Oleh : Ruqayyah Al-khansa
(Pemerhati Remaja)
Hingga kini masih saja marak propaganda-propaganda yang di lakukan oleh pihak-pihak penyimpangan untuk merusak generasi, terutama dalam hal akhlak. Dan bukan menjadi hal yang lumrah lagi, jika generasi sekarang khususnya Indonesia tercatat sebagai pelanggaran tertinggi terhadap penyimpangan saat ini.
Misalnya saja seorang penyanyi Mark weslife yang berasal dari Irlandia bersama pasangan sesama jenisnya Cailean O’Neill, menjadi kabar firal dunia sosmed setelah salah satu unggahannya di instagram pribadi mark Feehily ini, dimana ia menunjukkan foto dirinya dan sang kekasih yang membawa box bayi.
“Bayi Layla lahir dengan selamat pada 1 oktober 2019 pukul 07:25 malam. Kami adalah dua ayah yang berbahagia,”tulisnya pada keterangan foto tersebut dalam akun @markusmoments. Sebenarnya bukan hanya pasangan Mark saja, tapi masih ada beberapa public figure yang pernah melakukan hal serupa. (Tempo.co 5/10/19)
Tidak ketinggalan bahwa Fenomena inipun mulai merebak pada negri Indonesia yang terkenal dengan penduduknya yang mayoritas muslim. Mengapa di katakan demikian, misalnya kita mengambil dari salah satu film yang sempat viral sebelumnya yaitu film “The Santri” menceritakan tentang kehidupan para santriwan dan satriwati yang jauh atau tidak sesuai dengan aktivitas kehidupan para santri pada umumnya, walau pada akhirnya mengalami pemboikotan pada pihak yang tidak menyetujui penayangan film tersebut.
Atau dilansir dari (Viva.co.id), muncul lagi sebuah film drama-romantis buatan Indonesia yang tahun ini akan menggebrak layar bioskop Tanah Air yaitu SIN. Tema film yang begitu kontroversial sebab menceritakan tentang kakak beradik yang saling jatuh cinta, diperankan oleh Bryan Doman menjadi Raga Angkasa sebagai seorang kakak, lalu Mawa de Jongh memerankan Ametta Rinjani sebagai adik dari Raga. Dimana film SIN ini di adaptasi dari sebuah novel best seller 2017 dengan judul yang sama.
Sehingga, dalam menyikapi problematika di atas tentu dapat di sadari bahwa dampak kerusakan yang terjadi pada generasi-generasi saat ini adalah salah satu contoh betapa bobroknya sistem yang diterapkan saat ini. Seperti adanya Hak Asasi Manusia (HAM) yang di terapkan di sistem demokrasi sebagai penjelasan hak-hak yang boleh di lakukan bagi tiap individu. Dalam demokrasi hak-hak Kebebasan bagi tiap-tiap individu ialah diberikannya jaminan perlindungan pada masing-masing individu, artinya jika ada yang melakukan dengan menimbulkan ketidaknyamanan bagi individu maka akan diberi sanksi bagi sang pelaku.
Padahal dalam pandangan Islam sendiri, menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas, kebebasan manusia itu dapat dilacak sejak terjadinya perjanjian primordial atau tingkatan dasar yang di tekan oleh setiap individu di hadapan Sang pencipta . Yang isinya adalah pengakuan seorang hamba akan rububiyah Allah semata atas dirinya dan semua alam. Isi perjanjian tersebut dimuat dalam al-Qur’an, surah al-A’araf : 172;
”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Benar (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesan Tuhan)”,
Sehingga istilah yang tepat untuk kebebasan dalam islam terdapat dalam salah satu syariat; ikhtiar. Dimana dalam 3 pilar penegakkannya termuat; Iman, Islam dan Ihsan. Ikhtiar ini termaksud dalam keimanan kita pada Allah azza wajalla. Hingga menjadi tak mungkin di gunakan pada pilar yang tidak kokoh selain mengambil dari sistem islam yang penerapan hukum dan aturannya sesuai apa yang di syariatkan Allah Azza wajjala untuk kita umatnya.
Wallahu’alam bishowab
Post a Comment