat yang ada.
Wallahu a'lam bish shawab
Post a Comment