Oleh : Zahrana Amatullah
Member Akademi Menulis Kreatif
Untuk kesekian kalinya, dunia lagi-lagi dilanda resesi ekonomi. Kondisi ini berdampak salah satunya pada terjadinya gelombang tsunami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karyawan sejumlah bank terkemuka dunia. Tidak kurang sekitar 60.000 orang sedang dan akan di PHK di sektor perbankan. Yang meliputi karyawan dari bank-bank elite internasional seperti Deutsche Bank, HSBC, Barclays, National Bank of Greece, Nomura Bank, Citigroup dan beberapa bank berskala internasional lainnya.
Persaingan dengan pasar perbankan yang terpecah-pecah dan pertumbuhan ekonomi yang melambat menjadi penyebab. Terlebih, terjadi juga perang perdagangan antara AS dan China yang berdampak pada ekspor. Lalu krisis geopolitik di sejumlah kawasan seperti Brexit dan Hongkong pun ikut memberi andil. (cnbcindonesia.com, 12/10/2019)
Tidak hanya dunia perbankan yang merumahkan ribuan karyawannya demi efisiensi perusahaan agar selamat menghadapi resesi. Akan tetapi, perusahaan-perusahaan raksasa berlevel internasional pun melakukan kebijakan serupa. Pemangkasan jumlah karyawan ini merupakan dampak dari lesunya perekonomian yang berimbas pada turunnya income perusahaan. Beberapa bahkan tengah berada diambang kebangkrutan.
Perekonomian dunia memang telah beberapa kali mengalami resesi. Bahkan hal itu menjadi siklus berulang yang tak terelakkan lagi. Kapitalisme yang menjadi asas perekonomian dunia memang nyata banyak cacat lagi ringkih. Sistem ribawinya membuat perekonomian dipenuhi spekulasi. Asas kebebasan kepemilikan pada tiap individu menciptakan monopoli harta pada segelintir orang saja. Mereka pulalah yang dapat bermain dalam tiap investasi. Mereka siap menggelontorkan dana dalam tiap peluang yang akan memberi mereka keuntungan.
Bagi negara-negara yang miskin modal, investasi ini jelas menjadi angin segar. Investasi ini dianggap sebagai satu-satunya jalan untuk menggenjot perekonomian dan mendorong percepatan pembangunan. Sayangnya, pada perkembangannya, investasi ini menjadi sebuah ketergantungan. Negara pun menjadi tidak lagi berdaulat menentukan arah perkembangan ekonomi sebab para investorlah yang memegang kendali kebijakan.
Dan parahnya lagi, para investor ini jelas hanya berorientasi pada keuntungan semata. Yang akan segera mencabut investasi saat dirasa keuntungan tak lagi ada. Negara yang sudah terlanjur bergantung padanya pun tak dapat berbuat apa-apa. Kedaulatan dalam perekonomiannya memang telah tercabut sejak lama.
Inilah bukti nyata sistem kapitalis yang hanya menguntungkan pemodal belaka. Dan telah gagal memberikan kesejahteraan pada umat manusia. PHK massal di berbagai negara penganutnya menjadi pembuka mata bahwa tak ada yang bisa diharapkan darinya. Memang, ajal kapitalisme nampaknya telah kian dekat di hadapan kita.
Hal ini terbukti, bahkan di negara asalnya, Amerika, kapitalisme telah gagal dalam mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Sisi gelap kapitalisme pun kian terkuak. Kepercayaan akan kapitalisme pun kian merosot drastis.
Survei terbaru mengatakan bahwa hanya 45% dari generasi muda Amerika yang masih merasa positif tentang kapitalisme. Sisanya menyatakan tidak lagi percaya pada kapitalisme. Ini seiring dengan sulitnya tuntutan ekonomi yang mereka rasakan. Mendapatkan pekerjaan yang memiliki upah yang sesuai dengan standar biaya hidup sangatlah sulit. Mereka harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka di mana biayanya kian melambung dari waktu ke waktu. Beberapa bahkan harus mencari pekerjaan kedua atau pekerjaan sampingan agar mereka dapat mencukupi kebutuhannya. (cnbc.com, 14/8/2018)
Sekalipun pemerintah Amerika mengatakan bahwa perekonomian telah pulih semenjak resesi tahun 2008. Dan tingkat pengangguran telah menurun hingga 4.7% saja. Namun, faktanya itu hanyalah permainan angka di atas kertas saja. Karena sesungguhnya kondisi riilnya menyampaikan fakta berbeda. Kesulitan hidup masih membelit sebagian besar warga Amerika. Pekerjaan yang layak kini begitu sulit didapatkan. Bahkan untuk mereka lulusan Universitas yang justru tengah menghadapi kesulitan lain, beban student loan, biaya pendidikan yang harus mereka kembalikan selepas masa kuliah selesai.
