Demokrasi Perusak Akhlak Generasi

Oleh : Iis Nur 
(Pegiat Dakwah Islam)

Setelah kontroversi film The Santri yang ceritanya tidak menunjukan kehidupan santri sebenarnya dan toleransi agama yang kabablasan. Beberapa yang lalu tayang lagi film SIN, film ini menceritakan tentang dua insan yang saling jatuh cinta tanpa sengaja, dengan tanpa memperhatikan status keduanya yang merupakan kakak beradik kandung. 

Film yang bertemakan "Saat kekasihmu adalah kakakmu sendiri", ini sangat bertolak belakang denga syariat Islam. (https//m.viva.co.id/amp/showbiz/film/1182386-kontroversi-film-sin-salahkah-sampai-pacaran-sama-kakak-sendiri.) Sungguh sangat memperihatinkan karena dampaknya akan merusak akhlah generasi remaja. Sejak kapan Islam menghalalkan atau memperbolehkan ada rasa cinta dalam hubungan satu darah atau sesama jenis.

Film ini sangat berbahaya karena film ini mengajarkan kehidupan bebas ala sekuler pada para remaja yang tak bisa di pungkiri saat ini kaum remaja masih banyak yang  jauh dari pemahaman agama, ditambah di sistem Demokrasi yang memisahkan agama dari aspek kehidupan. Karena mungkin ada sebagian masyarakat yang akan berpikir terutama para remaja yang bahwa menyukai  rasa cinta pada lawan jenis tanpa memandang status bisa dengan siapa saja, tanpa memandang adik kakak satu darah ataupun ayah ibu sendiri.

Kaum kafir seakan tidak ada hentinya menggencarkan segala penyimpangan-penyimpangan dalam hubungan cinta dalam artian cinta karena hawa nafsu tidak perlu memandang status atau jenis kelamin. Selama itu dilakukan suka sama suka maka sah-sah saja. Dan ini termasuk dalam RUU pasal perzinahan. (Https/gaya.tempo.co/read/1256202/selain-mark-westlife-ini-3-pasangan-sejenis-yang-punya-anak.) Hubungan sejenis ini bukan hanya merusak tatanan keluarga namun mengundang murka-Nya Allah Subhanna wa ta'ala.

Film adalah salah satu alat yang sangat efektif untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan, mulai dari nilai moral, nilai agama, nilai budaya, nilai persatuan umat dan seterusnya. Positif dan negatif nilai suatu film tergantung pada ideologi yang mendasarinya.

Secara tidak langsung tontonan film SIN ini bisa merusak pemikiran para remaja yang menjadi target utamanya. Ini sangat bertentangan dengan apa yang menjadi pedoman hidup umat Islam yaitu Al-Qur'an dan As Sunnah.

Dalam Demokrasi Liberal yang ada pada saat ini, film-film yang di pertontonkan sangat jauh dari aturan agama, memisahkan kehidupan dunia dan akhirat, tidak mempertimbangkan standar halal dan haram dalam setiap adegannya. Malah cenderung menampilkan gaya hidup bebas, kekerasan bahkan kejahatan, tanpa di sadari langsung dan tidak langsung membawa pesan agar penonton berperilaku seperti itu juga.

Banyak kasus kejahatan dan penyimpangan terjadi karena terinspirasi dari apa yang ditonton. Dan inilah nyata-nyata Demokrasi Liberal banyak membawa kerusakan dan mendzolimi rakyat. Karena sebaik apapun orangnya, selurus apapun pemimpinnya jika yang di embannya adalah sistem Demokrasi Sekuler maka mustahil akan membawa kesejahteraan hakiki bagi masyarakatnya. 

Sistem Demokrasi Sekuler tidak mempermasalahkan dampak film bisa mempengaruhi akhlak para generasi remaja mau seperti apa dan bagaimana karena yang menjadi tujuan utamanya sistem Demokrasi adalah materi.

Untuk menyelamatkan akhlak generasi remaja hanya ada pada sistem Islam. Sistem Islam mempunyai tiga pilar penyangga yang menjamin penjagaan akhlak. Pertama : Ketakwaan individu, Islam membentuk manusia berkepribadian Islami (syakhsiyah Islam) dengan mengajarkan nilai-nilai tauhid melalui proses mendidik generasi agar memiliki pola pikir (aqliyah) dah pola sikap (natsiyah) Islami.

Aqliyah Islam mengajarkan agar segala prilaku manusia merujuk kepada sumber hukum Syariat yaitu Al-Qur'an, hadist, ijmak sahabat dan qiyas. Adapun nafsiyah Islam mengajarkan manusia mengembalikan standar baik-buruk (khair-syair) dan terpuji-tercela (hasan-qabih) pada aturan Allah juga saat berbuat baik dan berprilaku baik mendapat nilai (qimah) yang akan dinilai Allah Subhannahu wa ta'ala.

Pilar kedua : Kontrol masyarakat, dalam sistem Islam masyarakat dibentuk agar peduli dengan kondisi lingkungan sekitarnya, bukan masyarakat apatis. Disinilah konsep habdumminnanas berjalan. Maka ketika ada indikasi pelanggaran hukum syariat oleh individu maka masyarakat akan ikut serta mencegah, menasehati, mengingatkan, dan mengoreksi. Dengan demikian, jika ada kasus penyimpangan perilaku atau sejenisnya tidak bisa meluas dan tidak dibiarkan semakin parah.

Pilar ke tiga : Penerapan hukum oleh negara. Sistem Islam memiliki konsep uqubat dan sangsi tegas dalam kasus pelanggaran hukum syariat Islam. Hukum Islam bersifat membuat pelaku jera. Hukum Islam berfungsi sebagai penebus siksa akhirat (jawabir) dan pencegah terjadinya tindakan kejahatan yang batu terulang kembali (zawabir).

Maka jelaslah ketika Islam tidak lagi digunakan sebagai peraturan dalam kehidupan akan hancur dan rusak. Jangan sampai akhlak remaja bobrok akibat diberikan tontonan film yang jelas merusak pemikiran generasi remaja yang sedang mencari jati diri.

Islam merupakan agama sekaligus aturan langsung dari Allah, Al-Khaliq sekaligus Al-Mudabbir bagi seluruh alam ini. Jadi masyarakat di era Daulah Islam yakni kepemimpinan Khilafah, satu-satunya solusi ummat agar bisa menerapkan aturan Islam secara kaffah. Karena Islam datang sekaligus dengan perlengkapan aturan juga, maka wajib bagi kita yang Muslim untuk taat sepenuhnya pada aturan Allah Swt.

Dengan konsep holistik dari sistem Islam ini kita berharap penerapan sistem Islam yang kaffah segera terwujud agar jaminan terhadap kebaikan akhlak generasi bisa terselamatkan.
Wallahu a'lam bi ash shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post