By : Mia Fitriah El
"Mana Prof, saya di DPR, Prof. Nggak boleh begitu Prof, saya yang di DPR saya yang tahu, mana, Prof sesat, ini namanya sesat,"
Salah satu sikap dan kata-kata Arteria Dahlan yang paling disorot oleh banyak warganet saat acara Mata Najwa bertema "Ragu-Ragu Perpu" yang tayang di Trans7 (9/10/2019).
Kejadian sudah satu pekan lebih tapi di sosmed masih saja viral. Ini bermula saat Arteria tidak setuju dengan penyataan Emil Salim bahwa KPK tidak pernah menyampaikan laporan tahunan.
Politikus muda PDIP ini juga dibully abis-abisan di media sosial. Profilnya di situs Wikipedia saja diubah oleh warganet dengan kalimat-kalimat kasar.
Buntut kekesalan masyarakat atas sikap Arteria yang kurang adab ketika berdebat.
Masih ingat kah setahun yang lalu, nama ini juga dibincangkan, ketika dalam rapat Komisi III, 28 Maret 2018, dia kembali tersulut emosi dan menyebut Kementerian Agama dengan makian 'bangsat'.
Akibat ucapan itu, sontak saja Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin melaporkannya ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR. Dan langsung berujung pada permintaan maaf.
Tapi berbeda untuk kasus ini ia menolak minta maaf. Malah dia meminta Emil menarik ucapannya seperti dilansir dari Beritagar (10/10/2019).
"Mulutmu Harimaumu" pepatah itu bukan sekedar bualan. Tapi terbukti, segala perkataan yang telah terlanjur diucapkan tanpa hati-hati akan merugikan diri sendiri.
Alih-alih dapat simpati, pasti akan muncul kecaman dari masyarakat. Dilansir dari jatimtimes.com, 14/10/2019. Bahwa Masyarakat dari bagian daerah pemilihan 6 Jatim (Blitar, Tulungagung dan Kediri) mendorong PDIP mencopot anggota DPR RI Arteria Dahlan.
"Tuh " , akibat semprotan kalimat-kalimat 'tak berbudaya' khan !
Marah itu emosi dasar manusia, fitrah manusia, sepanjang masih bernama manusia, kemarahan pasti ada.
Orang beriman harus pandai mengendalikan kemarahan agar tidak meluap, sehingga menyebabkan hilangnya akal dan pertimbangan.
Kemarahan yang dikelola secara baik bisa menjadi positif, tetapi jika tidak, yakin reaksi negatif yang terlontar, bukan hanya merugikan orang lain tetapi juga diri sendiri.
Bayangkan berinteraksi dengan tipikal orang yang gampang marah, dan sering mengamuk; orang ini tidak bisa menahan diri atas serangan balik lawan, sehingga merespon secara berlebihan, ditambah cacian dan hinaan dan memicu permusuhan dan pertengkaran.
Berapa banyak orang-orang yang berilmu luas, bertitel akademik, namun tutur katanya bak preman jalananan ketika dilanda kemarahan.
Islam mencontohkan agar umatnya berakhlaq mulia, di antaranya adalah dengan bertutur kata yang baik dalam kondisi apapapun.
Rasulullah telah mencontohkan kepada kita. Betapa lembut dan dan santunnya Rasulullah. Sehingga masing-masing lawan bicaranya merasa dia yang paling di muliakan Rasulullah.
Akhlak yang baik akan mengeluarkan bahasa yang baik pula.
Bukan kah “Di antara sebab mendapatkan ampunan Allah adalah menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik"
Post a Comment