Jika di negara asalnya yang merupakan negara maju yang perkembangannya telah jauh melampaui negara kita saja, kondisinya terpuruk sedemikian rupa. Maka, kondisi negeri kita sebagai negara berkembang, yang tengah latah membebek pada kapitalisme, tentu tidak berbeda. Permasalahan-permasalahan serupa tengah di hadapi warganya. Sulitnya mencari penghidupan, sementara biaya hidup, sandang, pangan, papan terus mengalami kenaikan. Belum lagi mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan. Sementara di sisi lain, aneka pajak terus menghimpit bahkan jumlahnya, dan jenisnya pun selalu mengalami peningkatan.
Inilah dampak nyata penerapan kapitalisme di antara kita. Saat siapapun dapat bebas memiliki kekayaan sebanyak apapun yang mereka bisa peroleh, maka kekayaan pun hanya terkonsentrasi pada segelintir orang saja. Sementara mereka yang lemah pun hidup serba seadanya. Jurang kekayaan antara si kaya dan si miskin pun kian lebar dan dalam.
Sistem kapitalisme di seluruh dunia tengah berada pada titik terendahnya. Dan memang tengah mendekati ajalnya. Bagaimana tidak, saat nyata kapitalisme bukanlah solusi, justru biang kerok hadirnya resesi, maka kepercayaan padanya pun kini makin hilang. Saat rakyat tak lagi percaya dengan sistem yang mengaturnya, maka hanya masalah waktu saja hingga sistem itu benar-benar tumbang.
Sehingga bertahan dengan kapitalisme pun hanya akan menghantarkan kita pada kehancuran, kepedihan dan kesengsaraan. Maka, tidak ada pilihan lain selain bersegera meninggalkan sistem rusak tersebut dan beralih pada sistem yang akan nyata membawa pada kesejahteraan umat manusia. Apalagi kalau bukan sistem Islam, sistem sempurna yang bersumber dari Sang Pencipta.
Dua ideologi lain di dunia telah terbukti kegagalannya. Sosialisme telah lama mengalami masa keruntuhannya. Dan kini kapitalisme pun tengah menjemput ajalnya. Hingga nyata, hanya Islamlah pilihan bagi umat manusia. Sejarah pun mencatat bagaimana gemilangnya Islam yang pernah berjaya dan membawa sejahtera bagi rakyatnya.
Bagaimana tidak, sistem sempurna yang bersumber dari pencipta manusia ini memiliki aturan-aturan yang memungkinkan manusia memperoleh penghidupan dan hak-hak perekonomian dengan semestinya. Dalam sistem ekonomi Islam terdapat 3 pilar yang menjadi pondasi pengurusan urusan umat di bidang ekonomi.
Pilar pertama adalah kepemilikan (property/ milkiyyah). Kepemilikan ini ada 3 jenis yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum dan kepemilikan negara. Aturan tentang kepemilikan ini diatur agar jelas mana jenis harta yang boleh dimiliki oleh individu, mana yang harus menjadi milik umum, dan mana yang pengelolaannya wajib diserahkan pada negara. Dengan demikian, niscaya tidak akan terjadi harta milik umum yang dikuasai pemilikannya oleh insividu seperti pada era kapitalisme saat ini. Yang membuat harta pun hanya terkonsentrasi pada segelintir orang sehingga terjadi monopoli.
Pilar kedua yaitu pengelolaan (At-thasarruf) kepemilikan. Pengelolaan kepemilikan dalam sistem Islam senantiasa disesuaikan dengan hukum syara'. Dengan keimanan kepada Allah sebagai dasarnya maka pengelolaan ini pun akan jauh dari berbagai macam penyimpangan yang dapat menimbulkan kekacauan dan kesengsaraan.
Dan pilar yang ketiga adalah distribusi kekayaan di tengah-tengah manusia. Salah satu problem utama kapitalisme adalah adanya kesenjangan besar antara yang mempunyai banyak harta dan yang sebaliknya. Hal ini terjadi salah satunya karena distribusi kekayaan yang tidak merata. Maka, Islam akan memastikan pendistribusian ini terlaksana sebagaimana mestinya. Dengan mekanisme yang juga telah ditentukan oleh hukum syara'.
Sudah saatnya umat beralih pada sistem Islam. Meninggalkan kapitalisme yang telah nyata hanya berujung pada kesengsaraan. Dunia barat pun sejatinya mengakui rusaknya kapitalisme dan tengah mencari alternatif solusi. Bahkan tidak dipungkiri, beberapa pun telah melirik sistem perekonomian Islam yang terbukti lebih stabil dan jauh dari spekulasi. Maka, keraguan seharusnya tak ada lagi. Untuk segera berganti pada sistem sempurna dari Ilahi.
Wallahu a'lamu bi ash shawwab
Post a Comment